Search This Blog

Showing posts with label skripsi MIPA. Show all posts
Showing posts with label skripsi MIPA. Show all posts
SKRIPSI PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SISTEM SARAF DAN HORMON PADA MANUSIA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI SMA

SKRIPSI PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SISTEM SARAF DAN HORMON PADA MANUSIA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI SMA

(KODE : PENDMIPA-0094) : SKRIPSI PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SISTEM SARAF DAN HORMON PADA MANUSIA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI SMA



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran Biologi pada siswa SMA khususnya pada materi sistem regulasi yang terdiri atas konsep sistem saraf dan hormon pada manusia memberikan tantangan besar bagi guru. Ditunjukkan oleh data rata-rata nilai hasil belajar pada materi tersebut yang masih rendah, yaitu nilai > 62 hanya mencapai 56% dari jumlah keseluruhan siswa. Konsep sistem saraf dan hormon pada manusia banyak memuat konsep-konsep yang abstrak dan sulit untuk dipelajari secara langsung sehingga memerlukan suatu alat yang dapat membantu proses pembelajaran, alat inilah yang disebut dengan media. Disebutkan pula bahwa pengajaran akan lebih efektif apabila objek yang menjadi bahan pengajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya walaupun tidak sama persis, yaitu melalui media (Sudjana dan Rivai 2002).
Saat ini media dan teknologi menjadi salah satu ciri yang ditonjolkan dalam dunia pendidikan. KTSP yang berlaku saat ini menuntut guru untuk lebih kreatif termasuk dalam memodifikasi media pembelajaran. Meskipun demikian di SMAN X yang dilengkapi 2 ruang multimedia dengan 40 buah komputer, belum memanfaatkannya dalam pembelajaran Biologi.
Terlebih lagi sebuah penelitian menyebutkan "In a field study with 75 students, we compared the individual validation of four media for vocational guidance, two multimedia applications and two products printed matter. Data analyses reveal that the students enjoyed using electronic media " (Hasebrook dan Gremm 1999). Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa hasil uji lapangan pada 75 siswa menggunakan dua jenis media yaitu multimedia dan media cetak mengungkap bahwa siswa lebih senang menggunakan media elektronik. Bahkan penelitian lain menemukan bukti bahwa cara yang efektif untuk membantu agar informasi ilmiah dapat lebih mudah dipahami ialah melalui penjelasan informasi secara multimodal, misalnya dalam format multimedia (Pranata 2004).
Selain itu pendekatan yang efektif pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang sangat memperhatikan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga proses belajar mengajar lebih bersifat student centered karena multimedia interaktif dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh siswa, sehingga siswa dapat memilih apa yang dikehendaki. Seperti yang disebut dalam sebuah jurnal "The final navigational interface has the advantages of allowing the student flexible navigations, proving an indication of progress through the subject material, whilst constraining their route" (Evans dan Edwards 1999).
Disebutkan dalam simpulan penelitian tersebut bahwa tombol navigasi yang ditampilkan dalam multimedia interaktif mempunyai manfaat memudahkan siswa dalam menentukan materi belajar, dan hal ini menunjukkan indikasi terjadinya peningkatan dalam mempelajari materi, disamping itu tombol navigasi membatasi rute belajar siswa sehingga pembelajaran lebih terarah.
Masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan adalah proses pembelajaran hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya 2007).
Dengan mempertimbangkan beberapa hal di atas salah satu langkah yang diupayakan adalah menyusun multimedia interaktif tentang sistem saraf dan hormon pada manusia yang dilengkapi dengan permasalahan atau contoh kasus yang sifatnya kontekstual atau dapat ditemui sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF SISTEM SARAF DAN HORMON PADA MANUSIA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI SMA".

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 
1. Apakah multimedia interaktif sistem saraf dan hormon pada manusia berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikembangkan sesuai dengan standar kompetensi pembelajaran, yaitu bila indikator keberhasilan yang ditunjukkan oleh nilai data penilaian pakar terhadap multimedia interaktif mencapai > 86,66 % ?.
2. Apakah multimedia interaktif berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) efektif diterapkan dalam pembelajaran sistem saraf dan hormon pada manusia di SMA, dengan indikator keberhasilan ditunjukkan oleh hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar individual > 68 dan ketuntasan belajar klasikal > 85% ?.
3. Apakah multimedia interaktif berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) efektif diterapkan dalam pembelajaran sistem saraf dan hormon pada manusia di SMA, dengan indikator keberhasilan ditunjukkan oleh nilai tiap aspek aktivitas siswa mencapai > 50 % ?.

C. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah : 
1. Mengembangkan multimedia interaktif sistem saraf dan hormon pada manusia berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) yang sesuai dengan standar kompetensi pembelajaran, yaitu bila indikator keberhasilan yang ditunjukkan oleh nilai data penilaian pakar terhadap multimedia interaktif mencapai > 86,66%.
2. Mengukur efektivitas penerapan multimedia interaktif berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran sistem saraf dan hormon pada manusia di SMA, dengan indikator keberhasilan ditunjukkan dengan ketuntasan belajar individual > 68 dan ketuntasan belajar klasikal > 85%.
3. Mengukur efektivitas penerapan multimedia interaktif berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran sistem saraf dan hormon pada manusia di SMA, dengan indikator keberhasilan ditunjukkan oleh nilai tiap aspek aktivitas siswa mencapai > 50 % ?.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain : 
1. Mengetahui kesesuaian multimedia interaktif sistem saraf dan hormon pada manusia berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikembangkan dengan standar kompetensi pembelajaran, yaitu bila indikator keberhasilan yang ditunjukkan oleh nilai data penilaian pakar terhadap multimedia interaktif mencapai > 86,66 %.
2. Mengetahui kemampuan multimedia interaktif berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk diterapkan sebagai media pembelajaran sistem saraf dan hormon pada manusia di SMA, dengan indikator keberhasilan ditunjukkan oleh hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar individual > 68 dan ketuntasan belajar klasikal > 85%.
3. Mengetahui kemampuan multimedia interaktif berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk diterapkan dalam pembelajaran sistem saraf dan hormon pada manusia di SMA, dengan indikator keberhasilan ditunjukkan oleh nilai tiap aspek aktivitas siswa mencapai > 50 % ?.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut. 
a. Dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi penyusun dalam menyusun dan mengembangkan suatu media yang menarik dan sesuai dengan materi pelajaran dan standar kompetensi pembelajaran. 
b. Dapat memacu kreativitas guru untuk mengembangkan media sebagai hasil rancangan sendiri.
c. Produk dapat digunakan sebagai media pembelajaran Biologi di SMA guna memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka efektivitas dan peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar.
d. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan alam khususnya Biologi.
e. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi peneliti yang akan datang.
f. Sebagai panduan bagi mata pelajaran lain dalam memilih media pembelajaran yang akan diterapkan bagi perbaikan di masa yang akan datang. 

SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITIES PADA MATA PELAJARAN IPA SD

SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITIES PADA MATA PELAJARAN IPA SD

(KODE : PENDMIPA-0093) : SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITIES PADA MATA PELAJARAN IPA SD



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Dalam UUSPN (UU No 20 tahun 2003), secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta memper-siapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pendidikan dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian, dan keterampilan. Salah satu disiplin ilmu adalah IPA.
Sementara Standar Proses mengisyaratkan proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SD X, Peneliti melakukan observasi di kelas III yang berjumlah 34 siswa. Pada saat observasi, peneliti melihat dalam pembelajaran guru masih banyak menggunakan pembelajaran yang konvensional khususnya pada pelajaran IPA. Dan observasi yang dilakukan peneliti di SD Y, observasi yang juga dilakukan di kelas III yang berjumlah 40 siswa. Peneliti melihat dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA guru juga masih banyak menggunakan metode ceramah. Dengan penggunaan metode yang konvensional dan kurangnya alat peraga yang tersedia sehingga penjelasan guru masih ber-sifat abstrak dan siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa juga cenderung pasif hanya mendengar penjelasan guru saja, mencatat dan menghafal dari apa yang dijelaskan guru dalam pembelajaran, serta ada beberapa siswa menjadi ribut sendiri, bahkan ada siswa yang mengganggu temannya yang sedang mendengar penjelasan guru. Ditambah dengan kurangnya alat peraga pembelajaran menjadi kurang menarik.
Sebelum penelitian dilaksanakan, diketahui bahwa masih ada beberapa siswa yang nilainya di bawah nilai KKM pada nilai ulangan harian siswa mata pelajaran IPA. Nilai KKM yang ditentukan dari dua SD yaitu SD X dan SD Y adalah 65. Terlihat di SD X  di kelas III yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan yaitu tingkat keberhasilan siswa pada mata pelajaran IPA 68% dan 32% siswa yang belum mencapai nilai KKM dan di SD Y tingkat keberhasilan siswa pada mata pelajaran IPA 70% dan 30% siswa yang belum mencapai nilai KKM. Maka peneliti ingin mencoba melibatkan siswa secara langsung di dalam pembelajaran. Pembelajaran di luar ruangan atau yang sering dikenal den-gan istilah outdoor activities memungkinkan siswa mengalami langsung konsep yang dipelajari dikarenakan materi pembelajaran merupakan kegiatan yang dekat dengan pengalaman siswa dalam kesehariannya sehingga menjadi bermakna bagi kehidupannya. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang "PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITIES PADA MATA PELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR".

