Search This Blog

Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts
Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts
SKRIPSI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MI

SKRIPSI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MI

(KODE : PENDPGSD-0009) : SKRIPSI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MI



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Konteks Penelitian
Sebagian besar masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan kemampuan pendidikan untuk merubah nasib mereka, terutama masa depan putra-putrinya. Hal ini dapat dilihat dengan cara para orang tua zaman sekarang mengajak putra-putri mereka ikut bekerja mencari uang. Ditambah lagi pernyataan putra-putri mereka sendiri yang lebih suka mencari uang dibandingkan dengan duduk di dalam kelas untuk mencari ilmu. Perlu digaris bawah bahwa pernyataan di atas hanya sebagian dari masyarakat, karena ada sebagian lainnya yang mengatakan sebaliknya.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa pendidikan sangat penting, pendidikan dapat membawa kehidupan mereka lebih baik, pendidikan dapat membuat masa depan putra-putrinya lebih cerah dan lebih baik dari keadaan orang tua mereka. Sebagian yang lain ini berusaha sekuat tenaga untuk bisa menyekolahkan putra-putrinya, dan ditambah juga dengan keinginan dari putra-putrinya sendiri untuk selalu dapat mengenyam pendidikan hingga pada tingkat pendidikan yang paling tinggi.
Masyarakat yang sangat peduli dengan pendidikan terkadang bisa sangat selektif terhadap lembaga pendidikan. Orang tua yang menginginkan pendidikan yang terbaik untuk putra-putrinya selalu memilih sekolah yang memberikan fasilitas terbaik untuk menunjang pendidikan anaknya agar sesuai dengan harapan orang tua mereka. Setelah mendapatkan sekolah yang sesuai dengan harapan orang tua, maka kepercayaan orang tua sepenuhnya diserahkan pada pihak sekolah untuk bisa membuat masa depan putra-putri mereka menjadi sangat cerah.
Kepercayaan sangat penting di dalam kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan. Karena kepercayaan masyarakat merupakan kekuatan sekolah, jika suatu masyarakat sudah tidak percaya maka suatu sekolah bisa saja tidak mendapat seorang siswa pun dan berakhir ditutup oleh pemerintah. Untuk menjaga kepercayaan ini maka sekolah harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat dipercaya oleh masyarakat. Sehingga kejadian seperti pada alinea pertama di atas tidak akan terjadi. Masyarakat tidak akan pernah puny a fikiran untuk tidak percaya dengan kekuatan pendidikan dalam merubah nasib mereka dan putra-putri mereka.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pendidikan bukan karena tidak ada alasan. Ketidakpercayaan mereka memiliki alasan yang terkadang sangat mencengangkan, yakni karena kualitas pelayan pendidikan di lembaga pendidikan di sekitar sangat rendah. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun.
Usaha untuk melakukan perbaikan dibidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa upaya dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, perbaikan sarana-prasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini tidak lain dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, pasal 3. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Untuk mencapai tujuan di atas, suatu lembaga pendidikan formal memiliki indikator keberhasilan pendidikan yaitu keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar, artinya antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa terdapat keterpaduan. Bagaimana siswa belajar dipengaruhi oleh bagaimana guru mengajar. Dan Salah satu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan memperbaiki pengajaran yang dilakukan oleh guru, karena pengajaran adalah suatu system terpenting pendidikan, maka perbaikannya pun harus mencakup keseluruhan komponen dalam sistem pengajaran tersebut.
Komponen-komponen pendidikan yang terpenting adalah tujuan, materi, evaluasi dan pendidik. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan pengajaran, melaksanakan kegiatan pengajaran yang telah direncanakan dan melakukan evaluasi terhadap hasil dari proses pengajaran.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan dari pengajaran. Karena hal ini merupakan sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, memiliki peran yang sangat banyak dalam tumbuh kembang siswa-siswinya.
Saat ini upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan yakni dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Yang dalam pemberlakuannya unsur paling penting adalah faktor guru. Selain dalam mengaplikasikannya dibutuhkan kemampuan guru yang sangat profesional, suatu kurikulum memang memerlukan kualitas guru yang baik, agar sistem dalam kurikulum dapat berjalan dengan maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien.
Kompetensi merupakan salah satu syarat terpenting guru yang harus dipenuhi. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak berbuah manis. Sehingga jalan satu-satunya adalah membangun kompetensi yang kokoh bagi guru yang belum memiliki kompetensi. Dalam pembangunan kompetensi guru tidak berjalan sendiri, karena guru adalah salah satu anggota sebuah organisasi kependidikan maka pemimpin dari organisasi tersebut harus ikut campur. Keikutsertaan pemimpin organisasi terhadap pengembangan kemampuan anggotanya bukan sesuatu yang melanggar etika, namun sebuah keharusan, seorang pemimpin bertanggungjawab atas anggota-anggotanya.
Pemimpin organisasi pendidikan adalah kepala sekolah/madrasah. Kepala madrasah adalah seorang pendidik, managerial, administrator, pemimpin, inovator, motivator dan supervisor yang diharapkan dapat mengelola lembaga pendidikan serta mampu membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ke arah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan masa depan yang gemilang.
Salah satu peran kepala madrasah yakni melakukan suatu usaha untuk membantu para guru dalam meningkatkan pertumbuhan pribadi dan jabatannya dan juga para staf madrasah lainnya agar anak didik dapat belajar secara lebih baik dalam situasi proses mengajar secara lebih efektif dan efisien. Sehingga pengembangan kompetensi pada diri seorang harus didukung oleh adanya peran kepala madrasah yang efektif dan efisien. Dan jika seorang guru yang mengalami kesulitan untuk mengembangkan kompetensi dirinya ada yang membantu dirinya untuk mengembangkannya.
Dengan kata lain peranan kepala madrasah sangat penting dalam peningkatan kompetensi yang dimiliki seorang guru terutama dalam lingkup kompetensi pedagogik. Selain karena memiliki banyak peran kepala sekolah juga memegang tanggung jawab terhadap anggota-anggotanya seperti halnya ketua sebuah organisasi.
Pada Madrasah X kepala Madrasah sedang berusaha membantu meningkatkan kompetensi guru dengan mendaftarkan para guru-gurunya untuk mengikuti sertifikasi dan juga meminta guru yang belum memiliki title S-1 untuk segera mengambilnya dan menyelesaikannya, agar kompetensi-kompetensi guru tercapai seutuhnya oleh seluruh guru di MI X. Dari uraian di atas ini menunjukkan bahwa kepala madrasah di MI X, menjalankan peranannya sebagai kepala madrasah dan para staf gurunya juga memberikan respon yang diharapkan.
Sehubungan dengan beberapa pernyataan di atas penulis ingin mengangkat sebuah penelitian yang berkaitan dengan yang sudah diuraikan di atas, yakni mengenai kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogic guru yang akan peneliti urai lebih mendalam dan terperinci. Peneliti mengambil judul "PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI MI X".

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan dari uraian di atas maka penulis merumuskan fokus penelitian sebagai berikut : 
Bagaimana peran kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di MI X ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 
Mengetahui peran kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di MI X khususnya upaya, peran dan faktor pendukung dan penghambat kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi, dan sekaligus menambah daftar perbendaharaan referensi bacaan ilmiah tentang peranan kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sekaligus faktor yang mendukung dan menghambat peranan kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
2. Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 
a. Kepala Madrasah
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi kepala madrasah yang ingin meningkatkan kompetensi pedagogik guru di sekolahnya.
b. Guru
Hasil Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk lebih memperhatikan kompetensi pedagogik yang dimiliki, dan bisa menjadi bahan untuk mengevaluasi diri sendiri sebelum dievaluasi oleh kepala madrasah.
c. Madrasah
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru di madrasah khususnya untuk kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di sekolahnya.
d. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian sejenis dengan substansi yang sama pada latar yang sama untuk lebih memperkuat temuan dalam penelitian ini.

SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD

SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD

(KODE : PENDPGSD-0008) : SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang menyadari bahwa harapan di masa yang akan datang terletak pada putra putrinya. Sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar putra putrinya kelak menjadi orang yang berguna. Oleh karena itu perlu pembinaan yang terarah bagi putra putrinya sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang di cita-citakan. Pembinaan dan pengembangan generasi muda dilakukan secara nasional, menyeluruh dan terpadu. Pembinaan dan pengembangan generasi muda merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, keluarga, masyarakat, pemuda dan pemerintah, di mana hal itu semua bertujuan untuk meningkatkan kualitas generasi muda.
Remaja merupakan masyarakat yang akan datang. Dapat di perkirakan bahwa gambaran kaum remaja sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang, baik buruknya bentuk dan susunan masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan, dan derajat kemajuan prilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung pada remaja sekarang.
Pembangunan Nasional di Negara Indonesia tidak akan berjalan dengan seimbang jika tidak diimbangi dengan pembinaan terhadap para remaja. Mengingat bahwa remaja adalah merupakan bagian dari masyarakat yang akan datang. Remaja adalah sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang merupakan sumber daya manusia Indonesia yang sangat berguna bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan bimbingan dan pembinaan secara intensif serta perlindungan dari segala hal yang dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan baik mental, fisik dan sosial mereka dan bangsa di masa depan.
Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut terdapat banyak sekali masalah yang dijumpai dalam masyarakat dan kadang-kadang masalah tersebut dijumpai pada anak yang menyimpang pola tingkah lakunya. Bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum yaitu dalam hal ini adalah sebagai pecandu narkoba yang belum cukup umur tanpa mengenal status sosial dan ekonominya.
Perbuatan melanggar hukum yang dilakukan para pecandu narkoba yang belum cukup umur tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang terlalu cepat, arus globalisasi dibidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku pecandu narkoba yang belum cukup umur.
Sebenarnya penggunaan narkoba sudah dikenal sejak jaman dahulu yakni dalam bentuk candu yang digunakan oleh orang tua yang kebanyakan berasal dari keturunan Tionghoa.
Narkoba, selain mempunyai manfaat dalam penggunaannya terutama untuk dunia pengobatan, penelitian ilmu pengetahuan dan sebagainya, namun jauh yang lebih besar adalah bahayanya apabila digunakan tidak berdasarkan petunjuk atau dengan kata lain bila disalahgunakan. Bahayanya akan berakibat pada kematian, karena yang bersangkutan akan menjadi tergantung pada narkoba dan menjadi lemah baik secara jasmani maupun rohani, merusak etika moral, hukum, sosial dan agama.
Sebagaimana disebutkan bahwa narkoba pada dasarnya boleh dipakai atau digunakan oleh para dokter dalam kepentingan medis. Untuk kepentingan itu agama Islam memperbolehkannya karena tidak akan menimbulkan kemudaratan bagi pasien yang diobati bahkan akan memberikan kesembuhan. Tetapi pada akhir-akhir ini para remaja, orang tua, eksekutif, artis bahkan pejabat yang beragama Islam banyak yang menyalahgunakan narkoba, untuk itu agama Islam melarang keras perbuatan tersebut bahkan mengharamkannya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ay at 90-91.
Dalam buku terbitan Badan Narkotika Nasional yang berjudul Materi advokasi Pencegahan Narkoba juga mengutip salah satu hadits Rasulullah SAW yang berbunyi : "kullu muskirin khomrun wa kullu khomrin haraamun". Artinya : "setiap zat atau bahan yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram" (H.R. Abdullah Ibnu Umar r.a).
Pemerintah juga memiliki Undang-undang yang mengatur tentang Narkoba. Dalam kitab UU tentang Narkoba tersebut juga memuat hukuman pidana bagi siapa saja yang tersangkut dengan masalah narkoba. Sebagai contoh pada BAB XV Ketentuan Pidana pasal 111 ayat (1) dijelaskan bahwa setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pada pasal tersebut diatas masih hanya untuk pelanggaran Narkotika Golongan I yaitu : tanaman Papaver Somniferum L, Opium, Candu, Tanaman koka, Kokain, Ganja, dan masih banyak jenis yang lainnya. Masih berat lagi bagi para pelanggar Narkotika pada golongan II dan III. Tetapi para pecandu atau yang terlibat dalam masalah narkoba ini masih sangat banyak karena masih minimnya pengetahuan tentang Narkoba, bahaya dan akibatnya.
Perlunya perhatian khusus bagi pecandu narkoba yang belum cukup umur khususnya dalam hal pendidikan dan kesehatan yang melibatkan aparat kepolisian dan pihak sekolah yang bertujuan menghilangkan ketergantungan pecandu narkoba dan mengantisipasi adanya pecandu baru yang belum cukup umur.
Usaha penanggulangan penyebaran narkoba oleh Polresta X yang dilakukan lewat berbagai razia, operasi dan penggerebekan. Tetapi semua yang sudah dilaksanakan oleh Polresta X tersebut tidak memberikan hasil yang maksimal. Sebaliknya, semakin lama jumlah pecandu narkoba yang belum cukup umur malah semakin meningkat.
Dalam hasil wawancara peneliti dengan narasumber dari salah satu anggota Sat Reskoba Polresta X yang menangani kasus tentang narkoba. Beliau menyatakan bahwa saat ini di Indonesia dalam kurun waktu dua tahun sudah tercatat ada sekitar sepuluh anak usia sekolah dasar yang terdeteksi telah terlibat dalam obat-obatan terlarang tersebut. Untuk di wilayah kota X sampai saat ini belum terdeteksi anak usia sekolah dasar yang menggunakan obat-obatan terlarang tersebut. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya sudah ada anak usia sekolah dasar yang sudah menggunakan obat-obatan terlarang tersebut, tetapi tidak ada yang melaporkan ke pihak berwajib, dalam hal ini adalah Sat Reskoba Polresta X.
Kerja sama antara aparat kepolisian dengan pihak sekolah (SD Negeri X) dalam mengatasi masalah kenakalan remaja yang imbasnya pada pemakaian obat-obatan terlarang khususnya narkoba adalah sangat perlu untuk dilaksanakan. Karena masalah narkoba dan penyalah gunaan obat-obatan terlarang harus kita hadapi bersama secara realistis. Yaitu dengan cara memberikan informasi yang lengkap tentang narkoba dan obat-obatan terlarang khususnya kepada generasi muda selaku penerus cita-cita bangsa dan kepada masyarakat pada umumnya.
Salah satu penyebab meningkatnya penyalahgunaan narkoba adalah, kurangnya pendidikan dan informasi tentang bahaya narkoba baik di kalangan orang tua, masyarakat, pelajar maupun anak-anak. Saat ini masih banyak orang tua yang tidak menyadari pengaruh dan bahaya narkoba. Dalam berbagai bentuk, narkoba dapat menjadi berbagai ancaman yang sangat mengerikan bagi siapa saja, terutama bagi pelajar baik di lingkungan rumah, lingkungan bermain maupun lingkungan sekolah.
Kota X merupakan salah satu kota yang banyak disoroti oleh masyarakat khususnya bidang pendidikannya. Karena di kota ini terdapat banyak sarana pendidikan, mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar hingga Sekolah Tinggi yang kebanyakan merupakan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang mempunyai akreditasi baik bahkan sangat baik. Sangat ironi sekali jika kota X yang terkenal dengan sebutan kota pendidikan diwarnai dengan berbagai permasalahan dari dampak narkoba terutama bagi para peserta didik dan mahasiswa sebagai para generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa.
Dalam kehidupan psikis anak terdapat pola kegiatan yang maju dan meningkat seperti yang sering terlihat pada tingkah laku atau ulah seorang anak yang mencampakkan alat permainannya yang baru dibelikan kepadanya beberapa hari yang lain. Pada anak itu timbul perasaan bosan dan alat permainan itu tidak menarik lagi. Ia ingin alat permainan yang baru. Hal tersebut di atas merupakan perwujudan bahwa pada usia ini peserta didik memiliki rasa bosan yang temponya cepat. Dan ia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap sesuatu yang baru ia kenal.
Dengan demikian pada usia ini kita selaku pendidik harus dapat mengarahkan para peserta didik kita untuk tidak terjerumus pada barang-barang atau sesuatu yang dapat merusak masa depan mereka. Dengan melalui pendidikan dan bimbingan serta arahan yang baik, kita akan menjauhkan mereka pada hal-hal yang membahayakan masa depannya.
Menurut islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Sebab manusia diciptakan dalam keadaan suci (fitrah) bersih dari segala daya-daya yang ada. Dan pendidikan berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang (al Hadits).
Sebagaimana Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu, pemerintah juga mewajibkan kepada warga negaranya untuk menempuh pendidikan. Kunci utama terbentuknya sumber daya manusia yang kompeten dalam membangun suatu bangsa adalah pendidikan. Dalam undang-undang Indonesia no 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional telah disebutkan bahwa : 
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." 
Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk menyusun skripsi dengan judul "PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD NEGERI X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 
1. Apa peran guru SD Negeri X dalam pelaksanaan pendidikan anti narkoba ?
2. Bagaimana cara guru dalam memasukkan Pendidikan Anti Narkoba dalam pendidikan di sekolah ?
3. Berapa persen kah peserta didik di SD Negeri X dapat memahami Pendidikan Anti Narkoba ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran guru SD Negeri X dalam pelaksanaan Pendidikan Anti Narkoba.
2. Untuk mengetahui cara guru dalam memasukkan Pendidikan Anti Narkoba dalam pendidikan di sekolah.
3. Untuk mengetahui berapa persen peserta didik dapat memahami Pendidikan Anti Narkoba.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 
1. Bagi Orang Tua/Wali Peserta Didik
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat khususnya bagi orang tua/wali dari peserta didik khususnya dalam hal pengetahuan tentang NARKOBA dan bahayanya. Selain itu dengan penelitian ini diharapkan akan dapat membantu para orang tua/wali peserta didik dalam memberikan informasi kepada anaknya tentang bahaya NARKOBA sedini mungkin.
2. Bagi Instansi Sekolah (SD Negeri X)
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam penyediaan fasilitas dan pemberian dukungan untuk layanan bimbingan dan konseling khususnya masalah narkoba.
3. Bagi Universitas 
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan serta referensi yang relevan tentang narkoba dan bahayanya bagi pihak yang terkait dalam bidang akademis Universitas. Sehingga diharapkan di kemudian hari ada kerja sama antara pihak Universitas dengan Polresta Kota X untuk bersama-sama dalam upaya menangani kasus-kasus narkoba bagi para pecandu serta upaya pencegahan dan pemberantasan peredaran narkoba di wilayah kota X dan sekitarnya.
4. Bagi Penulis
Sebagai latihan penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah dan rasa kepedulian sosial terhadap perkembangan pendidikan, mengingat latar belakang pendidikan penulis adalah berbasis pendidikan.

