Search This Blog

Showing posts with label kemampuan menyimak anak TK. Show all posts
Showing posts with label kemampuan menyimak anak TK. Show all posts
SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK MELALUI METODE BERCERITA

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK MELALUI METODE BERCERITA

(KODE : PTK-0122) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK MELALUI METODE BERCERITA (PGTK)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Tarigan (1994 : 2) menyebutkan bahwa keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai manusia dan dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lain.
Dalam pengembangan kemampuan berbahasa diarahkan untuk meningkatkan perkembangan keterampilan berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Pada usia TK keterampilan anak masih terbatas untuk memahami bahasa dari pandangan orang lain. Akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil perkembangan fungsi simbolis (Hetherington dalam Moeslichatoen, 2004 : 18). Jika pengembangan simbol bahasa telah berkembang maka hal ini memungkinkan anak memperluas kemampuan memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan anak belajar dari bahasa ucapan orang lain. Semakin banyak dan sering menyimak kosakata, pola-pola kalimat, intonasi, dan sebagainya maka semakin berkembang pula keterampilan berbicara. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila para ahli menyimpulkan, menyimak merupakan dasar daripada keterampilan bahasa lainnya (Tarigan dan Tarigan, 1987 : 48).
Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Dalam kehidupan, manusia selalu dituntut untuk menyimak, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Oleh sebab itu, menyimak lebih banyak daripada kegiatan berbahasa lain yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini dibuktikan oleh Wilga W. River (Sutari, dkk 1997 : 8) kebanyakan orang dewasa menggunakan 45% waktunya untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% saja untuk menulis. Berdasarkan kenyataan di atas maka jelas bahwa keterampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena sangat penting di lingkungan pendidikan.
Keterampilan menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi. Untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1994 : 28).
Berdasarkan hasil pengamatan awal di Kelompok Bermain X, ditemukan permasalahan dalam perkembangan bahasa yaitu masih rendahnya kemampuan dalam menyimak anak. Anak tidak memperhatikan dan mendengarkan guru saat memberikan materi pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak berjalan optimal. Pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran, beberapa anak ada yang bermain mandi bola, mengobrol dengan temannya atau tidak memperhatikan ibu guru dengan memainkan tangan atau kakinya. Selain itu kegiatan yang dilakukan lebih kepada pemberian tugas seperti mewarnai, menempel dan sebagainya, sementara latihan untuk menyimak tidak dikembangkan. Setelah melakukan refleksi awal dengan guru kelas, disepakati sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak di Kelompok Bermain X adalah menggunakan metode bercerita.
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode di pilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Moeslichatoen, 1999 : 157). Apabila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan dapat menangkap isi cerita. Melalui cerita pun anak memperoleh manfaat antara lain : mengasah daya imajinasi, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan aspek sosial, mengembangkan aspek moral, mengembangkan aspek emosi, menumbuhkan semangat berprestasi dan melatih konsentrasi anak.
Utami (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa melalui metode bercerita keterampilan menyimak anak meningkat. Anak terlihat lebih aktif, senang, tertarik, dan antusias dengan pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga anak dapat memahami materi yang diberikan dan tugas yang diberikan oleh guru dapat diselesaikan dengan baik.
Berdasarkan pentingnya hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tersebut menunjukkan upaya meningkatkan keterampilan menyimak anak strategis untuk dilaksanakan. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai "MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCERITA".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengungkapkan permasalahan yang muncul untuk dikaji antara lain : 
1. Bagaimanakah keterampilan menyimak anak sebelum diterapkan metode bercerita di Kelompok Bermain X ?
2. Bagaimanakah implementasi penggunaan metode bercerita untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak di Kelompok Bermain X ?
3. Bagaimanakah keterampilan menyimak anak setelah diterapkan metode bercerita di Kelompok Bermain X ?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 
1. Untuk memperoleh gambaran tentang keterampilan menyimak anak sebelum diberi tindakan berupa penggunaan metode bercerita di Kelompok Bermain X.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan metode bercerita dalam meningkatkan keterampilan menyimak anak di Kelompok Bermain X.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang keterampilan menyimak anak setelah diberi tindakan berupa penggunaan metode bercerita di Kelompok Bermain X.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi semua orang yang berkepentingan, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 
1. Manfaat Teoritis
Bagi bidang keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk meningkatkan perkembangan keterampilan menyimak anak melalui metode bercerita.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, diharapkan dapat menambahkan wawasan serta memberikan pengetahuan dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak anak melalui metode bercerita.
b. Bagi anak, diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan menyimak sehingga dapat memberikan pengalaman dalam pergaulan di sekolah, keluarga maupun masyarakat.
c. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengembangan keterampilan menyimak anak usia dini, yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO KASET CERITA