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, di dapat identifikasi masalah sebagai berikut : 
1. Guru masih menggunakan metode konvensional, sehingga siswa cenderung pasif hanya mendengarkan penjelasan guru saja, mencatat dan menghafal dari apa yang dijelaskan guru dalam pembelajaran, serta ada beberapa siswa menjadi ribut sendiri, bahkan ada siswa yang mengganggu temannya yang sedang mendengarkan penjelasan guru.
2. Kurangnya alat peraga sehingga pembelajaran menjadi bersifat abstrak dan kurang menarik, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 
Apakah pembelajaran outdoor activities pada mata pelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sekolah dasar ?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian tentang permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah : 
Mengetahui Adanya Pengaruh Penerapan Outdoor Activities Pada Mata Pelajaran I PA terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis pada masyarakat luas, khususnya dibidang pendidikan. Adapun manfaat penelitian sebagai berikut : 
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan perbaikan pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar siswa dan masukan tentang pengembangan pembelajaran dengan menggunakan outdoor activities terutama pada pelajaran IPA kelas III.
2. Manfaat Praktis
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 
a. Bagi siswa
Dapat menumbuhkan semangat kerja sama antar siswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran terutama mata pelajaran IPA.
b. Bagi guru
Dengan adanya pembelajaran outdoor activities guru dapat mengetahui hasil belajar siswa di sekolah dan dapat memperbaiki kegiatan belajar di luar sekolah.

SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(KODE : PENDMIPA-0092) : SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas dan relevansinya (Khusnul Khotimah, 2008). Dalam UU No. 20/2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, tercantum fungsi dan tujuan pendidikan : 
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Keterampilan proses adalah termasuk salah satu pendekatan yang membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus". Diharapkan dengan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran matematika di SD, dapat menumbuhkan semangat belajar dalam diri siswa sehingga siswa tidak hanya sekedar tahu tentang rumus tetapi mengerti tentang konsep matematika yang diajarkan.
Setelah peneliti melaksanakan observasi di SDN X kelas V pada mata pelajaran matematika, guru adalah tokoh utama dalam pembelajaran. Guru menjadi pusat dalam pembelajaran. Guru mengajar dengan metode konvensional dan siswa hanya banyak mendengar dalam kegiatan belajar, belum semua aktif untuk mengikuti proses pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang berjumlah 30 orang hanya 9 orang atau 30 % yang berani mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan. Sekitar 15 orang atau 50% siswa hanya diam dan menundukkan kepala, sedangkan 6 orang atau 20% sisanya asik sendiri bermain dengan teman sebangku. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa di SDN X, khususnya kelas VA pada mata pelajaran Matematika, terdapat 18 orang atau 60 % dari 30 siswa yang nilai hasil belajarnya berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60.
Dengan ini membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru, membuat lebih dari 50 % siswa hasil belajarnya tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh pihak sekolah, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode atau pendekatan pembelajaran yang lain.
Hal ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan upaya perbaikan proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga dari latar belakang di atas, penulis mengajukan penelitian berjudul "PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 
"Apakah pendekatan keterampilan proses pada mata pelajaran matematika berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN X ?".

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas maka tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan pendekatan keterampilan proses pada mata pelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN X. 