D. Sistematika Pembahasan
Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi ini. Bab pertama ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan serta sistematika pembahasan. Uraian pada bab satu ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang isi keseluruhan skripsi serta metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasannya.
Pada BAB II Kajian Pustaka akan dijelaskan mengenai tinjauan kepustakaan dari pendidikan anti narkoba, pengertian, dasar dan tujuan pendidikan anti narkoba, peran Polresta X dalam rangka pembinaan dan penyuluhan terhadap pecandu narkoba. Pembahasan pada bab dua ini dimaksudkan sebagai konsep dasar dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya.
Dalam BAB III ini berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti suatu objek permasalahan. Meliputi : lokasi penelitian, jenis penelitian, data dan sumber data, analisis data dan sebagainya.
Pada BAB IV berisi uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab tiga. Dalam bab ini peneliti telah menemukan hasil penelitian dan membahas usaha guru Madrasah Ibtidaiah dan Polresta X dalam Pendidikan Anti Narkoba.
BAB yang terakhir dalam skripsi ini adalah BAB V yaitu berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan skripsi dan juga saran dari peneliti kepada lembaga yang menjadi objek penelitian juga kepada masyarakat pada umumnya.

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0007) : SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan akan menjadi pilihan tepat bagi para guru.
Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran konvensional (faculty teaching), kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Lebih dari itu kewajiban pendidikan dituntut untuk juga memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreatifitas, kemandirian dan kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistem pembelajaran yang konvensional. Sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru.
Pada kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu era yang ditandai dengan makin banyaknya medium informasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non elektronik. Terkait dengan kehadiran media ini, Dimyati (1996 : 12) menjelaskan bahwa suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama, sekolah, dan pramuka. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa kehadiran media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan kita, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda.
Dengan demikian hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajari materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik.
Selanjutnya hasil belajar digambarkan sebagai tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur berdasarkan pada jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Secara umum mutu pendidikan sekolah dasar (SD) dikatakan baik dan berhasil jika kompetensi siswa yang diperoleh melalui proses pendidikan berguna bagi perkembangan diri mereka untuk hari depannya, yaitu ketika mereka memasuki dunia kerja.
Peranan Media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971 : 285) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki media pengajaran yaitu : 
1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian,
2. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan 3. Media mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna.
Begitu juga, Ibrahim (1982 : 12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain : 
a. Dapat menghindari terjadinya verbalisme,
b. Membangkitkan minat atau motivasi,
c. Menarik perhatian,
d. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,
e. Mengaktifkan siswa dalam belajar dan
f. Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
Perlu disadari bahwa mutu pendidikan yang tinggi baru dapat dicapai jika proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas efektif dan fungsional bagi pencapaian kompetensi yang dimaksud. Oleh sebab itu usaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah dasar (SD) tidak terlepas dari usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang terdiri atas komponen-komponen yang bersifat sistemik. Artinya komponen-komponen dalam proses pembelajaran itu saling berkaitan secara fungsional dan secara bersama-sama menentukan optimalisasi proses dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut menurut Mudhoffir (1999) dijabarkan atas pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (1999), komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik, pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian.
Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.
Efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat tergantung pada derajat kesesuaiannya dengan materi yang akan diajarkan. Disamping itu tergantung juga pada keahlian guru dalam menggunakan media tersebut. Dalam hal ini Dick & Carey (dalam Lamudji, 2005 : 34) menyatakan bahwa salah satu keputusan yang paling penting dalam merancang pembelajaran ialah dengan menggunakan media yang sesuai dalam rangka penyampaian pesan-pesan pembelajaran.
Perlu kita diketahui bahwa teknologi informasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Teknologi informasi harus disadari telah mampu membuat berbagai cara untuk mempermudah penyampaian informasi, seperti misalnya teknologi program Power Point. Merupakan suatu hal yang menarik untuk melakukan suatu penelitian dengan penggunaan media belajar Program Power Point dalam pembelajaran cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SDN X yang peneliti jadikan kelas eksperimen dalam penelitian ini.
Microsoft Power Point merupakan salah satu aplikasi milik Microsoft, disamping Microsoft Word dan Microsoft Excel yang telah di kenal banyak orang. Ketiga aplikasi ini lazim disebut Microsoft Office. Pada dasarnya, aplikasi Microsoft Power Point berfungsi untuk membantu user dalam menyajikan presentasi.
Aplikasi Power Point menyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta didik. Dengan fasilitas animasi, suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas : front picture, sound dan effect dapat dipakai untuk membuat suatu slide yang bagus. Bila produk slide ini disajikan, maka para pendengar dapat ditarik perhatiannya untuk menerima apa yang kita sampaikan kepada peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang : PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWERPOINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN X. 

B. Identifikasi Masalah
Dalam pembelajaran IPA tidak cukup hanya menggunakan alat peraga biasa seperti yang dilakukan guru sewaktu pembelajaran di kelas, hendaknya guru juga menggunakan alat atau benda seperti aslinya sehingga terkadang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu penelitian guna mengetahui sejauh mana pemanfaatan media di dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 
Dalam kegiatan belajar mengajar guru, masih kurang maksimal dalam menggunakan media pembelajaran salah satunya adalah penggunaan multimedia, yaitu media pembelajaran Power point saat kegiatan pembelajaran. 

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. Apakah penggunaan media pembelajaran power point berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN X ?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Power Point Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri X.

E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil antara lain : 
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pembelajaran IPA khususnya penggunaan media power point.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini, memberikan masukan dalam pergeseran praktik pembelajaran konvensional menuju pembelajaran berbasis teknologi informasi dalam komunikasi dengan menggunakan multimedia pada pembelajaran IPA.
b. Bagi guru
Membuka cakrawala berfikir guru-guru dalam usaha meningkatkan kemampuan anak didik dalam penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan media berbasis teknologi informasi dan komunikasi sehingga pembelajaran mata pelajaran IPA tidak ketinggalan zaman.
c. Bagi siswa
Siswa diharapkan semakin menyukai mata pelajaran IPA, sehingga hasil belajar siswa semakin baik.

