Search This Blog

Showing posts with label kurikulum 2013. Show all posts
Showing posts with label kurikulum 2013. Show all posts

SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0048) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V

contoh skripsi pgsd kurikulum 2013 kelas 5

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengalami perkembangan terus-menerus seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan pendidikan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah perkembangan kebutuhan masyarakat baik masyarakat lokal maupun masyarakat global dan perkembangan ilmu mengenai pendidikan itu sendiri. Perubahan kebutuhan masyarakat merupakan dampak dari perkembangan peradaban manusia, tidak bisa dipungkiri kehidupan sosial dan teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan saat ini. Selain hal tersebut, tokoh-tokoh dan juga pakar pendidikan juga mempunyai andil yang besar dalam perkembangan dunia pendidikan, inovasi-inovasi pendidikan semakin berkembang pesat dan memperkaya kazanah keilmuan dalam dunia pendidikan. Perkembangan-perkembangan tersebut yang akhirnya mempengaruhi arah atau tujuan yang ingin dicapai dari suatu pendidikan. 
Pada hakikatnya tujuan dari pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Arti penting dari diselenggarakannya pendidikan itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas manusia agar lebih baik dalam segala aspek kehidupan. 
Di Indonesia pendidikan diselenggarakan untuk mewujudkan salah satu tujuan dari negara ini yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah sejak zaman pasca kemerdekaan sampai dengan pemerintahan saat ini mencoba untuk mewujudkan hal tersebut dengan terus menerus memperbaiki dan meningkatkan proses dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan selalu mengembangkan dan memperbaiki kurikulum pendidikan. Seperti yang kita ketahui kurikulum merupakan acuan dasar dalam penyelenggaraan pendidikan oleh sebab itu kurikulum mempunyai peran besar dalam tercapai atau tidaknya suatu tujuan pendidikan. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan penyelenggara negara berperan besar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu kebijakan yang saat ini menjadi isu hangat adalah diterapkannya kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini merupakan perkembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Terdapat beberapa perbedaan dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 merupakan kurikulum dengan berbasis kompetensi dan karakter khususnya untuk sekolah dasar. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan menekankan pada pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Perbedaan lain yang nampak adalah sistem integrasi pada semua mapel menggunakan tema serta sistem penilaian yang digunakan yaitu penilaian autentik. Sistem tematik integratif pada KTSP hanya dilaksanakan untuk kelas I, II, dan III dan dalam kurikulum terbaru ini sistem ini digunakan untuk semua kelas yaitu kelas I-VI. 
Proses pembelajaran menjadi bagian terpenting pembaharuan dalam Kurikulum 2013, yaitu proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pemeran utama dan harus aktif. Pembelajaran yang aktif serta berbasis kompetensi dan karakter diharapkan siswa tidak perlu menghafal lagi dalam menguasai kompetensi yang diharapkan tapi kompetensi tersebut akan dikuasai melalui pengalaman langsung saat pembelajaran. 
Selain menekankan pada proses pembelajaran, proses penilaian juga menjadi titik berat dalam kurikulum ini. Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Penilaian autentik diharapkan mampu menggambarkan secara utuh mengenai kondisi peserta didik yang sesungguhnya dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Menurut Wiggins dalam Abdul Majid (2014 : 73), berpendapat bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan dan Iain-lain dianggap telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Melihat kekurangan tersebut, dalam kurikulum ini mengadopsi penilaian autentik agar diperoleh gambaran kondisi peserta didik yang sebenarnya untuk digunakan sebagai refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan maupun sebagai sarana pertanggungjawaban kepada pihak intern serta ekstern sekolah. 
Penilaian autentik dilaksanakan selama proses pembelajaran untuk melihat ketercapaian kompetensi siswa, tidak hanya pada aspek pengetahuan saja namun juga pada aspek sikap dan keterampilan, oleh karena itu dalam pelaksanaan penilaian autentik pendidik dituntut untuk cermat, teliti, serta objektif sehingga nilai yang dihasilkan menggunakan penilaian autentik ini benar-benar representatif dan autentik menggambarkan keadaan siswa yang sebenarnya. Hasil penilaian yang baik akan memudahkan berbagai pihak baik pihak intern maupun ekstern sekolah untuk mengadakan kegiatan refleksi dan evaluasi sehingga kualitas pendidikan akan semakin meningkat dengan kualitas penilaian tersebut. 
Pelaksanaan penilaian autentik di sekolah dasar tidak lepas dari peran penting guru itu sendiri. Dalam penilaian autentik guru memiliki peran sebagai pengembang atau perencana instrumen penilaian dan evaluasi sekaligus sebagai pelaksana. Kemampuan menilai dan mengevaluasi merupakan salah satu bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh guru. 
Pelaksanaan penilaian autentik ditemukan beberapa permasalahan berkaitan dalam pengimplementasian nya khususnya di sekolah dasar. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Z guru kelas IV di SD X yang juga sudah menerapkan Kurikulum 2013, beliau menjelaskan beberapa permasalahan yang dialami saat melaksanakan penilaian autentik yaitu yang pertama adalah dalam penilaian autentik terlalu banyak komponen-komponen (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang harus diperhatikan secara bersamaan sehingga menyulitkan guru, selanjutnya yang kedua adalah penilaian sikap yang menuntut pengamatan secara detail dengan jumlah siswa yang banyak sehingga guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan penilaian. Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan informasi bahwa penilaian autentik menjadi kesulitan tersendiri bagi guru-guru dalam penerapannya. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Sekolah SD X Bapak J dalam wawancara yang menyatakan salah satu kesulitan di dalam penerapan kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. 
SDN X merupakan salah satu sekolah dasar yang menerapkan kurikulum 2013 ini, namun berbeda dengan sekolah dasar lain yang baru menerapkannya pada kelas I dan kelas IV, SDN X sudah melaksanakannya di semua kelas sejak tahun 2013 dan dijadikan sebagai SD percontohan untuk penerapan Kurikulum 2013. Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SDN X didukung dengan adanya guru yang ahli dan profesional hal tersebut terbukti dengan adanya guru yang menjadi instruktur untuk Kurikulum 2013. Kelas VB SDN X merupakan kelas yang diampu oleh guru yang menjadi instruktur nasional untuk Kurikulum 2013 sehingga secara formal pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya dalam penilaian autentik di kelas tersebut sangat terbantu oleh kualitas tenaga pendidiknya. 
Mengingat akan pentingnya permasalahan tersebut dan melihat potensi yang ada maka perlu dilakukan kajian dengan melakukan penelitian dengan judul "IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V SDN X". 