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : 
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan, keterampilan, dan hasil belajar matematika serta sebagai bahan masukan dan menambah pengalaman baru bagi siswa.
2. Bagi guru khususnya guru SD, sebagai masukan dalam rangka pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan kreatifitas dan keterampilan siswa.
3. Instansi sekolah, dapat meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan output yang berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. 
4. Menambah wawasan peneliti terkait pelaksanaan pembelajaran sebagai bekal menuju dunia kerja kelak sebagai seorang pendidik.

SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (OUTDOOR ACTIVITIES) DALAM MATA PELAJARAN IPA

SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (OUTDOOR ACTIVITIES) DALAM MATA PELAJARAN IPA

(KODE : PENDMIPA-0091) : SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (OUTDOOR ACTIVITIES) DALAM MATA PELAJARAN IPA



BAB I 
PENDAHULUAN

A, Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan nasional negara kita, pendidikan didefinisikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia untuk menghasilkan kualitas insan yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan di segala bidang. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi.
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Usman (1990 : 1) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Mengacu dari pendapat tersebut, maka proses belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Pelajaran IPA misalnya diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dengan demikian pemilihan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Sebagaimana pendapat Sudjana (1987 : 76), bahwa peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, tetapi untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu, hal ini dikemukakan oleh Powler (2010). Dengan kata lain hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Mata pelajaran IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam dan lingkungan sekitar mereka.
Pembelajaran IPA yang didominasi metode ceramah cenderung berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum dan buku teks, serta jarang mengaitkan yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan memberikan dampak yang tidak baik bagi siswa karena siswa belajar hanya untuk ulangan atau ujian, sehingga pelajaran IPA dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan oleh siswa, yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak-anak belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya serta anak belajar dalam kondisi yang menyenangkan. Paradigma pembelajaran berubah menjadi bersifat dari teacher centered menjadi student centered. Guru sedikit menjelaskan materi sedangkan siswa berusaha membuktikan sendiri dari eksperimen yang difasilitasi oleh guru.
Mata pelajaran IPA adalah ilmu tentang alam. Tentunya sebagai pengajar paham bahwa pendekatan di alam sekitar lebih efektif bila diterapkan bagi anak SD, karena anak SD masih dalam tahapan operasional konkrit (Jean Piaget) yaitu kemampuan berpikir logis, mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah masalah konkrit. Jadi seorang anak akan lebih paham bila seorang anak dapat melihat sesuatu yang konkrit.
Menurut Abdulrahman (2007 : 100), pada saat ini pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih belum bermakna. Selama mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan yang berorientasi pada kehidupan alam sekitar.
Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa dan juga mengakibatkan siswa kurang bersemangat untuk mempelajari mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dengan sikap bosan, jenuh sehingga kurang berkesan dalam benak mereka. Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya. Salah satunya dengan adanya pembelajaran di luar ruangan atau yang sering dikenal dengan istilah outdoor activities. Outdoor activities memungkinkan siswa mengalami langsung konsep yang dipelajari. Hal itu karena materi pembelajaran merupakan kegiatan yang dekat dengan pengalaman siswa dalam kesehariannya sehingga menjadi bermakna bagi kehidupan.
Seorang guru atau tenaga pendidik dalam menyampaikan pembelajaran harus melihat kompetensi yang hendak dicapai oleh siswa nanti, dan salah satu pembelajaran yang menarik guru dapat menggunakan kegiatan pembelajaran luar kelas (outdoor activities) untuk mengganti pembelajaran yang konvensional yang selama ini selalu digunakan oleh guru. Karena melalui pembelajaran outdoor activities siswa dapat belajar sesuatu yang konkrit atau nyata yang dapat disajikan dalam bentuk pengamatan, observasi atau permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi khususnya pada mata pelajaran IPA Kelas III SDN X.
Penggunaan setting alam terbuka sebagai sarana kelas memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran secara menyeluruh dan sekaligus membebaskan para peserta dari himpitan suasana dan ritme rutinitas kerja yang biasa mereka alami. Suasana alam yang segar dan asri, udara yang segar, desir air, atau hembusan angin juga dapat mendorong intensitas keterlibatan para peserta, baik secara fisik, mental, emosional, bahkan mungkin sampai tingkat spiritual mereka terhadap berbagai program yang dibawakan.
Sarana alam terbuka juga dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan bagi para siswa, sebagaimana layaknya seorang anak yang sedang bermain di alam bebas. Situasi ini akan mendukung efektivitas proses pembelajaran, khususnya bagi seorang anak. Dengan langsung terlibat pada aktivitas siswa akan segera mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan, sehingga siswa akan lebih paham dan mengerti tentang sesuatu yang mereka amati dan pelajari.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI LUAR KELAS (OUTDOOR ACTIVITIES) DALAM MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN X".