SKRIPSI PENGARUH MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SISWA KELAS IV

SKRIPSI PENGARUH MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SISWA KELAS IV

(KODE : PENDPGSD-0006) : SKRIPSI PENGARUH MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SISWA KELAS IV



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang memiliki peran yang strategis dan mempunyai ciri serta sifat yang khusus, serta sangat memerlukan bimbingan dan perlindungan. Dalam fase kehidupannya anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan, pertumbuhan dalam arti fisik, sedangkan perkembangan adalah dalam arti psikis termasuk perilakunya. Dalam perkembangan perilakunya, seorang anak belajar melalui pengalaman-pengalaman yang ditemui dan belajar dari mengidentifikasi model yang diamatinya. "Pembentukan atau perkembangan perilaku anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intern (dari dalam diri anak) dan faktor ekstern (dari luar diri anak). Yang termasuk faktor intern yaitu herediter, umur dan jenis kelamin. Sedangkan yang termasuk faktor ekstern adalah lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, media masa, kultur dan sebagainya" (Kartini Kartono, 1990).
Beberapa tahun terakhir ini banyak kita temui kejadian atau kasus di kalangan anak-anak yang sangat memerlukan perhatian dari orang tua, pendidik dan masyarakat luas, sebagai contoh : maraknya tindak kriminal yang dilakukan anak mulai dari tindakan pencurian sampai pada tindakan pembunuhan. Banyak anak-anak yang terdorong untuk melakukan perilaku yang menyimpang dan melanggar norma yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan serta pengaruh dari media masa terutama televisi.
Di zaman yang sudah maju seperti sekarang ini televisi bukan lagi barang yang mewah bagi warga Indonesia, terutama di kota-kota besar. Apalagi saat ini di Indonesia sudah memiliki sebelas stasiun televisi yaitu satu milik pemerintah dan sepuluh milik swasta. Persaingan yang keras di dunia bisnis pertelevisian menyebabkan acara-acara yang ditayangkan bervariasi temanya dan tidak lagi mendapat sensor yang ketat sehingga perilaku dan budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dapat begitu saja ditonton.
Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap pandangan, persepsi dan perasaan para penontonnya sehingga terharu, terpesona atau meniru tingkah laku dalam film tersebut. "Salah satu pengaruh psikologis dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton dihanyutkan ke dalam suasana pertunjukan tersebut" (Milton Chen, 1996). Siaran televisi menimbulkan pengaruh terhadap masyarakat Indonesia baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Salah satu pengaruh negatif dari televisi adalah banyaknya tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan, kejahatan, ketegangan, dan luapan emosi. Tayangan yang mengandung unsur kekerasan hampir setiap saat dapat ditemui dan tidak hanya pada film laga saja, bahkan sekarang dalam film kartun (animasi) yang merupakan tontonan bagi anak-anak juga mengandung unsur kekerasan. "Menurut Zainun Mu'tadi dengan menyaksikan perkelahian dan pembunuhan meskipun sedikit pasti akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model kekerasan tersebut" (Mom Kiddies, 17 Desember 2006).
Film-film kartun yang mengandung unsur kekerasan memberi pengaruh yang buruk pada perilaku anak. "Hasil penelitian Komnas perlindungan anak menunjukan bahwa anak-anak menjadi lebih agresif yang dapat dikategorikan anti sosial setelah menonton film kartun yang mengandung unsur kekerasan, seperti Ninja Turtles" (Yayasan Kesejahteraan Keluarga, 2006). Dengan menyaksikan adegan kekerasan dalam film kartun maka terjadilah proses belajar peran model kekerasan oleh seorang anak dan dalam hal ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif. Menurut Koeswara (1988 : 4) "perilaku agresif adalah tingkah laku individu, yang berupa tindakan permusuhan yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain baik secara fisik maupun verbal atau merusak harta benda".
"Tokoh pahlawan dalam film kartun misalnya film Power Ranger, banyak menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan konflik atau sebagai jalan keluar dari suatu masalah. Dan seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindakan kekerasan, berupa tepukan tangan atau sekedar pemberian selamat. Hal ini sudah barang tentu membuat anak-anak yang menonton semakin meyakini bahwa tindakan kekerasan itu adalah hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu nilai bagi dirinya. Serta dapat membuat seorang anak berpikiran bahwa dalam menyelesaikan masalah kita tidak perlu bernegosiasi, tinggal pukul dan banting saja maka masalah akan selesai. Jika nilai-nilai ini tertanam dalam benak anak-anak, kita bisa membayangkan bagaimana masa depan mereka kelak baik secara pribadi, dalam hidup bermasyarakat maupun berbangsa. Bisa jadi yang tumbuh nanti adalah generasi yang mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan masalah".
Berpijak dari latar belakang permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul "PENGARUH MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SISWA KELAS IV SDN X".

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 
1. Film kartun yang mengandung unsur kekerasan, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap aspek psikologi penontonnya terutama anak-anak.
2. Perilaku Agresif yang terjadi pada seorang anak merupakan akibat yang ditimbulkan dari menonton film kartun yang mengandung kekerasan. 

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dilanjutkan dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 
"Apakah ada pengaruh menonton film kartun yang mengandung unsur kekerasan terhadap perilaku agresif pada anak ?"

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah "Mengetahui ada tidaknya pengaruh menonton film kartun yang mengandung unsur kekerasan terhadap perilaku agresif pada anak".

E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh menonton film kartun yang mengandung unsur kekerasan terhadap perilaku agresif pada anak, artinya bila hipotesis yang diajukan terbukti maka diambil manfaat sebagai berikut : 
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi ilmuwan atau peneliti, bisa digunakan untuk mengembangkan teori-teori psikologi pada umumnya dan psikologi perkembangan anak pada khususnya yaitu memberikan kerangka pikiran pada penelitian.
b. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Pendidikan Khusus, yaitu mengenai perilaku agresi pada anak
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua, sebagai panduan untuk memberikan pengarahan terhadap anak mereka saat menonton televisi sehingga anak dapat memahami dan mengerti acara yang tengah ditonton.
b. Bagi guru, sebagai masukan untuk menilai perkembangan anak 
c. Bagi penentu kebijaksanaan penyiaran, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tayangan untuk anak.
d. Bagi dunia pertelevisian, sebagai masukan untuk mengkaji secara terarah dampak sesungguhnya dari tayangan dan siaran untuk anak-anak.

SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD

SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD

(KODE : PENDPGSD-0005) : SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.
Di lingkungan dunia pendidikan diperlukan usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang telah disepakati bersama. Salah satu bentuk itu di selenggarakan oleh lembaga pendidikan formal yang dipimpin oleh Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab secara keseluruhan Administrasi sekolah antara lain bidang personalia. Tanpa personil yang professional program pendidikan yang di bangun di atas konsep-konsep yang bagus dan dirancang dengan teliti pun dapat tidak berhasil. Lingkungan yang mencerdaskan perlu diwujudkan dalam satuan pendidikan secara utuh dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Pengembangan mutu sekolah merupakan upaya yang harus terus dilakukan di dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia. Kondisi tersebut dikarenakan meningkatnya mutu sekolah tentu akan berpengaruh langsung pada peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas SDM pada suatu Negara. 
Namun demikian, peningkatan mutu sekolah bukanlah proses yang mudah dilakukan karena sangat terkait antara berbagai faktor yang mempengaruhi. Usaha-usaha peningkatan mutu itu dilaksanakan dengan pengawasan dan bimbingan yang teratur. Hal itu disebut sebagai supervisi pendidikan. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran.
Arti supervisi adalah sebagai berikut. "Supervision is a service activity that exists to help teacher do their job better." Seorang supervisor bekerja sama dengan guru-guru. Tugasnya adalah membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya di kelas.
Guru-guru itu pun akan berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya demi perkembangan jabatan dan karier masing-masing. Akhirnya, bantuan yang diberikan supervisor kepada guru-guru bertujuan agar terciptanya situasi belajar mengajar yang menyenangkan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Munculnya sekolah unggulan dalam dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini merupakan perkembangan baru maka kita perlu berbangga dan bergembira. Ini menunjukkan makin banyaknya variasi dan alternatif pendidikan bagi anak-anak. Akan tetapi baru-baru ini ditemui sekolah-sekolah yang dijadikan satu oleh pemerintah karena dirasa banyak kekurangan siswa akibat keberhasilan KB dan banyaknya sekolah-sekolah swasta yang didirikan di sekitar masyarakat. Kondisi seperti ini ditemui di SDN X dan SDN Y ini terjadi karena banyaknya siswa yang terdapat dalam satu sekolah yaitu pada SDN Y akan tetapi di SDN ini sementara Kepala Sekolahnya pindah dan belum ada Kepala Sekolah pengganti, sedangkan pada SDN X siswa-siswinya semakin berkurang tetapi masih memiliki Kepala Sekolah yang mempunyai masa kerja yang panjang.
Kekurangan yang dimiliki dari masing-masing sekolah kemudian pemerintah memberikan alternatif yaitu dengan menggabungkan dua sekolah tersebut menjadi satu sehingga masing-masing sekolah bisa saling bekerja sama untuk menutupi kekurangan masing-masing dan bisa lebih mengembangkan kualitas sekolah dengan baik. Jarak tempuh kedua sekolah ini adalah 300 M dari jalan raya. Kedua sekolah ini dulunya adalah sekolah yang unggul, masing-masing sekolah memiliki kemampuan untuk bersaing antara keduanya, akan tetapi sepanjang berjalannya waktu salah satu sekolah ini semakin menurun kualitasnya begitupun siswanya. Penggabungan dua sekolah antara SDN X dan SDN Y ini dinamakan dengan istilah Merger. "Yakni sekolah yang hanya memiliki kurang dari 100 orang siswa, jarak antara sekolah yang satu dengan lainnya cukup dekat dan sekolah yang berada di bawah standar dalam hal persyaratan pengelolaan kelembagaannya," Dengan adanya penggabungan ini perlu menjadi sorotan penting. Dengan adanya dua sekolah ini berarti seorang Kepala Sekolah diberi wewenang dan kepercayaan oleh pemerintah. Oleh sebab itu perlu kerja keras dalam menangani dan melaksanakan tugas sekolah agar mendapatkan sekolah yang unggul.
Dengan adanya manajemen di sekolah, banyak sekolah baik yang negeri maupun swasta berlomba-lomba untuk mendapat predikat unggul, asumsinya bahwa sekolah unggulan akan menjadi favorit dan akan diminati masyarakat dalam mencerdaskan anak-anak mereka. Begitu pula sekolah-sekolah yang digabung oleh pemerintah yang ada di daerah, ini dimaksudkan agar menciptakan sekolah yang lebih bagus dan unggul seperti sekolah yang lain meski disini hanya terdapat seorang Kepala Sekolah saja, tentunya akan dipercaya banyak masyarakat.
Kepala Sekolah sebagai manajer merupakan pemegang kunci maju mundurnya sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan, “principals is perhaps the most significant single factor in establishing an effective school" (Kepala Sekolah merupakan faktor yang paling penting di dalam membentuk sebuah sekolah yang efektif).
Dalam posisinya sebagai administrator dan manajer pendidikan, Kepala Sekolah diharapkan memiliki kemampuan profesional dan keterampilan yang memadai. Keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan sekolah, yaitu keterampilan konseptual, keterampilan hubungan dan keterampilan teknikal. Keterampilan konseptual meliputi; kemampuan melihat sekolah dan semua program pendidikan sebagai suatu keseluruhan. Keterampilan hubungan manusia meliputi; kemampuan menjalin hubungan kerjasama secara efektif dan efisien dengan personel sekolah, baik secara perorangan maupun kelompok. Keterampilan teknikal merupakan kecakapan dan keahlian yang harus dimiliki Kepala Sekolah meliputi metode-metode, proses-proses, prosedur dan teknik pengelolaan kelas.
Dengan kemampuan profesional manajemen pendidikan, Kepala Sekolah diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan membangun unjuk kerja personel sekolah serta dapat membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran.
Faktor paling penting dalam pengembangan mutu sekolah adalah faktor kepemimpinan. Sebagai seseorang yang mempunyai wewenang paling tinggi di sekolah pemimpin sangat mungkin untuk mempengaruhi keseluruhan jalannya organisasi. Apalagi jika seorang pemimpin sekolah mengelola dua sekolah, kondisi seperti ini sangat jarang ditemui. Ini sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan dalam manset orang-orang yang ada di sekolah akan menjadi titik awal dalam menuju peningkatan mutu sekolah yang kompetitif dan unggul. Pemimpin sekolah yang mengelola dua sekolah ini sangat jarang ditemui di kalangan dunia pendidikan. Melaksanakan wewenang sangat berat sekali butuh waktu yang lama untuk mencapai keberhasilan. Apalagi disini ditemui bahwa seorang pemimpin berwenang mengelola dua sekolah yang berbeda, hal ini perlu ekstra kerja keras dalam pengelolaan.
Seorang pemimpin harus memiliki karakter yang unggul untuk dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di sekolah, sehingga dapat meningkatkan kualitas yang ada pada sekolah. Selain itu perlu adanya belajar dari sumber daya manusia yang ada di sekolah. Untuk menumbuhkan dan memfasilitasi sumber daya manusia di sekolah maka Kepala Sekolah perlu mendorong sumber daya manusia untuk belajar yang mana kemampuan dari orang-orang yang ada di sekolah tersebut, kemudian juga difasilitasi oleh pihak sekolah sehingga sekolah menjadi organisasi pembelajar.
Seperti penelitian sebelumnya yang membahas mengenai Konsep Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah oleh Subagio, yang isinya mengenai tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan. Penelitian ini sebagai acuan penulis untuk melakukan penelitian.
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana dijelaskan diatas, ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Pertama, kemajuan dibidang pendidikan membutuhkan administrator pendidikan atau Kepala Sekolah yang mampu mengelola satuan pendidikan dan mampu meningkatkan kinerja guru dalam mencapai tujuan pendidikan, apalagi disini ditemui seorang Kepala Sekolah mengelola dua sekolah. Kedua, persepsi masyarakat selama ini memposisikan Kepala Sekolah sebagai pemegang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Ketiga, kurangnya siswa yang menjadi pemicu digabungnya sekolah. Ketiga, kajian empiris dengan tema ini menarik untuk dilakukan mengingat perkembangan ilmu dan teori manajemen, khususnya manajemen pendidikan, yang berjalan dengan pesat.
Dengan kondisi demikian maka akan mempermudah menjalankan proses perubahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan cita-cita yang diinginkan bagi pihak sekolah. Apalagi jika pengelolaan dua sekolah dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. Beberapa fenomena yang dipaparkan diatas menjadi alasan ketertarikan penulis untuk meneliti tentang "KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH DI SD NEGERI X DAN SD NEGERI Y".

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah : 
1. Bagaimana proses perencanaan Kepala Sekolah dalam mengatur waktu pengelolaan dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y ?
2. Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y ?
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y ?

C. Tujuan
Berangkat dari fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan;
1. Proses perencanaan Kepala Sekolah dalam mengatur waktu mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y.
2. Kinerja Kepala Sekolah dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bermanfaat untuk pengembangan ilmu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam kinerja Kepala Sekolah dalam bentuk penajaman konsep serta aspek-aspek lain yang berkaitan dan mampu sebagai pengembangan sekolah. 
2. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu pada departemen pendidikan, dalam rangka menerapkan, meningkatkan, dan mengembangkan, kualitas kinerja Kepala Sekolah. 
3. Bagi lembaga pendidikan. Sebagai referensi bagi SD/MI negeri maupun swasta yang berada di kawasan penelitian ini. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan mutu, program perencanaan dan pengawasan pendidikan sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas lembaga di masa yang akan datang.

SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI

SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI

(KODE : PENDPGSD-0004) : SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perbincangan mengenai pendidikan karakter di Indonesia belakangan ini semakin menguat. Nampaknya, gerakan pendidikan karakter yang marak sekarang ini tidak lepas dari keprihatinan semua komponen bangsa ini yang menilai bahwa karakter bangsa ini semakin memudar. Sistem pendidikan dilihat seakan-akan tak mampu menjadi alat untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas baik secara spiritual, sosial, maupun intelektual. Pendidikan kita, menurut sejumlah pemerhati pendidikan, belum mampu melahirkan pribadi-pribadi unggul, yang jujur, bertanggung jawab, berakhlak mulia serta humanis.
Dalam upaya pengembangan nilai-nilai keagamaan di lembaga pendidikan, seorang guru tidak hanya terfokus pada kegiatan proses belajar mengajar di kelas, tetapi juga harus mengarahkan kepada siswanya dalam bentuk implementasi keagamaan. Misalnya, para peserta didik diajak untuk mau memperingati hari-hari besar keagamaan dan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam sekolah tersebut yang kemungkinan besar juga memberikan sumbangan informasi kepada siswa tentang materi-materi yang telah dipelajari di dalam kelas.
Seorang guru yang kreatif, selalu berupaya untuk mencari cara agar agenda kegiatan yang direncanakan dapat berhasil sesuai yang diharapkan. Guru harus mampu mengatasi masalah atau kendala yang dihadapi dan dapat menciptakan suasana sekolah sesuai yang diharapkan. Seperti dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, perlu adanya solusi dan penanaman pendidikan karakter dalam pembinaan kegiatan keagamaan dan mengefektifkan semua siswa yang selalu tidak mau mengikuti kegiatan tersebut.
Dalam kegiatan keagamaan di Madrasah Ibtidaiah harus ditunjang dengan keteladanan atau pembiasaan tentang sikap yang baik dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap siswa. Tanpa adanya pembiasaan dan pemberian teladan yang baik, pembinaan tersebut akan sulit mencapai tujuan yang diharapkan, dan sudah menjadi tugas guru terutama guru agama untuk memberikan keteladanan atau contoh yang baik dan membiasakannya bersikap baik pula.
Pendidikan karakter harus dilaksanakan secara integral dan holistik. Pendidikan karakter harus didukung oleh semua komponen masyarakat dan dilakukan di semua level dan ruang kehidupan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa "Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak".
Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan komponen penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembinaan kegiatan keagamaan. Karena dengan adanya pendidikan karakter dalam pembinaan kegiatan keagamaan siswa selain untuk memaksimalkan dan memudahkan proses pembinaan kegiatan keagamaan siswa, juga bertujuan untuk meningkatkan mutu guru agama Islam khususnya peningkatan cara mengajar pendidikan Islam. Untuk itulah, pendidikan karakter dalam Islam harus dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang nantinya dapat mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah.
Dalam pembinaan kegiatan keagamaan di Madrasah Ibtidaiah, tentu masih membutuhkan bimbingan guru, dimana guru agama membimbing, menuntun, memberikan contoh, bahkan mengantarkan anak didiknya ke arah pada kedewasaan yang muslim.
Di MI X, sejalan dengan adanya program kegiatan keagamaan, para siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan keagamaan. Akan tetapi, pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan terhadap siswa belum tertanam atau tumbuh dalam diri siswa. Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan yang lebih intensif dari guru tentang pendidikan karakter siswa melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada.
Kegiatan keagamaan yang ada di MI X, antara lain : 
1) Membaca surat-surat pendek sebelum belajar
2) Sholat duha pada jam istirahat
3) Sholat dhuhur berjamaah
4) Melaksanakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
5) Melaksanakan kegiatan manasik haji
6) Pesantren kilat
Berdasarkan Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian Agama, pembentukan karakter adalah bagian integral dari orientasi pendidikan Islam. Tujuannya adalah membentuk kepribadian seseorang agar : 
1) Memiliki karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (karakter religius)
2) Memiliki karakter kemandirian dan tanggungjawab
3) Memiliki karakter kejujuran
4) Memiliki karakter hormat dan santun
5) Memiliki karakter dermawan, suka tolong-menolong dan kerjasama
6) Memiliki karakter percaya diri dan pekerja keras
7) Memiliki karakter kepemimpinan dan keadilan
8) Memiliki karakter baik dan rendah hati
9) Memiliki karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan
Pada saat pelaksanaan kegiatan keagamaan di MI X, para siswa sangat antusias mengikutinya. Semua kegiatan dilaksanakan oleh seluruh siswa MI X dari kelas I-VI. Membaca surat-surat pendek sebelum belajar dilaksanakan setiap hari pada hari efektif yang diharapkan agar siswa memilki karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya serta karakter kemandirian dan tanggungjawab. Sholat duha pada jam istirahat diharapkan siswa memiliki karakter kemandirian dan tanggungjawab. Sholat dhuhur berjamaah diharapkan siswa memiliki karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya serta karakter dermawan, suka tolong-menolong dan kerjasama. Melaksanakan PHBI diharapkan memiliki karakter kepemimpinan dan keadilan serta karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan. Melaksanakan manasik haji diharapkan memiliki karakter percaya diri dan pekerja keras, karakter baik dan rendah hati serta karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan. Pesantren kilat diharapkan memiliki karakter kejujuran serta kemandirian dan tanggungjawab.
Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di MI X tersebut di atas, menjadi sebuah pertanyaan "Apakah kegiatan tersebut dapat membentuk karakter siswa seperti yang tertuang dalam tujuan pembentukan karakter di atas ?"
Paparan di atas, menjadikan penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi untuk diangkat menjadi karya tulis skripsi dengan judul : "PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI X" dengan tujuan memberi pemahaman kepada peserta didik dan lingkungan sekolah bahkan masyarakat setempat dan dari hasil penelitian tersebut diharapkan mampu menjadi tolak ukur serta tambahan wawasan bagi pengembangan pendidikan Islam ke depan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : 
1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X ?
2. Kendala apa yang dihadapi dan solusinya dalam menanamkan pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan : 
1. Untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X. 
2. Untuk mendeskripsikan kendala dan solusinya dalam menanamkan pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X.

D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya adalah sebagai berikut : 
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk menanamkan pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan. Sehingga pada pelaksanaannya tidak bersifat teoritis saja melainkan bagaimana penerapannya di lapangan dan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Lembaga
Sebagai barometer tingkat keberhasilan seorang guru, menjadi petunjuk dan pedoman bagi sekolah yang bersangkutan dalam pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI X. Sekaligus dapat digunakan sebagai referensi untuk mengevaluasi pembinaan yang selanjutnya dapat digunakan untuk membangun dan meningkatkan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan yang lebih efektif. 
3. Bagi Peneliti
Untuk memperkaya khasanah pemikiran dan memperluas wawasan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan dan sekaligus sebagai langkah untuk meraih gelar S1.

SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V

SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0003) : SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan indikator lebih baik. Untuk mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal tidak lepas dari kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Menumbuhkan motivasi belajar pada siswa di saat pembelajaran tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain pendidik, orang tua, dan siswa. Sehingga siswa memegang peranan dalam mencapai disiplin belajar. Sebab itulah sebagai pendidik haruslah dapat menumbuhkan motivasi siswanya agar siswa juga memiliki rasa disiplin dalam belajarnya sehingga hasil belajar juga akan meningkat.
Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan suatu yang sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah. Salah satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu disiplin belajar yang rendah. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya yaitu dengan meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik. Agar proses belajar mengajar lancar maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan atau keterikatan terhadap sesuatu peraturan tata tertib.
Di samping itu pendidikan anak dalam keluarga sering kali berlangsung secara tidak sengaja, dalam arti tidak direncanakan atau dirancang secara khusus guna mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan metode-metode tertentu seperti dalam pendidikan di sekolah. Pendidikan dalam keluarga sering kali dilaksanakan secara terpadu dengan pelaksanaan tugas atau kewajiban orang tua terhadap anak. 
Orang tua memegang peranan untuk menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa. Karena keberhasilan siswa dalam meningkatkan motivasi belajar tidak hanya ditentukan oleh kegiatan belajar mengajar di sekolah saja, tetapi juga perlu didukung dengan kondisi dan perlakuan orang tua (pola asuh di rumah) yang dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik. Dari pengertian tersebut tampak jelas bahwa disiplin merupakan sikap moral seseorang yang tidak secara otomatis ada pada dirinya sejak ia lahir, melainkan dibentuk oleh lingkungannya melalui pola asuh serta perlakuan orang tua, guru, serta masyarakat. Individu yang memiliki sikap disiplin akan mampu mengarahkan diri dan mengendalikan perilakunya sehingga akan menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban terhadap peran-peran yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SD X, masih banyak siswa yang kurang disiplin terhadap peraturan sekolah yang tidak boleh datang terlambat atau membuat gaduh kelas saat pelajaran berlangsung. Saat upacara hari Senin masih ada saja yang terlambat dan lupa tidak membawa perlengkapan upacara. Lupa tidak mengerjakan tugas, lupa tidak membawa buku pelajaran dan masih banyak lagi. Hal seperti itu merupakan tugas guru dan orang tua untuk memperbaiki disiplin anak. Selain disiplin, anak sering kurang berminat terhadap belajar.
Berdasarkan berita di media cetak Kompas, di daerah Jogjakarta terjaring 14 pelajar yang membolos dari sekolah. Para siswa membolos ke tempat hiburan dan obyek wisata seperti area permainan playstation dan swalayan. Dengan berita itu membuktikan bahwa ketertarikan mereka terhadap belajar itu kurang. Melihat banyak siswa yang membolos saat pelajaran itu merupakan tugas guru untuk memperbaiki metode saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, agar siswa tidak bosan dan termotivasi untuk belajar. Sebagai orang tua juga harus memantau bagaimana perilaku anaknya saat di sekolah ataupun di rumah. Dan orang tua juga harus bisa memotivasi anaknya agar semangat dalam belajarnya.
Sikap disiplin dan motivasi belajar yang tinggi penting dimiliki oleh setiap siswa karena dengan disiplin dan motivasi belajar yang tinggi akan memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur. Siswa yang menyadari bahwa belajar tanpa adanya suatu paksaan, siswa menunjukkan perilaku yang memiliki kecenderungan disiplin yang tinggi dalam dirinya disamping itu juga akan timbul suatu motivasi dalam diri siswa. Mereka menyadari bahwa dengan disiplin belajar dan juga adanya motivasi belajar dalam dirinya akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Hal ini terjadi karena dengan disiplin rasa segan, rasa malas, dan rasa membolos akan teratasi. 
Siswa memerlukan disiplin belajar dan adanya motivasi dalam belajar supaya dapat mengkondisikan diri untuk belajar sesuai dengan harapan-harapan yang terbentuk dari masyarakat. Siswa dengan disiplin belajar dan adanya motivasi yang tinggi akan cenderung lebih mampu memperoleh hasil belajar yang baik dibanding dengan siswa yang disiplin belajar dan kurangnya motivasi belajarnya rendah. Khususnya dalam mendalami pelajaran IPA, karena materi yang harus dipelajari cukup banyak dan IPA mencangkup beberapa pokok bahasan yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga dibutuhkan disiplin serta motivasi yang tinggi dari dalam diri siswa.
Siswa yang disiplin dalam belajar dan juga adanya motivasi belajar senantiasa bersungguh-sungguh dan berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas, siswa datang ke sekolah tepat waktu dan selalu mentaati tata tertib sekolah, apabila berada di rumah siswa belajar secara teratur dan terarah. Upaya untuk mengetahui tingginya tingkat disiplin belajar dan motivasi belajar siswa, peneliti mencoba untuk melaksanakan penelitian. Judul penelitian yang penulis angkat dalam penelitian ini yaitu "HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 
1. Apakah ada hubungan signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
2. Apakah ada hubungan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
3. Apakah ada hubungan signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri X.
4. Apakah ada hubungan signifikan antara disiplin belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 
1. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
2. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
3. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri X.
4. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : 
1. Manfaat Akademik
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan baru bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara disiplin belajar dan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
Memberi masukan kepada siswa akan pentingnya disiplin belajar dan motivasi belajar, bagi pihak sekolah akan pentingnya peraturan yang mengatur kedisiplinan siswa, dan bagi pihak orang tua untuk mendorong siswa untuk mempunyai motivasi belajar yang baik dan berdisiplin dalam belajar.