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III

(KODE : PENDPGSD-0045) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III

contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 dapat dikatakan sebagai batu loncatan bagi pendidikan Indonesia untuk menuju ke arah yang lebih maju, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud No. 67 Tahun 2013). Pembelajaran yang dulunya cukup dengan menggunakan metode konvensional seperti ceramah, mendengarkan dan mencatat, sekarang sudah mulai bergeser ke pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung tujuan dari kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan karakteristik siswa SD seperti : 1) Senang bergerak, berbeda dengan orang dewasa yang betah duduk berjam-jam, anak- anak usia SD lebih senang bergerak. Anak-anak usia ini dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30 menit. 2) Senang bermain, dunia anak memang dunia bermain yang penuh kegembiraan, demikian juga dengan anak-anak usia sekolah dasar, mereka masih sangat senang bermain. Apalagi anak-anak SD kelas rendah. 3) Senang melakukan sesuatu secara langsung, anak-anak usia SD akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru jika ia dapat mempraktikkan sendiri secara langsung pelajaran tersebut. 4) Senang bekerja dalam kelompok, pada usia SD anak-anak mulai intens bersosialisasi. Pergaulan dengan kelompok sebaya, akan membuat anak usia SD bisa belajar banyak hal, misalnya setia kawan, bekerja sama, dan bersaing secara sehat. (Permendikbud No. 57 Tahun 2014). 
Namun di sisi lain, pembelajaran yang penuh dengan kegiatan yang menyenangkan dan menekankan pada pengalaman belajar, tidak seterusnya membawa dampak yang menguntungkan dari segi perkembangan kognitif siswa, jika tidak didukung oleh pemantapan materi berupa ringkasan atau latihan soal yang dapat mereka baca atau kerjakan secara mandiri. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan mengasosiasikan materi dari pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan panduan dari buku siswa, apabila tidak diimbangi dengan ringkasan materi yang ada di buku atau yang mereka buat sendiri. Namun permasalahan yang muncul adalah siswa SD masih mengalami kesulitan untuk menulis sendiri materi yang sudah didapat, baik berupa catatan atau rangkuman. Juga ditambah lagi dengan tidak adanya latihan soal terstruktur yang sesuai dengan pembelajaran pada panduan buku siswa. Selain kesulitan mengasosiasikan pembelajaran, minimnya materi yang tertulis pada buku siswa, dan tidak adanya latihan soal yang sesuai pembelajaran, banyak pula ditemui latihan soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan tidak sesuai dengan metode pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru maupun yang sudah ada pada buku guru yang diterbitkan pemerintah. 
Guru yang merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan metode sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu Saintifik, berisikan kompetensi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak (Permendikbud No. 67 Tahun 2013). Tanpa adanya dukungan materi tambahan berupa ringkasan dan latihan soal, tidak akan cukup untuk syarat pemenuhan indikator pencapaian pembelajaran (Andi Prastowo, 2011). Tanpa adanya tindak lanjut berupa penambahan materi, ringkasan, dan latihan soal yang sewaktu-waktu dapat dibaca dan dikerjakan siswa secara mandiri, proses pembelajaran yang sudah dilangsungkan hasilnya pun akan kurang maksimal. 
Banyak guru yang tidak sempat untuk menulis materi pelengkap sehingga mereka hanya berpijak pada buku teks pelajaran Maman Suryaman dalam (Prastowo 2009 : 8), yang mana buku pedoman siswa di kurikulum 2013 yaitu, buku siswa sifatnya hanya gambaran secara umum dari pembelajaran. Di buku siswa tidak terdapat penjelasan materi secara detail dan terperinci, seperti yang sudah penulis buktikan dalam mata kuliah pembelajaran matematika, di mana penulis diberikan tugas untuk menganalisis buku guru dan siswa. Di dalam buku siswa masih banyak dijumpai materi yang terkesan sempit untuk dibaca atau ditelaah untuk siswa SD, sehingga diperlukan tambahan materi yang dapat membantu dalam penguatan materi. Menurut Depdiknas (2008 : 18), salah satu kelemahan buku teks jika dilihat dari strukturnya adalah tidak adanya komponen petunjuk belajar, informasi pendukung dan langkah kerja penyelesaian soal sehingga dalam penggunaannya, pemakaian buku teks hanya memungkinkan komunikasi satu arah yang berakibat pada kurangnya kesempatan siswa untuk mengembangkan pola pikir dan pembentukan konsep sehingga siswa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengembangan bahan ajar selain buku teks pelajaran (dalam bentuk LKS). 
Selama ini memang LKS sering digunakan guru untuk mengembangkan dan menambah pemahaman pembelajaran untuk siswa, seperti yang sudah penulis amati saat Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri X. Saat guru merasa materi yang didapat siswa sudah memadahi dan perlu adanya latihan secara mandiri, maka siswa langsung diminta untuk mengerjakan LKS yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Namun LKS yang dikerjakan siswa pada umumnya tidak dibuat sendiri oleh guru dan pada umumnya LKS yang mereka kerjakan, isinya sama sekali berbeda dengan materi pembelajaran yang terdapat pada buku siswa. Hal tersebut dapat membuat kerancuan berfikir siswa dalam memahami dan mengasosiasikan materi yang sudah mereka dapatkan dari proses pembelajaran. Ditambah lagi LKS yang sudah ada saat ini tidak tercantum petunjuk pengerjaan yang mudah untuk dipahami, yang mana sesungguhnya LKS diharapkan dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa dan membantu mereka dalam pendalaman materi pembelajaran. 
Pengerjaan LKS yang dijadikan pilihan terbaik untuk membantu pencapaian indikator pada akhirnya kurang maksimal, karena materi dan tugas yang dikerjakan siswa tidak dibahas secara rinci dan terstruktur sesuai pembelajaran yang sudah didapat siswa selama pembelajaran. Apabila siswa terus menerus dijejali dengan materi dan lembar kerja yang apa adanya, maka kreatifitas berfikir siswa tidak akan berkembang. Untuk meningkatkan kreatifitas berfikir siswa, diperlukan LKS yang menarik, terstruktur, petunjuk pengerjaan mudah dipahami dan disesuaikan tingkat berfikir siswa. Maka LKS yang sesuai dengan pembelajaran, yang dirancang dan dilaksanakan sesuai petunjuk dari buku guru maupun buku siswa, sangat dibutuhkan untuk memudahkan siswa untuk latihan berfikir secara mandiri dan kreatif. Pernyataan serupa terkait buku siswa dan LKS yang apa adanya, juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh guru kelas III, saat dilakukan wawancara mengenai implementasi dan sumber belajar pada K13 di SD tempat dilaksanakannya penelitian, yaitu SD Negeri X. 
Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti tergerak untuk mengembangkan LKS yang dapat digunakan siswa kelas 3 SD, sebagai alternatif yang menarik untuk menambah penguasaan materi. Isi dari LKS juga disesuaikan dengan pemetaan Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator pencapaian yang harus dipenuhi siswa, selain itu materi pada LKS juga disesuaikan dengan pembelajaran yang berbasis saintifik. Adapun isi dari LKS yaitu berupa ringkasan, tugas secara berkelompok maupun individu, dan latihan soal sesuai dengan pembelajaran, serta dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa. Sehingga diharapkan tingkat berfikir siswa lebih aktif, kritis dan kreatif dalam pemahaman materi ajar yang sudah mereka laksanakan. 

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BERSATU DALAM KEBERAGAMAN

(KODE : PENDPGSD-0044) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BERSATU DALAM KEBERAGAMAN