B. Identifikasi Masalah
Terkait dengan penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu diidentifikasi yang mana bahwa hal-hal inilah yang kemudian memicu penulis untuk melakukan penelitian dengan topik penelitian seperti yang dipaparkan di atas. Adapun masalah yang ditemui adalah sebagai berikut : 
1. Pembelajaran di kelas terlebih mata pelajaran IPA masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah.
2. Siswa masih banyak yang kurang berminat dengan mata pelajaran IPA dan cenderung menghindari mata pelajaran IPA. Hal ini terjadi karena siswa belum menemukan pemahaman yang tepat, dan belum melihat sesungguhnya manfaat dari mempelajari IPA.

C. Batasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 
1. Perlu memberikan pemahaman yang benar dan tepat pada siswa tentang hakikat IPA sesungguhnya.
2. Agar pemahaman itu dapat menjadi benar dan tepat diperlukan metode pembelajaran yang tepat pula.
3. Metode belajar outdoor activities adalah salah satu metode belajar yang ditawarkan penulis, untuk dapat menjadi solusi dalam proses pembelajaran sekaligus untuk memberikan pemahaman yang benar dan tepat tentang hakikat IPA.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan "Apakah ada perbedaan efektivitas pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran di luar kelas (outdoor activities) dan pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran IPA kelas III SDN X ?".

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran di luar kelas (outdoor activities) dalam mata pelajaran IPA kelas III SDN X
.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun manfaat praktis khususnya di bidang pendidikan : 
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai efektivitas pembelajaran di luar kelas (Outdoor Activities) dalam mata pelajaran IPA.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
- Diharapkan dapat menerapkan prinsip kerja sama dalam kelompok.
- Dapat meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa dalam pembelajaran terutama pada pelajaran IPA.
- Diharapkan dapat memecahkan masalah dalam kegiatan belajar di luar kelas (outdoor activities) serta mampu mengimplementasikannya.
- Siswa dapat bersahabat dengan alam serta peduli terhadap lingkungan.
b. Manfaat bagi guru
- Meningkatkan kreativitas guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik.
- Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar untuk memperoleh model pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran IPA.
- Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
c. Manfaat bagi sekolah
- Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembelajaran yang lebih bermakna dalam pelaksanaan pembelajaran.
- Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sehingga mutu sekolah meningkat.
d. Manfaat bagi penulis
- Memberikan pengetahuan tentang pembelajaran di luar kelas yang nantinya akan dipraktekkan ketika penulis menjadi guru.

SKRIPSI ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KESIAPAN GURU SMA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

SKRIPSI ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KESIAPAN GURU SMA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