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO KASET CERITA

(KODE : PTK-0120) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO KASET CERITA (PGTK)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain. Bromley (Dhieni, 2011 : 1.11) mendefinisikan bahasa adalah sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri simbol-simbol visual maupun verbal. Simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca. Sedangkan simbol verbal dengan diucap dan didengar. Bromley (Dhieni, 2011 : 1.11) menyebutkan bahwa : 
pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, setelah itu belajar berbicara, kemudian membaca, dan menulis. Perkembangan berbicara pada anak berawal dari membeo maupun menggumam. Ketika anak tumbuh dan berkembang, maka akan terjadi perubahan dan peningkatan dalam hal kualitas maupun kuantitas produk bahasanya.
Berdasarkan pendapat tersebut maka kemampuan menyimak merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang seharusnya dikembangkan pada anak usia dini. Kemampuan ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan-kemampuan berbahasa lainnya seperti kemampuan menyimak dipadukan dengan kemampuan berbicara, adalah mengungkapkan kembali isi cerita. Pada anak usia dini (4-6 tahun) kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara, hal ini sesuai dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut. Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan orang tuanya atau orang dewasa yang berada di sekitarnya, melalui percakapan, dengan bercakap-cakap anak mendapatkan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya serta mengembangkan bahasanya. Pemerolehan bahasa seorang anak juga berawal dari menyimak ucapan di lingkungan keluarga. Bila seorang anak sering mendengarkan atau dilatih untuk selalu mendengarkan cerita di masa awal kehidupannya, maka perkembangan bahasa dan kosa kata anak akan berkembang dengan sangat baik. Skinner dalam (Dhieni, 2009 : 2.9) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seorang anak tidak diperoleh dengan begitu saja, tetapi melalui imitasi rangsangan yang diberikan oleh lingkungan terdekat anak, yaitu orang tua, maka kewajiban orang tua dan orang dewasa lainnya yang berada di dekat anak untuk memberikan rangsangan berbahasa anak salah satunya dengan membacakan cerita atau memperdengarkan cerita pada anak.
Tampubolon (1991 : 50) menyatakan bahwa bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak, dengan demikian fungsi dari kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita melatih pendengaran anak yang difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan bicara, dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahapan perkembangannya, selanjutnya anak dapat mengekspresikannya melalui bernyanyi, bersyair, menulis, ataupun menggambar. Salah satu cara melatih pendengaran dan menumbuhkan minta anak dalam bercerita, diantaranya dengan menggunakan media audio kaset cerita, dimana anak dapat mendengarkan cerita-cerita menarik , sehingga imajinasi anak dapat terlatih dan berkembang dengan baik.
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti perantara, antara, atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan. Schramm (1977) dalam (Eliyawati, 2005 : 108) mendefinisikan mengenai media yaitu teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan. Adapun penggunaan media dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini pada umumnya untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi, adapun beberapa peranan penting media dalam kegiatan pembelajaran adalah : 
1. Memperjelas penyajian pesan dan mengurangi verbalitas.
2. Memperdalam pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran.
3. Memperagakan pengertian yang abstrak kepada pengertian yang konkret dan jelas.
4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera manusia.
5. Penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran akan mengatasi sikap pasif pada anak.
6. Mengatasi sifat unik pada setiap anak didik yang diakibatkan oleh lingkungan yang berbeda.
7. Media mampu memberikan variasi dalam proses belajar-mengajar.
8. Memberi kesempatan pada anak didik untuk mengulang pelajaran yang diberikan.
9. Memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan mempermudah tugas guru.
Media berdasarkan cara penyampaian dan penerimaannya terbagi menjadi tiga, yaitu media Audio, media Visual dan media Audio Visual.
Media Audio atau media dengar adalah media yang dapat menyampaikan pesan melalui suara-suara atau bunyi yang diperdengarkan. Media ini sangat mengandalkan kemampuan pendengaran dari para penggunanya. Adapun unsur suara ini memiliki komponen bahasa, musik, dan sound effect yang dapat dikombinasikan untuk menguatkan isi pesan. Media Audio juga merupakan media yang sangat fleksibel, relatif murah, praktis dan singkat serta mudah dibawa, oleh karena itu para guru dan orang tua dapat menggunakan media ini sebagai alat atau fasilitas penunjang perkembangan bahasa anak. Dimana orang tua pada masa sekarang ini memiliki kesibukan yang lain maka membacakan cerita atau memperdengarkan cerita pada anak sudah jarang dilakukan, oleh karena itu anak hanya mendengarkan cerita dari sekolah saja, dan itu pun kebanyakan ibu guru di sekolah tidak selalu setiap hari membacakan cerita, dari kedua permasalahan ini berdampak pada berkurangnya kemampuan anak untuk bercerita, mereka seolah kehilangan imajinasi yang seharusnya banyak terdapat di dalam pikiran mereka, atau mungkin saja mereka memiliki imajinasi namun mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengungkapkannya. 
Agar kegiatan dalam meningkatkan kemampuan bercerita pada anak dapat terlaksana dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan sebuah media yang dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya untuk bercerita, diantaranya adalah dengan menggunakan media audio kaset cerita.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta kejadian yang dialami oleh peneliti, di Taman kanak-kanak X yang memiliki satu kelas kelompok B, sebagian besar anak belum memiliki kemampuan untuk menyimak, seperti anak belum mampu mengulang cerita yang dibacakan oleh guru atau mengulang cerita teman serta belum dapat menceritakan pengalaman yang pernah dialaminya.
Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya peran guru dalam memberikan fasilitas dan motivasi pada anak, selain itu media yang digunakan dalam bercerita hanya menggunakan buku cerita dan terkadang media boneka dan belum pernah menggunakan media lain. Padahal media memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran bahasa di Taman Kanak- Kanak. Berdasarkan kondisi di lapangan yang tidak memiliki Media audio Visual, maka penulis mencoba memanfaatkan Media pembelajaran yang ada di lapangan, yaitu media Audio kaset cerita yang dipadukan dengan tape sebagai penyampai informasi pada anak dalam meningkatkan kemampuan menyimak. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Schramm (Eliyawati, 2005 : 108) Media pembelajaran dapat dijadikan sebagai wahana penyalur informasi atau pesan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini mencoba di fokuskan pada sejauh mana media audio kaset cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana meningkatkan kemampuan menyimak pada anak usia dini melalui penggunaan media audio kaset cerita".
Adapun rumusan masalahnya tertuang sebagai berikut : 
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan menyimak anak usia dini di kelompok B TK X ?
2. Bagaimana langkah-langkah penggunaan media audio kaset cerita dalam meningkatkan kemampuan menyimak di kelompok B TK X ?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan menyimak di kelompok B TK X ?