skripsi pgsd kurikulum 2013

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebuah lembaga pendidikan, baik dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi memiliki bentuk proses belajar-mengajar yang berbeda satu sama lain. Namun, pada dasarnya, semua lembaga pendidikan mengacu kepada satu hal yang sama, yaitu kurikulum. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Undang tersebut memiliki batasan bahwa dalam kurikulum terdapat dua aspek penting yang menjadi dasar. Aspek pertama adalah kurikulum dijadikan sebagai pegangan atau patokan bagi guru dalam proses belajar mengajar. Aspek kedua adalah kurikulum sebagai aturan dalam penentuan isi dan cara pelaksanaan proses belajar mengajar (Sanjaya, 2008 : 8). Kurikulum yang digunakan dalam lembaga pendidikan perlu digunakan dengan baik agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.
Kurikulum terbaru yang saat ini tengah dipergunakan di beberapa lembaga pendidikan adalah Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013 : 99). Kurikulum 2013 akan membuat para pelajar menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kurikulum, peranan jenis bahan ajar menjadi penting untuk menunjang proses belajar mengajar. Isi kurikulum atau bahan ajar adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada siswa sebagai pembelajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan (Hidayat, 2013 : 62). Kurikulum memerlukan bahan ajar yang baik untuk diterapkan bagi siswa. Taba (dalam Hidayat, 2013 : 63) mengemukakan bahwa kriteria untuk memilih isi materi kurikulum haruslah menggambarkan pengetahuan yang sebenarnya, sesuai dengan kehidupan sosial dan budaya siswa, seimbang antara luas dan dalamnya materi, mencakup berbagai macam tujuan, sesuai dengan kemampuan dan pengalaman siswa dan sesuai kebutuhan juga minat siswa. Apabila semua unsur tersebut diperhatikan dalam penyusunannya, maka bahan ajar yang dihasilkan dapat menunjukkan bahwa bahan ajar tersebut baik dan dapat diterapkan di sebuah sekolah.
Uraian materi pokok pada bahan ajar menjadi dasar pengambilan dan penentuan materi ajar dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas oleh guru (Hidayat, 2013 : 62). Guru memegang peranan penting dalam menentukan materi pokok dalam suatu bahan ajar yang akan digunakan oleh siswa dalam pembelajaran. Bagi calon guru hendaknya perlu mempelajari untuk menyusun bahan ajar yang baik sehingga bila siswa mempelajari bahan ajar tersebut, siswa mampu memahaminya dan tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh guru dapat tercapai.
Bahan ajar pada Kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan pendekatan tematik integratif. Pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif menggunakan tema-tema tertentu (Trianto, 2010 : 78). Tema-tema dalam pembelajaran dengan jenis pendekatan tersebut digunakan untuk mewadahi berbagai jenis materi pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda-beda. Tema-tema yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk membuat pemahaman siswa menjadi lebih jelas. Maka, diperlukan sifat kreativitas dalam diri guru dalam menyusun bahan ajar yang menggabungkan beberapa materi pembelajaran dalam satu tema.
Isi dari bahan ajar yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini menuai berbagai macam komentar yang muncul dari para pendidik. Kurikulum yang dibahas secara lebih mendalam dalam penelitian ini adalah Kurikulum SD.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV dan kepala sekolah dari suatu sekolah dasar yang telah menerapkan pembelajaran Kurikulum 2013. Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV dan kepala SD X. Informasi yang didapatkan bahwa bahan ajar yang digunakan dalam Kurikulum 2013 secara keseluruhan dapat dikatakan masih belum dikatakan sempurna secara keseluruhan. Guru kelas IV dan kepala sekolah melihat materi dalam Kurikulum SD lebih sederhana dan lebih mengutamakan siswa sebagai pembelajar yang aktif. Pendekatan sains dalam Kurikulum 2013 yang diketahui oleh kedua narasumber adalah proses belajar mengarahkan para pembelajar memiliki keterampilan layaknya seorang saintis di mana terdapat kegiatan seperti mengamati, melakukan eksperimen, diskusi sampai kegiatan mengambil kesimpulan.
