Search This Blog

Showing posts with label metode bercerita. Show all posts
Showing posts with label metode bercerita. Show all posts

SKRIPSI PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK

(KODE : PG-PAUD-0081) : SKRIPSI PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK

contoh skripsi paud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan terpenting dan pertama yang harus diberikan oleh seorang pendidik adalah menanamkan keyakinan pada anak, yang mana ini diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak. Pembentukan kepribadian tersebut berlangsung secara berangsur-angsur dan berkembang sehingga menjadi proses menuju kesempurnaan.
Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara efektif, maka perlu menerapkan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi yang ada guna meningkatkan pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh adanya metode pembelajaran yang merupakan suatu bagian yang sangat urgen dalam sistem pembelajaran. Yang dimaksud dengan metode disini adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru guna kepentingan proses pengajarannya.
Masa kanak-kanak merupakan sebuah periode penaburan benih, pendirian serta pondasi yang dapat disebut sebagai periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia. Agar manusia kelak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berdiri tegar dalam meniti kehidupan.
Sebagaimana hadits Nabi : 
“Dari Abi Hurairoh sesungguhnya dia berkata bahwa rasulullah SA W. Bersabda : Tidaklah ada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tualah yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Muslim)."
Pendidikan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok sebagai pembentukan manusia menjadi insan kamil (manusia sempurna) atau yang memiliki kepribadian utama. Maka dari itu, hendaklah pendidikan menyentuh aspek yang bersinggungan langsung dengan ilmu umum agar mereka dapat hidup dan berkembang sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri. Dalam sebuah cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur dalam cerita tersebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Untuk itulah tumbuh kepentingan dalam mengambil manfaat dari adanya sebuah cerita.
Metode cerita tampaknya memang merupakan metode yang sederhana namun dapat menarik interest seseorang lebih-lebih jika diterapkan untuk pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, proses pendidikan pada anak dapat dilakukan oleh orang tua dan para pendidik melalui suri tauladan dengan contoh-contoh perilaku maupun dengan cerita-cerita yang dapat mendukung sikap dan nilai-nilai yang baik.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai fakta di lingkungan sebagai stimulan terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Pada usia dini tersebut anak masih mempunyai pola pikir sederhana, mereka belajar apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar kemudian mereka cenderung mencontoh dari apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Pengalaman tersebut nantinya akan terekam kuat dalam otak mereka. Jika lingkungan di sekitarnya baik, maka besar kemungkinan anak tersebut akan baik, begitu juga sebaliknya.
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia dua sampai enam tahun. Orang tua menyebutnya sebagai usia problematis/usia sulit karena memelihara/mendidik mereka sulit; disebut sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak waktunya dihabiskan untuk main. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas satu SD. Manusia akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah adanya interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin berlangsung.
Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian sesudah tahun pertama ditandai oleh beberapa proses-proses yang sangat fundamental. Tingkah laku sosial interaktif seperti tingkah laku kooperatif, altruistis dan agresif banyak dipengaruhi oleh latar belakang struktural yang disebut ‘‘role taking” (pengambilan peran) dan egosentrisme. Dalam buku ‘‘Denken over jezelf en ander” (berfikir tentang diri dan orang lain) (Gerris, Jansen, dan Badal, 1980) diterangkan bahwa perkembangan sosial dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu kognisi sosial, artinya pengertian akan tingkah laku orang lain : kecakapan dalam bergaul dengan orang lain seperti sikap altruistis dan kooperatif : dan nilai-nilai sosial, artinya ‘‘berfikir dan bertindak dalam kenyataan sosial, berlangsung atas dasar pemilikan nilai-nilai”.
Dalam filsafat perkembangan dan pertumbuhan, disamping memperhatikan individualitas anak juga harus memperhatikan masyarakat dimana ia tumbuh dan dewasa. Lingkungan sosial inilah yang memberi fasilitas dan area-bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi diri. Oleh karena itu, anak tidak mungkin bisa berkembang sendiri tanpa bantuan dari lingkungan sosialnya (orangtua, lembaga pendidikan, dll). Setiap tingkah laku anak merupakan tingkah laku sosial, karena mempunyai relasi kaitan dengan orang lain baik dengan teman sebaya ataupun dengan orang dewasa.
Usia dini merupakan masa peka yang sangat penting bagi pendidikan. Untuk itu, saat yang paling baik memberikan pendidikan anak adalah pada usia dini. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dilakukan pada saat usia dini yang dapat dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat. Masa ini merupakan masa ekspresi kreativitas, seperti bermain boneka, suka mendengarkan atau bercerita, permainan drama, menyanyi, menggambar dan lain sebagainya.
Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, keramahan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
Proses pembelajaran akan berhasil apabila didukung oleh berbagai faktor dan aspek tertentu, diantaranya adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang terarah dalam proses belajar mengajar sehingga pengajaran menjadi lebih berkesan dan terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat dapat memudahkan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kondisi riil yang terjadi di obyek penelitian yaitu dalam penyampaian cerita masih memiliki banyak kendala. Hal itu disebabkan kurangnya minat dari anak dalam mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru dan kemampuan guru yang relatif rendah dalam menyampaikan cerita yang menarik
Dari uraian dan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul ‘‘PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK”.
SKRIPSI PTK MENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