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD

(KODE : PENDPGSD-0002) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bab I, pasal 2 ayat (3) Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003., Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam diri peserta didik sebenarnya sudah terdapat banyak kemampuan yang dimiliki, namun sebagai guru kadang kita lupa dan mengabaikan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Dalam memasuki era globalisasi pada saat ini, peran membaca sangat penting dalam segala hal. Melihat pentingnya membaca untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan, maka minat baca harusnya mulai ditanamkan sejak dini. Sebab, minat baca pada anak tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diperoleh dari lingkungan anak. Keluarga yang merupakan lingkungan anak pertama adalah salah satu hal yang mempengaruhinya. Selain itu sekolah juga merupakan faktor yang penting.
Sekolah merupakan tempat dimana proses transfer ilmu berlangsung, peranan tenaga pendidik yang ada di sekolah, sangat menentukan arah transfer ilmu yang sedang dan akan berjalan. Sekolah dituntut untuk dapat memfasilitasi. Sehingga hasil akhir yang didapat, sekolah tersebut memilki siswa-siswa yang unggul dan berprestasi. Pastinya, bukan hanya para guru saja yang harus banyak berperan, tetapi juga sarana pendukung yang dapat membantu para siswanya di dalam hal kegiatan belajar-mengajar, mutlak disediakan oleh sekolah, seperti perpustakaan dan laboratorium pendukung.
Perpustakaan sekolah misalnya, merupakan sarana yang melayani siswa dalam mencari segala informasi dalam belajarnya. Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah. Sebagai sebuah lembaga yang memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan, maka perpustakaan memiliki nilai-nilai pendidikan, edukatif dan ilmu pengetahuan. Orang yang mau membaca dan belajar, dapat memanfaatkan Perpustakaan sebaik-baiknya. Pendek kata, siapapun yang ingin pandai, menambah pengetahuan, keterampilan, dan wawasannya mesti belajar (membaca),
Mendasarkan pada hasil penelitian Programme for International Student Assessment, diketahui minat baca siswa di Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur. Karena dari 42 negara yang menjadi responden, siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Demikian juga dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa Indonesia hanya mampu menyerap 30% dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan. Kusuma (dalam http://suherlicentre.blogspot.com).
Fakta di atas menunjukkan bahwa di Indonesia, menumbuhkan minat membaca pada siswa menjadi kebutuhan yang mendesak dan penting. Kebutuhan ini didasarkan pada kenyataan bahwa di sekolah, sebagian besar interaksi belajar mengajar dilakukan dengan pemberian tugas-tugas yang melibatkan buku-buku yang harus dibaca siswa. Soewarso dan Widiarto (2010 : 91), menegaskan, khusus pada mata pelajaran IPS, dalam interaksi belajar mengajar, hampir seluruhnya tergantung pada bacaan. Dalam IPS kegiatan mengumpulkan berbagai informasi mutlak untuk dilakukan, dan untuk mendapatkan informasi ini diperoleh dari kegiatan membaca.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi : Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Dalam ilmu sosial terdapat ketrampilan-ketrampilan yang mutlak harus dimiliki, yaitu bertanya, menggali, menyajikan dan menganalisis informasi. mengembangkan dan menguji generalisasi serta membaca dan menulis secara kritis.
Salah satu tujuan pembelajaran IPS SD adalah memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. Bekal untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya siswa harus membaca buku-buku dan informasi bacaan lainnya. Kegiatan ini penting untuk membantu memberikan informasi bagi pembaca, yang mendorong pembaca berpikir kritis dengan keingintahuan yang tinggi sehingga secara tidak langsung akan mencapai kompetensi yang diharapkan yang ditunjukkan oleh tingginya hasil belajar IPS yang dicapai.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SDN X, menurut catatan jurnal harian perpustakaan diketahui bahwa rata-rata hanya 20 sampai 25 siswa atau sekitar 35 % dari jumlah keseluruhan siswa SDN X yang aktif dalam kegiatan membaca maupun meminjam buku-buku atau koleksi bacaan lainnya, pada saat jam istirahat pertama maupun jam istirahat kedua. Itu pun yang banyak melakukan adalah kelas tinggi. Selain hal tersebut, di SDN X menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 60, sedangkan berdasarkan hasil ulangan harian pertama pada mata pelajaran IPS ,28 dari 39 siswa kelas IV yang nilai diatas KKM yang ditetapkan. selebihnya ada 11 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM. Sedang untuk kelas V dari 33 siswa 11 siswa tidak tuntas dan kelas VI dari 36 ada 6 siswa yang kurang dari KKM. Hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh faktor minat membaca seperti yang dituturkan salah satu guru di SDN X. 
“Untuk memahami pelajaran IPS diperlukan banyak informasi yang harus diserap oleh anak, jika hanya bergantung pada saat pelajaran saja maka kurang, dengan kegiatan membaca di luar jam pelajaran maka anak akan belajar mencari sendiri informasi-informasi yang ada di buku yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS-nya”.
Berlatar belakang dari uraian tersebut serta berbagai hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SEKOLAH DASAR NEGERI X”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : adakah hubungan antara minat baca dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas tinggi Sekolah Dasar Negeri X.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat baca dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas tinggi SDN X.

D. Manfaat Penelitian 
1. Dari segi Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut. 
2. Dari segi Praktis : 
Bagi guru hasil penelitian diharapkan memberi wawasan untuk mengembangkan pembelajaran dengan mendorong minat baca siswa melalui tugas-tugas pembelajaran IPS. Sedangkan bagi siswa hasil penelitian diharapkan dapat membuat siswa mencintai kegiatan membaca, dan memanfaatkan perpustakaan. Bagi lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar, diharapkan penelitian ini dapat membuat menyadarkan bahwa minat baca perlu dikembangkan dalam diri peserta didik.