Guru kelas IV dan kepala sekolah juga mengutarakan bahwa pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 pada dasarnya sangat baik untuk membentuk pribadi siswa. Informasi lain yang didapat adalah mengenai penilaian otentik, guru kelas IV maupun kepala sekolah menjelaskan penilaian otentik begitu terlihat dari proses pembelajaran Kurikulum 2013. Penilaian menekankan adanya proses dan juga hasil yang diperoleh siswa.
Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 juga kerap kali dialami oleh para guru saat menerapkan Kurikulum 2013. Guru kelas IV menyadari begitu banyak jawaban siswa atas pertanyaan yang ada pada bahan ajar. Beliau cenderung tidak tahu bagaimana mengarahkan jawaban siswa atas pertanyaan berupa pendapat yang cenderung begitu luas.
Kesulitan lainnya yang ditemukan adalah materi yang ada di bahan ajar kurang urut dan membuat siswa kurang begitu memahami secara runtut. Materi dalam satu tema juga cenderung terlalu banyak dan belum mendalam. Kepala SKKK mengutarakan bahwa kesulitan lainnya adalah isi bahan ajar agar cenderung bertele-tele. Kunci jawaban untuk setiap pertanyaan bahan ajar juga belum tersedia.
Kepala sekolah pun juga menambahkan bahwa waktu pelatihan untuk Kurikulum 2013 ini cenderung terlalu singkat. Pelatihan yang singkat membuat guru sedikit mengalami kebingungan saat menerapkannya. Penilaian yang ada pun juga sulit, karena guru perlu mengajar dan menilai secara langsung.
Guru kelas IV dan kepala sekolah menganggap bahwa Kurikulum 2013 masih perlu disempurnakan. Penyempurnaannya pada bagian kegiatan pembelajaran dan materi pada bahan ajar. Narasumber juga mengutarakan masih diperlukan adanya suplemen dalam bahan ajar Kurikulum, terutama dalam hal pembuatan soal dan penjelasan materi yang lebih mendalam.
Sekolah ini telah mampu secara mandiri mengembangkan bahan ajar sesuai dengan Kurikulum 2013. Pihak sekolah menggunakan materi yang diberikan oleh pemerintah dan mengembangkannya dengan memperjelas materi. Bahan ajar Kurikulum 2013 menurut guru kelas IV dan kepala sekolah sudah cukup sesuai dengan budaya lokal yang ada, namun belum begitu mendalam.
Kurikulum 2013 identik dengan penanaman karakter dalam diri siswa. Berbagai karakter dalam Kurikulum 2013 yang ada memiliki makna positif bagi pribadi siswa sehingga perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran dapat menanamkan karakter yang berbeda-beda dalam diri siswa. Pembelajaran yang dialami oleh siswa pun menjadi lebih bermakna, karena siswa dapat berkembang baik secara pengetahuan maupun karakter yang dimilikinya.
Saran yang disampaikan oleh guru kelas IV dan kepala sekolah terkait dengan bahan ajar Kurikulum 2013 adalah pada isi bahan ajar sendiri. Isi dalam bahan ajar yang menurut beliau perlu diperbaiki yaitu isi pertanyaan, bentuk kegiatan dalam pembelajaran dan cakupan materi. Bahan ajar yang digunakan oleh para siswa hendaknya sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar.
Berdasarkan hasil wawancara dari kepala sekolah dan guru kelas IV menunjukkan bahwa bahan ajar Kurikulum SD 2013 yang sekarang telah digunakan dalam pembelajaran, masih perlu disempurnakan. Beberapa bagian seperti materi, bentuk soal serta penilaiannya masih perlu dilengkapi dan dibuat menjadi lebih jelas. Maka, diharapkan bahan ajar yang disusun untuk siswa dapat menunjang pemahaman siswa akan materi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengembangkan bahan ajar mengacu kepada Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV SD.

SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU

(KODE : PENDPGSD-0026) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU

contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dan kemajuan sebuah negara adalah kedua hal yang memiliki keterkaitan cukup , sebab bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu mengandalkan sumber daya manusia di bangsanya, oleh karena itu pendidikan merupakan kunci yang harus disiapkan (Boediono dalam Rachman, 2010). Kurikulum dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran bagi semua jenjang pendidikan. Kurikulum di Indonesia disesuaikan dengan falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila serta UUD 1945 karena sistem kurikulum yang diterapkan sebuah negara turut menentukan tujuan serta pola hidup suatu bangsa. Kurikulum menjadi "pilihan" bagi sebuah negara, sifatnya dinamis sebab harus selalu mengikuti arus perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, budaya, sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum di Indonesia juga disesuaikan dengan nilai-nilai luhur bangsa, maka kurikulum diterapkan di jenjang pendidikan taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi baik formal maupun informal (Arifin, 2011 : 1-2). Peningkatkan mutu pendidikan di sebuah negara perlu adanya evaluasi serta direncanakan untuk mengetahui akan dibawa kemana arah pendidikan kita, maka sebuah negara seharusnya bersiap-siap dengan pola kurikulum yang sangat mungkin berubah.
Hidayat (2013 : 1-2) mengatakan perubahan kurikulum merupakan konsekuensi terjadinya perubahan dalam sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan IPTEK suatu bangsa. Jika kurikulum tidak berubah sesuai dengan perkembangan jaman maka yang terjadi, kurikulum yang dimiliki pada bangsa itu bersifat pasif, karena tidak fleksibel berdasarkan situasi dan kondisi yang ada. Pada dasarnya, semua kurikulum yang digunakan pada masing jenjang pendidikan adalah sama, sebab mengacu pada pedoman yang sama pula. Tetapi perbedaannya hanya terletak dalam hal penekanan pada tujuan pendidikan dan pendekatan yang digunakan untuk menerapkan kurikulum.
Implementasi setiap kurikulum tentu masih banyak kekurangan dan masalah-masalah. Pemerintah mengganti kurikulum dengan berbagai macam penyempurnaan dalam jangka waktu yang tidak tentu. Hal itu demi memenuhi sifat kurikulum yang dinamis sehingga tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum sejalan dengan perkembangan zaman, IPTEK, sosial budaya, dan ekonomi di negara. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang akan diterapkan oleh pemerintah Indonesia dimulai tahun 2013 melalui uji coba secara bertahap di sekolah-sekolah pilihan.
Dakir (2004 : 2-3) menjelaskan kurikulum berasal dari bahasa Latin currere yang berarti lapangan perlombaan lari. Batas start dan finish-nya perlombaan sudah ditentukan dalam sebuah lapangan perlombaan lari, apabila diartikan sesuai dengan konteks pendidikan, kurikulum merupakan sebuah bahan untuk belajar yang telah ditentukan secara pasti bagaimana pelaksanaannya, kapan dimulai dan kapan diakhiri. Kurikulum merupakan sebuah program pendidikan yang dirancang dan direncanakan serta berisi berbagai macam bahan ajar dan pengalaman belajar yang dibuat secara sistemik berdasarkan dengan norma yang berlaku sehingga dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran Kurikulum menjadi penting bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional karena sifatnya yang berhubungan langsung dengan pengajaran demi kemajuan bangsa.
Bahan ajar adalah salah satu bagian terpenting dalam kurikulum, salah satu contoh dari bahan ajar tersebut adalah buku ajar. Buku ajar menurut Sitepu (2012 : 20) mengandung berbagai informasi tentang perasaan, pikiran, gagasan, atau pengetahuan pengarangnya untuk disampaikan kepada orang lain menggunakan berbagai simbol visual, dalam bentuk huruf, gambar, bahkan bentuk lainnya. Buku ajar berisikan bahan belajar yang membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya sesuai tahapan pencapaian tujuan pendidikan institusional dan pendidikan nasional. Penulis bahan ajar hendaknya mengutamakan kesesuaian isi bahan ajar yang akan ditulis dengan kemampuan pengguna bahan tersebut. Bagi seorang guru sekolah dasar khususnya, bahan ajar menjadi sebuah kebutuhan yang penting untuk membantu proses pembelajaran. Guru akan mengikuti setiap alur pembelajaran dari halaman per halaman (Dakir, 2004 : 13-15).