SKRIPSI PTK MENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

(KODE : PTK-0148) : SKRIPSI PTK MENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL (PGPAUD)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Roudhotul Athfal (RA) merupakan salah satu lembaga tempat pendidikan anak usia dini yang berada pada jalur formal, di mana pada usia ini merupakan masa keemasan (golden age) khususnya usia 5-6 tahun, dengan adanya RA bertujuan membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak antara lain nilai-nilai agama dan moral, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan juga kemandirian, maka dari itu pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut hendaknya dilaksanakan dengan berbagai metode kegiatan belajar yang kreatif dan menyenangkan bagi anak didik.
Pada fase masa keemasan (golden age) inilah peran pendidikan sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka seluruh aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini harus dapat merangsang seluruh aspek perkembangan anak baik perkembangan perilaku, bahasa, kognitif, sosial emosional, kemandirian maupun fisik motorik.
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini ini merupakan periode yang sangat penting karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan pada usia dini meliputi perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa tersebut. Perkembangan ini terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang.
Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dengan bahasa. Ia harus mampu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa, mereka akan mudah dalam bergaul dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia (Suhartono, 2005 : 12). Dengan demikian perkembangan bahasa harus dirangsang sejak dini.
Kemampuan berbahasa anak merupakan suatu hal yang penting karena dengan bahasa tersebut anak dapat berkomunikasi dengan teman atau orang-orang di sekitarnya. Bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempuyai makna.
Menurut Depdiknas (2003 : 105), fungsi pengembangan bahasa bagi anak usia dini adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan, sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak, sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
Pengembangan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari pemahaman, pengembangan perbendaharaan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat dan ucapan. (Dahlan, 2004 : 119). Ke empat pengembangan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang merupakan satu kesatuan. Keempat keterampilan tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain, sebagaimana dalam kurikulum 2004 diungkapkan bahwa kompetensi dasar dari pengembangan bahasa untuk anak usia dini yaitu anak mampu mendengar, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkannya.
Menurut Wothman (2006 :212) menyatakan bahwa kesiapan anak untuk berinteraksi dengan orang dewasa berarti berkembangnya pemahaman mereka mengenai aturan dan fungsi bahasa dengan orang dewasa akan menyediakan hubungan dengan konsep, dalam hal ini anak akan mendapatkan pengalaman belajar tentang bahasa dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan meniru gaya bahasa orang dewasa di sekitarnya juga. Oleh karena itu kemampuan bahasa pada anak usia dini maupun setelah remaja akan sangat tergantung terhadap pemerolehan kemampuan bahasa yang diperoleh sejak sekarang, maka akan menghasilkan kesuksesan dalam berbahasa di masa depannya.
Menurut Dahlan (2004 :119) Pengembangan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari pemahaman, perbendaharaan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat dan ucapan. keempat pengembangan tersebut memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain. 
Dalam pedoman guru RA dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan perkembangan bahasa di RA hendaknya mempersiapkan prinsip-prinsip, dengan memberikan kesempatan sebaik-baiknya pada anak dalam mengembangkan bahasa dan dalam memelihara ketertiban, hendaknya spontanitas anak sebaiknya jangan ditekan dan sebaiknya diberikan dalam suasana keakraban antara guru dengan anak didik, serta memenuhi syarat-syarat yang diambil dari lingkungan anak, sesuai dengan taraf usia dan taraf perkembangan anak sehingga aspek perkembangan anak dapat tercapai secara optimal.