(KODE : PENDMIPA-0090) : SKRIPSI ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KESIAPAN GURU SMA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan peserta didik, kebutuhan pembangunan nasional, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Kurikulum yang digunakan sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinilai masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaannya. KTSP dinilai belum tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global (Kemendikbud 2012). Standar penilaian KTSP dinilai belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi. Hal tersebut bertentangan dengan penjelasan pasal 35 UU nomor 20 Tahun 2003 bahwa kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Permasalahan pendidikan yang muncul membuat Kemendikbud menilai perlu dikembangkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan karena adanya tantangan internal maupun tantangan eksternal (Kemendikbud 2013a). Tantangan internal terkait tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan dan faktor perkembangan penduduk Indonesia. Tantangan eksternal berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka. Hasil analisis PISA menunjukkan hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6 (Kemendikbud 2013b). Selain itu, fenomena negatif akibat kurangnya karakter yang dimiliki peseta didik menuntut pemberian pendidikan karakter dalam pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung persepsi masyarakat bahwa pembelajaran terlalu menitikberatkan pada kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
Perubahan kurikulum memiliki tujuan meningkatkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian kurikulum baru selain menilai keaktifan bertanya, juga menilai proses dan hasil observasi siswa serta kemampuan siswa menalar masalah yang diajukan guru sehingga siswa diajak berpikir logis. Elemen perubahan Kurikulum 2013 meliputi perubahan standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan standar penilaian (Kemendikbud 2012). Standar kompetensi lulusan dibedakan menjadi domain yaitu sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Rancangan Kurikulum 2013 menyebutkan adanya pengurangan mata pelajaran di tingkat SD dan SMP. Perubahan lain yaitu penambahan jam pelajaran, komponen kurikulum seperti buku teks dan pedoman disiapkan pemerintah, adanya integrasi mata pelajaran IPA dan IPS di tingkat SD, serta rencana penjurusan lebih awal di tingkat SMA.
Perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013 mengundang berbagai pendapat dari berbagai pihak. Pihak yang kurang sependapat dengan perubahan kurikulum menganggap perubahan terlalu tergesa-gesa. Evaluasi penerapan kurikulum sebelumnya (KTSP) penting lebih dahulu dilakukan agar dapat menjadi panduan menyusun serta implementasi kurikulum baru. Fakta di sekolah menunjukan banyak guru belum sepenuhnya mengimplementasikan KTSP, namun sekarang harus mengimplementasikan Kurikulum 2013 yang memiliki prinsip mengintegrasikan banyak materi. Hasil observasi yang dilakukan ditemukan banyak guru yang belum mengenal mengenai kurikulum baru. Sebagian besar guru mengetahui perubahan kurikulum justru dari media massa atau media online. Kurangnya keterlibatan guru dalam sosialisasi Kurikulum 2013 membuat berbagai pihak menganggap implementasi Kurikulum 2013 tidak akan berjalan mulus.
Di sisi lain, pihak yang mendukung perubahan kurikulum menganggap perubahan tersebut perlu untuk memenuhi tantangan perkembangan zaman. Bila kurikulum tidak diubah, lulusan yang dihasilkan adalah lulusan usang yang tidak terserap di dunia kerja (Kemendikbud 2012). Selain itu pemerintah melakukan beberapa hal untuk menanggapi permasalahan dalam implementasi kurikulum baru. Pemerintah melakukan uji publik melalui dialog tatap muka di beberapa daerah, secara online di website Kemendikbud, dan secara tertulis yang dikirim ke beberapa perguruan tinggi dan dinas pendidikan. Selanjutnya, diadakan sosialisasi di berbagai kota besar mengenai implementasi kurikulum 2013. Berdasarkan hasil uji publik yang dilakukan 29 November-25 Desember 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyetujui implementasi kurikulum 2013. Sebanyak 71 % responden menunjukan setuju terhadap justifikasi dan SKL kurikulum 2013. Selain itu sebanyak 81 % responden menyetujui mengenai penyiapan guru dalam implementasi kurikulum 2013.
Berbagai pendapat yang berkembang dengan adanya perubahan kurikulum menunjukkan bahwa guru memegang peran penting dalam perubahan kurikulum. Sebaik apapun kurikulum yang dibuat, jika guru yang menjalankan tidak memiliki kemampuan yang baik, maka kurikulum tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Yusuf (2007) menyatakan dalam implementasi KTSP, kesiapan sekolah mencakup kesiapan materiil dan non materiil. Kesiapan tersebut meliputi kesiapan perangkat kurikulum, sarana prasarana sekolah, kesiapan anggaran pendidikan, dan terakhir kesiapan guru. Hal tersebut sedikit berbeda dengan kesiapan dalam implementasi kurikulum 2013 yang tidak berdasarkan tingkat satuan pendidikan. Sisdiknas (2012) menyatakan sedikitnya ada dua faktor besar dalam keberhasilan kurikulum 2013. Faktor penentu pertama yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan kurikulum dan buku teks. Faktor penentu kedua yaitu faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur, yaitu : (i) ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan; dan (iii) penguatan manajemen dan budaya sekolah.
Kurikulum baru menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis tematik integratif. Guru juga dituntut untuk tidak hanya memiliki kompetensi profesional, namun juga harus memiliki kompetensi pedagogik, sosial, dan kepribadian. Kurikulum 2013 juga menuntut guru untuk melakukan pembelajaran berbasis pendekatan sains. Kompetensi pedagogik guru perlu untuk diketahui karena kompetensi tersebut berkaitan dengan pengembangan kurikulum serta proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Selain itu, dalam kompetensi pedagogik, guru dituntut untuk memahami karakteristik peserta didik, sehingga guru dapat menerapkan pendidikan karakter secara spontan dalam setiap proses pembelajaran agar siswa dapat memenuhi kompetensi sikap. Setelah diketahui mengenai kompetensi pedagogik guru, diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian lanjutan mengenai kompetensi lain yaitu kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk mengetahui faktor penentu keberhasilan kurikulum yang pertama mengenai kesesuaian kompetensi pendidik khususnya kompetensi pedagogik terhadap Kurikulum 2013 serta kesiapan guru melaksanakan perubahan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada pembelajaran Biologi maka perlu dilaksanakan analisis kesesuaian kompetensi pedagogik guru dan kesiapan guru Biologi dalam mendukung implementasi Kurikulum 2013.