Bahan ajar digunakan guru sebagai fasilitas belajar bagi siswa. Sebaiknya guru menyusun sendiri bahan ajarnya, karena gurulah yang mengetahui keadaan dan kebutuhan siswanya. Guru dapat memanfaatkan media cetak atau media publik untuk peroleh informasi sehingga dapat menyusun bahan ajar yang sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu guru dapat belajar dari pengalaman sebelumnya selama mengajar karena evaluasi materi yang telah digunakan sebelumnya juga turut menentukan kelayakan bahan ajar tersebut untuk digunakan bagi siswa (Cunningsworth, 1995 : 7-8). Pentingnya penggunaan bahan ajar dikatakan pula oleh Trianto (2010 : 122) bahwa bahan ajar diperlukan dalam pembelajaran khususnya pembelajaran tematik, bahan ajar hendaknya lebih lengkap dan komprehensif khususnya bahan ajar yang dipergunakan dalam pembelajaran tematik yang memadukan berbagai disiplin ilmu.
Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Subagyo guru kelas IV yang merupakan SD percontohan Kurikulum 2013, mengungkapkan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah belum maksimal, artinya masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh minimnya informasi mengenai implementasi Kurikulum 2013. Guru memahami mengenai Kurikulum 2013 sebatas cakupan tiga kemampuan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap, sedangkan mengenai pendekatan tematik integratif dan pendekatan sains, guru menyatakan bahwa pendekatan sains adalah pembelajaran menggunakan indera siswa, sedangkan pendekatan tematik yaitu yang sama digunakan pada pembelajaran di kelas rendah.
Pemerintah pusat telah menyiapkan bahan ajar berdasarkan tema dalam satu tahun, namun guru menyatakan masih kesulitan karena materi pada buku ajar (buku siswa dan buku guru) kurang sesuai dengan kearifan lokal sekolah setempat. Guru harus kreatif untuk mengkaitkan pembelajaran dengan budaya lokal sekaligus menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Mengenai penilaian otentik, guru menjawab belum memahami dengan pasti teknik penilaian yang digunakan seperti apa, sebab belum ada pedoman penilaian yang sesuai. Pengawas setempat mengatakan bahwa penilaian Kurikulum 2013 sama dengan penilaian pada pembelajaran tematik di kelas rendah, artinya guru belum memahami penilaian otentik yang tepat.
Guru menyatakan bahwa masih perlu adanya revisi terhadap bahan ajar yang telah disediakan agar tepat sasaran dan sesuai kebutuhan siswa. Guru juga mengatakan bahwa belum ada keinginan untuk menciptakan bahan ajar baru pada saat ini karena memang belum ada waktu untuk itu, tetapi guru sudah berusaha mencari referensi lain yang dapat digunakan untuk belajar siswa selain buku ajar dari pemerintah pusat. Guru mengharapkan adanya bahan ajar lain yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dan mempermudah guru dalam membimbing siswa, misalnya kegiatan dasarnya jelas menggunakan pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik, lalu pendidikan karakter yang sesuai budaya lokal siswa, serta penilaian otentik yang digunakan guru dalam menilai siswa.
Berdasarkan beberapa masalah yang telah diungkapkan, peneliti menyimpulkan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dari kurikulum untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan khususnya pada penerapan Kurikulum 2013, bahkan berdasarkan wawancara, ketersediaan bahan ajar Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh pemerintah pusat masih belum memenuhi kebutuhan siswa, contohnya terkait budaya lokal yang kurang tercermin dalam bahan ajar. Guru juga menjelaskan bahan ajar dari pemerintah belum menampilkan pendidikan karakter dalam kegiatan belajarnya, sehingga dengan pengetahuan yang masih terbatas guru harus mampu mengkaitkan sendiri pengetahuan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dengan budaya lokal setempat. Namun bukan hanya budaya lokal, ciri-ciri bahan ajar dalam Kurikulum 2013 yang paling tidak mencakup pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, pendidikan karakter berbasis budaya lokal, serta penilaian otentik perlu diperjelas kembali, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU” dalam taraf percobaan dan perlu untuk disempurnakan.

SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA HEWAN DAN TUMBUHAN DI LINGKUNGAN RUMAHKU

(KODE : PENDPGSD-0025) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA HEWAN DAN TUMBUHAN DI LINGKUNGAN RUMAHKU 

contoh skripsi pgsd

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis sehingga mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan peserta didik. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 (dalam Permendikbud No. 54, 2013 : 1) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum menjadi acuan berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Kurikulum dikembangkan ke arah yang dapat menimbulkan nilai luhur dan kemudian dapat diaplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. 
Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun pelajaran 2013/2014, kurikulum di Indonesia telah berganti menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Kurikulum 2013 menuntut siswa lebih kreatif dan inovatif sama halnya dengan KTSP. Perbedaan yang dapat dilihat adalah di dalam kurikulum 2013 semua mata pelajaran diintegrasikan ke dalam satu tema tertentu sedangkan dalam KTSP tiap mata pelajaran berdiri sendiri tanpa terintegrasi dengan mata pelajaran lain. 
Menurut Permendikbud (2013 : 3) kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik seperti mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Selain itu sekolah dapat memanfaatkan masyarakat sekitar untuk memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik. Kurikulum 2013 memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi kurikulum 2013 dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas yang dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
Perubahan kurikulum tentunya juga memerlukan perubahan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan aspek-aspek seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bahan ajar merupakan salah satu sarana terpenting dalam melaksanakan kurikulum. Bahan ajar yang dikembangkan dapat memberikan pengalaman belajar yang menarik dan mudah untuk diterima oleh peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilaksanakan di sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 masih ada kekurangan pada kurikulum 2013. Terutama pada bahan ajar yang digunakan oleh guru yang mengimplementasikan kurikulum 2013. Adapun kekurangan dari kurikulum 2013 yang diutarakan oleh guru kelas IV antara lain pemahaman tentang kurikulum 2013 yang belum menyeluruh dikarenakan singkatnya waktu saat diklat mengenai kurikulum 2013. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran belum maksimal karena kurang menunjangnya media pembelajaran. Menurut beliau penilaian juga menjadi kendala dalam menentukan nilai peserta didik dikarenakan masih terdapat indikator yang belum dicantumkan. Selain itu juga kurangnya buku pegangan atau bahan ajar. Menurut beliau bahan ajar yang terdapat dalam kurikulum 2013 masih kurang mendalami pada karakter yang akan dicapai oleh peserta didik. Pengembangan karakter peserta didik dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan karakter yang terdapat dalam budaya lokal setempat. Lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa sehingga anak lebih paham dengan materi yang diajarkan oleh guru. Bahan ajar kiranya dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah.
Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti merasa perlu mengembangkan bahan ajar untuk kurikulum 2013. Bahan ajar yang dikembangkan adalah tema tiga pada subtema satu yaitu hewan dan tumbuhan di lingkungan rumahku dengan spesifikasi produk menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan karakter berbasis budaya lokal. Melalui pengembangan bahan ajar kurikulum 2013, peneliti berharap bahan ajar dapat berguna bagi siswa dan guru agar dapat membantu pelaksanaan pembelajaran menggunakan kurikulum 2013.

SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BAHAN-BAHAN MAKANAN (KELAS IV)

(KODE : PENDPGSD-0024) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BAHAN-BAHAN MAKANAN (KELAS IV)

contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk mencetak anak-anak bangsa lebih berkualitas dan bermartabat. Pendidikan yang baik saat ini adalah suatu sistem pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang seimbang antara segi intelektual dengan segi moralitas (Suwija, 2012 : 67). Hal tersebut dibuktikan dengan fungsi pendidikan nasional dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa "pendidikan nasional mempunyai fungi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap am pendidikan yang disusun pemerintah harus terpadu dan sistematis agar dapat membentuk atau membangun karakter yang baik dalam masyarakat.
Program pendidikan yang diadakan oleh pemerintah yaitu dengan mengadakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Belajar merupakan salah suatu kegiatan sadar untuk memperoleh pengetahuan dan membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik. Proses belajar mengajar dapat dikatakan berjalan dengan baik, pemerintah harus memerlukan suatu alat yaitu kurikulum. Kurikulum itu sendiri bersifat dinamis yang berarti kurikulum akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat yang terus berkembang serta kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi (Hamalik, 2007 : 4). Tujuan dengan adanya perubahan tersebut, diharapkan akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi dan dapat menghadapi segala tantangan zaman.
Oleh sebab itu, pemerintah sedang mengupayakan perubahan Kurikulum dari Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum ini diharapkan agar para guru mampu mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi dan mampu membangun karakter-karakter yang dimiliki oleh para siswa secara maksimal. Pembelajaran tematik integratif itu sendiri merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa kompetensi dan mata pelajaran ke dalam berbagai tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dalam satu kali pertemuan. (Mendikbud, 2013 : 197). 
Selain itu, semua kegiatan belajar mengajar siswa mengajar siswa menggunakan pendekatan sains. Aspek-aspek yang dilihat dari pendekatan sains dalam pembelajaran yaitu seperti mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, serta mencipta (Hidayat, 2013 : 21). Oleh sebab itu, agar semua aspek yang diharapkan dapat terlihat, maka pada kurikulum 2013 ini, pemerintah menggunakan penilaian otentik untuk menilai segala aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penugasan yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi ilmu pengetahuan serta keterampilan (Nurgiyantoro, 2011 : 25). 
Penilaian tersebut juga didukung dengan pendapat Adisusilo (2012 : 98), bahwa "pembelajaran yang baik yaitu adanya penekanan pada usaha membantu siswa agar mampu mempelajari suatu hal, bukan ditekankan pada seberapa banyak informasi yang didapat pada akhir pembelajaran." Jadi guru tidak hanya menilai hasil penguasaan pengetahuan yang didapat siswa saja, melainkan guru menilai semua aktivitas proses belajar siswa dari awal sampai akhir pembelajaran. Penilaian juga melihat dari semua segi, baik itu dari segi penguasaan pengetahuan dan keterampilan, serta dapat diakumulasikan menjadi satu nilai pada lembar penilaian portofolio.
Pembelajaran yang dilaksanakan harus mengacu pada kurikulum, terutama bahan ajar yang akan digunakan untuk mengajar tidak melenceng dari tujuan kurikulum itu sendiri. Bahan ajar sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Pemilihan maupun pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran dapat memotivasi siswa dengan menarik stimulus perhatian siswa, keterampilan kinerja serta pembentukan sikap dalam memahami materi pembelajaran (Trianto, 2012 : 88). 
Bahan ajar yang sudah ada juga harus mampu dikembangkan secara maksimal oleh guru, sehingga proses belajar mengajar diharapkan dapat berpusat pada siswa bukan malah berpusat pada guru. Namun bahan ajar yang sudah disediakan oleh pemerintah masih ada beberapa kekurangan. Sebaiknya di sini guru harus bisa mengembangkan bahan ajar yang sudah ada dengan menyesuaikan keadaan lingkungan sekolahan serta karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh para siswa yang diajar, sehingga semua kemampuan yang dimiliki siswa dapat berkembang secara maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV, saat peneliti bertanya tentang pertanyaan sejauh mana pemahaman Ibu terhadap Kurikulum 2013? Beliau menjawab, "Saya belum begitu paham dan mengerti Kurikulum 2013 karena masih terbilang baru dan bahan ajar yang tersedia masih dalam tahap proses penyelesaian" 
Rangkuman dari semua pertanyaan yang peneliti tanyakan dapat diambil kesimpulan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam penerapan Kurikulum 2013, karena guru masih belum begitu paham dan Kurikulum 2013 masih terbilang baru. Hal tersebut juga didukung dengan masih terlalu sederhananya bahan ajar yang sudah dibuat oleh pemerintah. Bahan ajar yang tersedia dinilai masih terlalu sederhana, karena masih dalam tahap proses pematangan oleh pihak pemerintah.
Bahan ajar dikatakan terlalu sederhana, karena materi yang disajikan dalam bahan ajar belum berbobot dan masih terlalu ringkas. Materi yang terlalu ringkas ini, menimbulkan kesulitan guru dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang mengintegrasikan mata pelajaran yang satu dengan lainnya menjadi satu tema pembelajaran. Pendekatan sains dalam kegiatan belajar siswa dalam bahan ajar yang sudah ada juga masih belum begitu nampak, sehingga penilaian otentik yang nantinya untuk menilai kegiatan proses belajar siswa dari awal hingga akhir sulit diterapkan oleh guru.
Guru mengungkapkan juga bahwa pada Kurikulum 2013 ini, pemerintah mengharapkan guru agar mampu mengembangkan karakter pada setiap siswa sesuai dengan budaya lokal yang ada. Pendidikan karakter yang diharapkan pemerintahan dapat dikembangkan oleh guru juga mengalami hambatan. Bahan ajar yang sudah ada diharapkan dapat membantu pembelajaran pendidikan karakter berbasis budaya lokal, masih belum begitu membantu. Isi materi dari bahan ajar masih belum begitu nampak keterkaitannya dengan budaya lokal yang ada di lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, mau tidak mau guru harus pandai mengembangkan kegiatan belajar mengajar seefektif mungkin, agar apa yang menjadi tujuan dari Kurikulum 2013 dapat tercapai semua. Hal ini juga harus didukung dengan adanya tambahan referensi bahan ajar lainnya yang mengacu Kurikulum 2013, karena bahan ajar yang sudah disediakan oleh pemerintah saat ini masih terlalu sederhana dan sedikit.
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti akan mencoba memberi satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti akan mencoba membantu dengan mengembangkan sebuah produk berupa bahan ajar Kurikulum 2013 yang mengintegrasikan semua mata pelajaran menjadi satu tema pelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan adalah subtema bahan-bahan makanan dengan spesifikasi produk menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik, dan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Dengan begitu, bahan ajar kurikulum 2013 yang dikembangkan ini diharapkan dapat membantu para guru dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada Kurikulum 2013.