C. Tujuan Penelitian
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan media audio kaset cerita dalam meningkatkan kemampuan bercerita pada anak usia dini.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa : 
a. Membantu meningkatkan konsentrasi dalam kegiatan pembelajar.
b. Membantu mengembangkan bahasa anak serta menambah kosa kata pada anak.
c. Membantu meningkatkan kemampuan menyimak pada anak
d. Membantu meningkatkan prestasi anak
2. Bagi Guru dan Kepala TK
a. Memudahkan penyampaian materi atau tema pembelajaran
b. Tercapainya tujuan pembelajaran
c. Terlaksananya kurikulum pembelajaran
3. bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai pengembangan bahasa anak usia dini.

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE MENDONGENG

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE MENDONGENG

(KODE : PTK-0119) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE MENDONGENG (PGTK)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa setidaknya setiap orang akan mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan aktivitas berpikir dan perasaannya yang dapat dipahami dan dimaknai bersama oleh orang yang mendengarkannya (Yusuf, 2000) 
Pengembangan bahasa merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya, mengingat bahasa merupakan pusat dari pengembangan aspek-aspek lainnya (Dhieni dkk, 2005).
Pendidikan bahasa untuk anak merupakan upaya sadar dalam meningkatkan kemampuan bahasa bagi anak, agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya (Somantri, 2000). Santrock (2002) mengemukakan bahwa masa anak-anak merupakan periode yang sangat penting untuk belajar bahasa, jika pengenalan bahasa tidak dilakukan sebelum masa remaja maka seumur hidup anak akan mengalami ketidakmampuan dalam menggunakan tata bahasa yang baik. Untuk itu pengenalan bahasa pada anak sejak usia dini dapat membantu anak untuk memperoleh keterampilan bahasa yang lebih baik. (Adamson; Schegloff dalam Santrock, 2002).
Perkembangan bahasa pada anak usia dini meliputi keterampilan mendengar atau menyimak, berbicara, membaca dan menulis sebagaimana yang terdapat di dalam kurikulum TK tahun 2004. Sedangkan menyimak merupakan awal dari keterampilan bahasa lainnya, karena di dalam kompetensi hasil belajar anak harus terlebih dahulu mampu mendengar sebelum berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Sutanto (2001) menandaskan juga bahwa kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat sosialisasi. Sutanto (2001) menjelaskan bahasa merupakan suatu cara merespons orang lain sehingga keterampilan berbahasa dengan cara menyimak sangat dibutuhkan untuk anak-anak taman kanak-kanak. Karena pada anak-anak usia dini ini, bila kemampuan menyimaknya sudah baik dan benar, merupakan modal bagi mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang akan didapatinya kelak di kemudian hari.
Agustin (2008 : 74) berpendapat bahwa kecerdasan bahasa merupakan kecerdasan manusia pertama yang sangat diperlukan untuk bermasyarakat, baik dalam bentuk berbicara, membaca maupun menulis. Di dalam berbicara memungkinkan anak menyebutkan objek nyata yang ada di sekitarnya, biasanya terhadap perkembangan jiwa sesuai dengan pengalaman hidup dan kecerdasan anak (Abdul Azis, 2005 : 35).
Musfiroh (Agustin 2008 : 35) , berpendapat bahwa anak yang cerdas dalam linguistik memiliki keterampilan menyimak yang baik, cepat menangkap informasi melalui bahasa, serta mudah menghafal pesan, kata-kata lirik, bahkan sampai hal terkecil seperti nama, tempat dan tanggal. Menyimak sebagai salah satu sarana penting penerimaan komunikasi.
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, dan merupakan komunikasi tatap muka menurut Brooks; 1964 (Henry G. Tarigan, 1986 : 3). Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Sutanto, 2001).
Menurut Subyakto (2005 : 21) , proses menyimak dari anak usia dini memerlukan sejumlah kemampuan sebagai berikut : 
"Setiap anak yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Pada saat menyimak menangkap bunyi bahasa, anak harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian, bunyi yang ditangkap perlu di identifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik, bunyi yang sudah di identifikasi itu, harus di identifikasi dan di pahami maknanya, dalam hal ini anak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non linguistik , makna yang sudah di identifikasi dan dipahami harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan dan di kaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki anak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi, melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan menanggapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi"
Proses kegiatan belajar mengajar, anak harus banyak terlibat langsung dalam proses menyimak dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak, kemampuan menyimak anak bervariasi, dan guru hendaklah mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak, anak harus sering mengikuti aktivitas berbahasa lisan dan sering berlatih menyimak dalam berbagai macam situasi. Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung (Subyakto, 2005 : 21). Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian pada sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu. Disamping kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan mengingat. Kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang akan disampaikan, pada saat menyimak berlangsung kemampuan mengingat digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa.