B. Fokus Penelitian
Untuk memberikan kejelasan dan menghindari penafsiran yang salah pada penelitian, maka fokus penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
1. Kompetensi pedagogik guru
Kompetensi pedagogik yang menjadi fokus penelitian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran yang terdiri dari pemahaman terhadap siswa, perencanaan, implementasi pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan mengaktualisasikan segenap potensi siswa (PP RI nomor 19 tahun 2005). Kompetensi pedagogik yang diteliti disesuaikan dengan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan potensi guru.
2. Kesiapan guru
Kesiapan guru yang menjadi fokus penelitian adalah pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013. Pemahaman guru mengenai Kurikulum 2013 dapat menunjukkan seberapa besar kesiapan guru mengimplementasikan Kurikulum 2013. Pemahaman guru yang diteliti meliputi pengetahuan mengenai alasan pengembangan, aktualisasi informasi, struktur dan strategi pengembangan, dan respon terhadap perubahan kurikulum menjadi Kurikulum 2013.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, permasalahan dalam penelitian ini sebagai batasan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kesesuaian kompetensi pedagogik yang dimiliki guru biologi dengan tuntutan dalam implementasi Kurikulum 2013 ?
2. Bagaimana kesiapan guru mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi ?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kesesuaian kompetensi pedagogik yang dimiliki guru biologi dengan tuntutan dalam implementasi Kurikulum 2013.
2. Menganalisis kesiapan guru mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Biologi.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian antara lain.
1. Bagi Dinas Pendidikan
Memberikan informasi mengenai kesesuaian kompetensi guru dan kesiapan guru mengimplementasikan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan dan menetapkan kebijakan sesuai dengan kondisi daerah setempat.
2. Bagi Guru
Memberikan bahan masukan pada guru untuk meningkatkan kemampuan profesional dalam pembelajaran dan kompetensi sesuai tuntutan Kurikulum 2013.
3. Bagi Peneliti
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesiapan dan kesesuaian kompetensi guru terhadap tuntutan Kurikulum 2013. Sehingga dapat menjadi bahan acuan atau dasar penelitian lanjutan mengenai kesesuaian, kompetensi dan kesiapan guru terhadap tuntutan Kurikulum 2013. 

SKRIPSI PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SKRIPSI PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