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

(KODE : PENDPGSD-0001) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Berbahasa merupakan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Di sekolah dasar. pengajaran membaca merupakan salah satu aspek pokok pengajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan sistem bunyi dan makna, unsur-unsur bahasa yang dipilih secara acak tanpa dasar atau tidak ada hubungan logis antara bunyi dengan maknanya, berbentuk ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berfungsi selama manusia memanfaatkannya, sebagai penyatu keluarga. masyarakat, dan bangsa dalam kegiatannya. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam bereksplorasi di lingkungan akademik maupun kehidupan sosial. Kegemaran membaca sebaiknya dilatihkan kepada anak sejak usia dini yaitu pada tingkat sekolah dasar. Pembelajaran bahasa mencerminkan pengenalan diri dan budaya. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pembelajaran yang melibatkan pengalaman siswa pada empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca. Dalam proses belajar mengajar, membaca mempunyai peranan yang sangat penting. Bahkan membaca merupakan faktor penentu bagi keberhasilan belajar seseorang.
Wiranto (2008) mengatakan guru mengeluhkan macetnya komunikasi guru dengan siswa yang disebabkan pasifnya siswa dengan sikap yang diam dalam seribu bahasa. Guru tersebut kesal bila dalam proses belajar mengajar dan bertanya untuk mendapatkan umpan balik tidak ada jawaban dari siswanya. Kesulitan siswa dalam memahami pelajaran dan pasifnya siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan adalah karena siswa lemah dalam kemampuan membaca. Penyebabnya adalah karena mereka tidak terlatih atau membiasakan diri membaca sejak dini.
Membaca dalam kehidupan sehari-hari tidak harus membaca buku pelajaran saja tetapi bisa juga membaca novel, buku cerita, ensiklopedi, kamus, koran, maupun komik. Banyak orang bertanya, apa keuntungan yang kita dapatkan dari membaca novel, buku cerita, ensiklopedi, kamus, komik maupun koran. Menurut pendapat Elena (2007) mungkin pikiran pertama yang muncul dibenak orang mengenai manfaat membaca buku cerita maupun novel adalah untuk mendapatkan hiburan dari alur ceritanya. Tapi bukan itu saja, membaca buku dapat membantu memaparkan orang berbagai jenis kata dan kalimat baru, dan ini pun nantinya bisa memperkaya vokab orang tersebut dan meningkatkan kemampuan berkomunikasinya.
Membaca meningkatkan cara berpikir, membaca juga meningkatkan memori seseorang serta kemampuannya memahami teks. Membaca merangsang otak untuk berimajinasi. Penelitiannya menemukan bahwa pada saat menonton televisi tidak banyak bagian otak yang merespon, sedangkan pada saat orang membaca, bagian-bagian otak yang berbeda akan merespon. Hal itu disebabkan oleh imajinasi otak yang pada saat membaca dapat membayangkan hal-hal yang terjadi di dalam buku. Dari pernyataan Elena (2007) maka dapat disimpul-kan bahwa dengan kegiatan membaca novel, buku cerita, ataupun komik akan membantu merangsang otak untuk berkonsentrasi dan berimajinasi. Dengan demikian maka apabila otak sudah terbiasa berkonsentrasi dan berimajinasi akan memper-mudah seseorang untuk belajar.
Menurut Nadia (2005) kebiasaan membaca sejak dini ternyata dapat menggali bakat dan potensi anak. Membaca juga dapat memacu day a nalar dan melatih konsentrasi. Menurut pengalamannya, dengan mengenalkan buku bacaan pada anaknya sejak kecil dapat meningkatkan prestasi anaknya di sekolah. Terbukti anaknya sudah bisa membaca pada usia 4 tahun dan mampu mengarang dengan baik pada saat berusia 7 tahun. Nadia juga menegaskan bahwa peran orang tua sangat penting untuk mendampingi anak dalam membaca. Orang tua harus mengawasi buku apa saja yang mereka baca. Jangan sampai buku tersebut berdampak negatif pada anak dan menjadikan anak malas untuk belajar. Anak-anak boleh membaca komik tetapi hanya sekedar untuk hiburan saja dan memacu daya imajinasinya. Dengan memperhatikan kebiasaan membaca yang baik dan penggunaan metode membaca maka dapat dipastikan kita akan memahami isi dari bacaan yang nantinya juga akan berpengaruh pada hasil belajar, karena tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang menurut Merson (dalam Tulus, 2004) adalah faktor kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar dimana kebiasaan membaca yang baik termasuk dalam cara belajar dari seorang siswa, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa kebiasaan membaca dan kecerdasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Melalui kegiatan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan. Dengan membaca membuat orang menjadi cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa yang tinggi. Melalui kegiatan membaca juga selalu tersedia waktu untuk merenung, berfikir dan mengembangkan kreativitas berfikir. Bila seorang siswa tidak memiliki kebiasaan membaca serta perhatian yang besar terhadap membaca maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari pelajaran. Sebaliknya, apabila kegiatan membaca tersebut disertai dengan kebiasaan membaca serta perhatian besar terhadap obyek yang dipelajari, maka hasilnya diperoleh lebih baik. Tetapi tidak semua siswa mempunyai kesamaan kebiasaan dan kemampuan, dan tidak semua dari siswa belajar dengan cara yang sama. Setiap siswa memiliki kecerdasan berbeda-beda. Kecerdasan adalah kemampuan umum setiap individu dalam berbagai tingkat. Kecerdasan juga merupakan salah satu faktor utama penentu sukses atau gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences/Ml) seperti yang dicerminkan dalam namanya, merupakan suatu kompetensi kognitif (belajar, memahami) manusia lebih baik diuraikan dalam arti kumpulan kemampuan, bakat, atau keterampilan mental yang disebut "kecerdasan" Gardner (Saputri, 2006 : 2). Setiap individu memiliki kecerdasan majemuk namun kadar yang dimiliki berbeda-beda, ada yang hanya memiliki beberapa kecerdasan majemuk dan buta pada kecerdasan majemuk lain, tetapi gabungan dari beberapa kecerdasan majemuk itulah yang membuat adanya keunikan tersendiri pada tiap individu Gardner (Arunita, 2009 : 1). 
Kecerdasan Verbal-Linguistic adalah kecerdasan yang terkait dengan kata-kata dan secara luas komunikasi. Kecerdasan ini menggambarkan kemampuan memakai bahasa melalui membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman sebelumnya, juga merupakan komponen penting dari kecerdasan ini. Orang yang berkecerdasan linguistik mampu membentuk dan mengenali kata dan polanya dengan penglihatan, pendengaran dan dalam beberapa kasus persentuhan. Orang berkecerdasan ini mampu menghasilkan dan menghaluskan bahasa dan menggunakan banyak bentuk dan format. Di ruang kelas, kecerdasan linguistik dirangsang melalui kegiatan bercerita, berdebat, berpidato dan bersandiwara. Membaca dan merespon berbagai variasi teks, juga menulis bermacam tema esai, cerita, surat, dan lelucon (English, 2005 : 24).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SDN X, menurut catatan jurnal harian perpustakaan diketahui bahwa rata-rata hanya 20 sampai 25 siswa atau sekitar 20,6% dari jumlah keseluruhan siswa SDN X yang aktif dalam kegiatan membaca maupun meminjam buku-buku atau koleksi bacaan lainnya, pada saat jam istirahat pertama maupun jam istirahat kedua. Selain hal tersebut, guru kelas IV di SDN X juga menuturkan bahwa "SDN X menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70, sedangkan berdasarkan hasil ulangan harian serta hasil Ujian Akhir Semester I pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, hanya 27 dari 39 siswa kelas IV yang nilai rata-ratanya di atas KKM yang ditetapkan, selebihnya ada 12 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM". Hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca dan kecerdasan siswa.
Berlatar belakang dari uraian tersebut serta berbagai hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIC DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 
1. Adakah hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan membaca dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri X.
2. Adakah hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan Verbal-Linguistic dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN X.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kebiasaan membaca dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri X.
2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan Verbal-Linguistic dan hasil belajar siswa IV tinggi di SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah dapat memberikan manfaat secara teoritis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan. 
1. Manfaat teoritis
a. Untuk peneliti sebagai sarana dalam membantu proses belajar mengajar.
b. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovatif sehingga diharapkan menjadi guru yang profesional. 
2. Manfaat praktis
a. Sumbangan untuk lembaga pendidikan khususnya sekolah dalam usahanya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Sebagai bahan informasi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Memberikan alternatif bagi guru untuk mendorong siswa dalam menumbuhkan kebiasaan membaca dan kecerdasan verbal-linguistic dalam menunjang pembelajaran sehingga prestasi belajar dapat meningkat.