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan (Moeslichatoen, 1996 :194). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu ide. Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya, sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik.
Kemampuan berbahasa pada anak usia 4-6 tahun berdasarkan PERMENDIKNAS no 58 tahun 2009 tanggal 17 september 2009 tentang standar tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak meliputi : 1) menerima bahasa. Tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan adalah : menyimak perkataan orang lain, mengerti beberapa perintah secara bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat, mengulang kalimat yang lebih kompleks, memahami aturan dalam suatu permainan; 2) mengungkapkan bahasa. Tingkat pencapaian perkembangan meliputi : mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan secara sederhana, menyebutkan kata-kata yang dikenal, menceritakan kembali cerita atau dongeng yang pernah didengar, berkomunikasi secara lisan serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung; dan 3) keaksaraan. Tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan meliputi : mengenal suara-suara atau benda yang ada di sekitarnya, membuat coretan yang bermakna, meniru huruf, memahami hubungan bunyi dan bentuk huruf, membaca dan menulis nama sendiri.
Sebelumnya peneliti melakukan pengamatan terhadap laporan perkembangan anak pada semester satu atau gasal terhadap permasalahan yang terjadi, khususnya di RA X, pada kelompok B1 yang seluruhnya berjumlah 32 anak, dari jumlah tersebut anak yang mampu mengembangkan kemampuan bahasanya hanya 50% yaitu sekitar 16 anak, maka dari itu kami simpulkan bahwa kemampuan perkembangan bahasa anak pada kelompok B1 RA X masih kurang atau masih mengalami kesulitan.
Namun pada kenyataannya yang terjadi pada saat ini tidak semua guru di RA yang ada, mampu menyampaikan metode bercerita dengan baik, metode cerita di sajikan langsung dari guru tanpa menggunakan alat peraga apapun, sehingga kurang menarik perhatian anak didik dalam memahami isi cerita yang ada, dalam hal ini anak didik seringkali kurang mendapat perhatian dari guru dalam mengungkapkan sebuah perasaan atau idenya, sehingga kemampuan bahasa yang di miliki oleh anak tidak berkembang secara optimal, selain itu tak jarang guru lebih fokus pada kegiatan keterampilan membaca dan menulis serta berhitung, dengan alasan kegiatan keterampilan membaca dan menulis serta berhitung adalah salah satu tuntutan untuk jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu ketika anak usia dini memasuki Sekolah Dasar (SD), sehingga anak usia dini kurang mampu mengungkapkan perasaan atau ide ketika menjawab pertanyaan dari guru dan tidak paham dengan informasi yang telah di sampaikan oleh guru.
Maka dari itu metode bercerita dengan menggunakan media audio visual sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak, agar di kemudian hari anak tidak mengalami kegagalan dalam berbahasa, maka dari itu sudah seharusnya seorang guru dapat menyampaikan metode yang praktis dan menyenangkan dalam mengembangkan aspek bahasa yang dimiliki oleh anak, metode bercerita adalah salah satu metode pembelajaran yang efektif bagi anak didik, maka dari itu berdasarkan yang tertera di atas, meskipun masih banyak guru yang tidak mampu menyampaikan isi cerita dengan baik, ada alternatif yang baik untuk guru dalam menyampaikan isi cerita pada anak didik, yaitu dengan bantuan atau menggunakan media Audio visual dengan memutarkan CD berupa isi cerita yang mendidik pada anak didik kita.
Berdasarkan uraian di atas, maka keadaan yang seperti ini tidak untuk di diamkan begitu saja, karena permasalahan yang terjadi tidak terlepas dari kurangnya wawasan guru dalam memilih metode dan media pembelajaran yang tepat, oleh karena itu juga peneliti ingin melakukan tindakan kelas di kelompok B1 RA X, dengan harapan dapat melakukan perbaikan dan dapat meningkatkan bahasa anak, salah satunya dengan menggunakan metode bercerita dengan media Audio Visual, dengan metode tersebut di harapkan kegiatan pembelajaran bermakna dan menyenangkan serta tidak membosankan lagi bagi anak, dengan metode dan penggunaan media tersebut di harapkan kemampuan bahasa anak tercapai dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar permasalahan di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
Bagaimana pembelajaran menggunakan metode bercerita dengan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak pada siswa kelompok B1 di RA X ?