(KODE : PENDMIPA-0089) : SKRIPSI PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomer 20 Tahun 2003 bab 1 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Salah satu tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencapaian tujuan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dilakukan melalui pendidikan. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi.
Penerapannya, IPA juga memiliki peranan penting dalam perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan berbagai teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupannya, maupun dalam hal menerapkan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat, baik aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Oleh karena itu, struktur IPA juga tidak dapat dilepaskan dari peranannya dalam hal tersebut.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan pengertian bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang abstrak. IPA merupakan mata pelajaran penting dan wajib yang ada di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun sampai sekarang masih banyak siswa yang kurang berminat maupun kesulitan dalam mengikuti pembelajaran pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran pokok yang menggunakan pola pikir konkret dan berlanjut pada pemahaman secara mata pelajaran ini, sehingga membawa dampak pada hasil belajar IPA menunjukkan hasil yang belum optimal.
Walaupun upaya dari pemerintah untuk mengatasi hasil belajar IPA yang rendah sudah dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan kemampuan guru-guru melalui penataran, serta melakukan berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar IPA, namun kenyataannya hasil belajar pada mata pelajaran tersebut masih jauh dari yang diharapkan.
Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan permasalahan yang ada pada sebuah satuan pendidikan. Permasalahan ini terjadi pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN X.
Namun dapat dilihat dari pengalaman guru di SDN X menunjukkan bahwa dalam penyampaian materi IPA pada siswanya masih mengalami banyak kesulitan, terutama yang berhubungan dengan pemahaman konsep dan penyelesaian soal-soal yang berkaitan dengan materi benda dan sifatnya dalam pembelajaran IPA.
Menurut guru kelas V SDN X, hasil belajar IPA khususnya pada benda dan sifatnya masih kurang maksimal karena masih ada beberapa siswa yang belum mencapai nilai KKM saat tes harian. Guru mempunyai peran aktif dalam menyampaikan isi materi karena guru dalam menyampaikan pelajaran IPA sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan pemahaman siswa.
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana menyenangkan di dalam proses belajar mengajar agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, misalnya guru memilih suatu media dan metode pembelajaran yang lain dari biasanya. Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui pemilihan yang sesuai dengan perumusan Tujuan Instruksional Khusus (Djamarah, 2010 : 75)
IPA merupakan mata pelajaran yang memiliki objek konkrit oleh karena itu dalam pembelajaran hendaknya dimulai dari situasi yang nyata bersifat kontekstual, dan dalam pembelajaran hendaknya seorang guru menggunakan media yang dapat membantu siswa menguasai konsep IPA dan menghilangkan verbalisme. Karena konsep IPA yang tergolong abstrak, merupakan salah satu penyebab IPA di Sekolah Dasar dipandang sulit.
Peneliti dalam hal ini akan mengkaji sebuah materi dalam mata pelajaran IPA, yakni benda dan sifatnya di kelas V SD. Salah satu metode pembelajaran yang menarik untuk digunakan adalah metode demonstrasi berbantuan media puzzle.
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.
Penggunaan metode demonstrasi dibantu dengan media puzzle akan menjadi semakin menarik, sehingga diharapkan bisa mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran demonstrasi dengan bantuan puzzle ini akan membantu siswa berfikir cepat.
Berdasarkan rumusan diatas pembelajaran demonstrasi dengan puzzle sangat diperlukan dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA. metode demonstrasi yang dibantu puzzle ini bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan membantu siswa berfikir kreatif. Untuk itu peneliti mencoba menggunakan metode demonstrasi berbantuan puzzle untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi berbantuan media puzzle terhadap hasil belajar IPA kelas V SD.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 
1. Siswa merasa jenuh terhadap mata pelajaran IPA.
2. Siswa masih menganggap mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sulit.
3. Siswa masih belum optimal untuk mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal.
4. Kurangnya penggunaan metode, model, dan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPA

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya, yaitu "Apakah terdapat pengaruh terhadap metode pembelajaran demonstrasi berbantuan media pembelajaran puzzle terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA dalam materi benda dan sifatnya ?”.
Agar masalah yang dikemukakan tidak terlalu luas maka permasalahan dalam penelitian ini hanya membatasi pada pengukuran "pengaruh metode pembelajaran demonstrasi berbantuan media pembelajaran puzzle terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA dalam materi benda dan sifatnya di kelas V SDN X".

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh metode pembelajaran demonstrasi berbantuan media pembelajaran puzzle terhadap hasil belajar mata pelajaran IPA dalam materi benda dan sifatnya di kelas V SDN X.

F. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diperolehnya pengetahuan baru tentang cara mengajar pada mata pelajaran IPA melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi berbantuan media puzzle pada siswa di kelas V SDN X.
b. Diperolehnya dasar penelitian baru yang lebih baik.
c. Terjadinya pergeseran dari paradigma mengajar yang lama menuju paradigma mengajar yang mengutamakan proses untuk mencapai hasil belajar siswa. 
2. Manfaat Praktis 
- Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA, serta materi benda dan sifatnya akan diingat lebih lama karena siswa mengaplikasikannya dengan ilustrasi media yang nyata.
- Bagi mahasiswa
Berdasarkan penelitian ini maka mahasiswa akan terbiasa dan lebih mahir dalam membuat karya ilmiah, sehingga kelak lulus dapat menjadi guru yang profesional.
- Bagi guru
Berdasarkan pelaksanaan penelitian ini guru dapat mengembangkan kreatifitas untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik di dalam kelas, selain itu guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
- Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa kelas V SDN X.