C. Tujuan penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan mengetahui kemampuan bahasa yang dicapai pada anak melalui metode bercerita dengan menggunakan media Audio Visual. 

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, selain itu juga dapat memberi pemahaman psikologis terhadap guru-guru dalam penggunaan metode bercerita dengan media audio visual dalam upaya meningkatkan perkembangan bahasa.
b. Untuk mengembangkan metode pembelajaran yang menyenangkan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas, menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang tepat khususnya dalam pembelajaran berbahasa, serta dapat meningkatkan minat dalam melakukan penelitian.
b. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak, anak mampu meningkatkan perbendaharaan kosa kata, dan dapat mengungkapkan ide, serta meningkatkan kecerdasan bahasa.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung terutama masalah meningkatkan perkembangan bahasa anak dengan metode bercerita. 
d. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam penelitian selanjutnya, serta memberi makna kerja sama antara guru dan siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan bahasa anak melaui metode bercerita dengan media audio visual yang ada.

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK MELALUI METODE BERCERITA

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK MELALUI METODE BERCERITA

(KODE : PTK-0122) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK MELALUI METODE BERCERITA (PGTK)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Tarigan (1994 : 2) menyebutkan bahwa keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai manusia dan dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lain.
Dalam pengembangan kemampuan berbahasa diarahkan untuk meningkatkan perkembangan keterampilan berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Pada usia TK keterampilan anak masih terbatas untuk memahami bahasa dari pandangan orang lain. Akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil perkembangan fungsi simbolis (Hetherington dalam Moeslichatoen, 2004 : 18). Jika pengembangan simbol bahasa telah berkembang maka hal ini memungkinkan anak memperluas kemampuan memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan anak belajar dari bahasa ucapan orang lain. Semakin banyak dan sering menyimak kosakata, pola-pola kalimat, intonasi, dan sebagainya maka semakin berkembang pula keterampilan berbicara. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila para ahli menyimpulkan, menyimak merupakan dasar daripada keterampilan bahasa lainnya (Tarigan dan Tarigan, 1987 : 48).
Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Dalam kehidupan, manusia selalu dituntut untuk menyimak, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Oleh sebab itu, menyimak lebih banyak daripada kegiatan berbahasa lain yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini dibuktikan oleh Wilga W. River (Sutari, dkk 1997 : 8) kebanyakan orang dewasa menggunakan 45% waktunya untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% saja untuk menulis. Berdasarkan kenyataan di atas maka jelas bahwa keterampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena sangat penting di lingkungan pendidikan.
Keterampilan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi. Untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1994 : 28).
Berdasarkan hasil pengamatan awal di Kelompok Bermain X, ditemukan permasalahan dalam perkembangan bahasa yaitu masih rendahnya kemampuan dalam menyimak anak. Anak tidak memperhatikan dan mendengarkan guru saat memberikan materi pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak berjalan optimal. Pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran, beberapa anak ada yang bermain mandi bola, mengobrol dengan temannya atau tidak memperhatikan ibu guru dengan memainkan tangan atau kakinya. Selain itu kegiatan yang dilakukan lebih kepada pemberian tugas seperti mewarnai, menempel dan sebagainya, sementara latihan untuk menyimak tidak dikembangkan. Setelah melakukan refleksi awal dengan guru kelas, disepakati sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak di Kelompok Bermain X adalah menggunakan metode bercerita.
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode di pilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Moeslichatoen, 1999 : 157). Apabila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan dapat menangkap isi cerita. Melalui cerita pun anak memperoleh manfaat antara lain : mengasah daya imajinasi, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan aspek sosial, mengembangkan aspek moral, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan semangat berprestasi dan melatih konsentrasi anak.
Utami (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa melalui metode bercerita keterampilan menyimak anak meningkat. Anak terlihat lebih aktif, senang, tertarik, dan antusias dengan pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga anak dapat memahami materi yang diberikan dan tugas yang diberikan oleh guru dapat diselesaikan dengan baik.
Berdasarkan pentingnya hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tersebut menunjukkan upaya meningkatkan keterampilan menyimak anak strategis untuk dilaksanakan. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai "MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCERITA".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengungkapkan permasalahan yang muncul untuk dikaji antara lain : 
1. Bagaimanakah keterampilan menyimak anak sebelum diterapkan metode bercerita di Kelompok Bermain X ?
2. Bagaimanakah implementasi penggunaan metode bercerita untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak di Kelompok Bermain X ?
3. Bagaimanakah keterampilan menyimak anak setelah diterapkan metode bercerita di Kelompok Bermain X ?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 
1. Untuk memperoleh gambaran tentang keterampilan menyimak anak sebelum diberi tindakan berupa penggunaan metode bercerita di Kelompok Bermain X.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan keterampilan menyimak anak di Kelompok Bermain X.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang keterampilan menyimak anak setelah diberi tindakan berupa penggunaan metode bercerita di Kelompok Bermain X.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi semua orang yang berkepentingan, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 
1. Manfaat Teoritis
Bagi bidang keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk meningkatkan perkembangan keterampilan menyimak anak melalui metode bercerita.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, diharapkan dapat menambahkan wawasan serta memberikan pengetahuan dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak anak melalui metode bercerita.
b. Bagi anak, diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan menyimak sehingga dapat memberikan pengalaman dalam pergaulan di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
c. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengembangan keterampilan menyimak anak usia dini, yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.