Kendala yang ada dalam proses kegiatan menyimak di taman kanak-kanak, dikarenakan selama ini guru belum menguasai teknik yang menarik dan efektif dalam pembelajaran menyimak. Guru berperan sangat besar dalam meningkatkan kemampuan menyimak, tanpa guru sadari bahwa pembelajaran saat ini lebih menekankan kepada keterampilan membaca dan menulis saja, semua ini tuntutan dari para orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang yang pandai. Dalam hal ini orang tua mengabaikan kemampuan menyimak, padahal kemampuan menyimak merupakan landasan kemampuan membaca dan menulis.
Mendongeng sebagai salah satu dari pembelajaran bahasa tidak bisa lepas dari dunia anak-anak. Di Taman Kanak-kanak mendongeng dijadikan sebagai kegiatan pembelajaran sehari-hari atau kegiatan terencana, yang dalam kegiatan sehari-harinya mendongeng dapat dilakukan secara spontan/berdasarkan keinginan anak, sesuai dengan rencana pembelajaran atau sebagai media evaluasi bagi anak, yang mana anak memperoleh pengalaman atau pengetahuan mengenai hal yang telah anak dengar dari isi dongeng tersebut.
Sarana dalam mengekspresikan, ide, gagasan dan pengalaman-pengalaman yang telah dialami, kegiatan mendongeng memiliki peranan yang sangat penting untuk perbendaharaan kosa kata anak, sehingga perbendaharaan kosa kata anak bertambah melalui dongeng yang dibacakan oleh guru atau orang tua. Hal tersebut di dukung oleh Dawson dalam Tarigan (1980) dalam penelitiannya, bahwa "Kosa kata mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung, seandainya muncul kata-kata yang baru dalam buku bacaan atau dongeng siswa, maka guru menjelaskan kepada anak agar anak memahami arti dari kata tersebut"
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK X, terlihat bahwa masih terdapat masalah yang berkaitan dengan rendahnya keterampilan menyimak anak di Taman Kanak-kanak tersebut. Hal ini terlihat dari beberapa indikasi berikut : Masih kurangnya minat anak dalam pembelajaran di bidang pengembangan bahasa terutama menyimak, kurangnya perhatian anak terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, hal ini terlihat dari beberapa anak tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru setelah pembelajaran selesai dan belum dapat mengingat pesan atau pelajaran yang disampaikan gurunya.
Menyimak adalah proses penerimaan, maka sangatlah sulit bagi guru untuk mengetahui apa yang sedang dialami anak didiknya (Tarigan 1986). Guru terkadang menemukan kesulitan untuk menciptakan suasana kelas di mana anak-anak dapat memperoleh hasil yang maksimal dari kemampuan menyimak mereka. Jika guru-guru beranggapan bahwa tugas mereka adalah untuk mengendalikan tingkah laku anak-anak, maka para guru akan menemukan kesulitan dalam menciptakan suasana informal yang penting bagi anak-anak berbicara dan mendengarkan sesamanya. Dalam hal ini guru mencoba menggunakan atau menerapkan metode mendongeng untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak, sehingga anak tidak bosan atau jenuh dengan penyampaian materi dalam bidang pengembangan bahasa dengan berlatih berbicara serta menyimak secara aktif.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penelitian ini difokuskan pada pembahasan "bagaimana meningkatkan kemampuan menyimak pada anak Taman Kanak-kanak melalui metode mendongeng ?". 
Permasalahan tersebut diuraikan dalam bentuk rincian pertanyaan penelitian sebagai berikut : 
1. Bagaimana kondisi awal kemampuan menyimak anak di TK X ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode mendongeng untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak ?
3. Bagaimana kemampuan menyimak pada anak di TK X setelah menggunakan metode mendongeng ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai peranan aktivitas mendongeng dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak. Adapun secara lebih khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 
1. Mengetahui kondisi awal kemampuan menyimak anak di TK X.
2. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran bahasa dengan menggunakan metode mendongeng terhadap peningkatan kemampuan menyimak anak TK X.
3. Mengetahui dan memperbaiki kemampuan menyimak/mendengar anak setelah pelaksanaan pembelajaran metode mendongeng di terapkan di TK tersebut.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau acuan untuk menyusun langkah-langkah yang efektif dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak melalui metode mendongeng dalam pengembangan bahasa, khususnya untuk anak usia TK.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak : 
a. Guru Taman Kanak-kanak. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi inovasi terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas pengembangan kemampuan berbahasa khususnya dalam menyimak pada anak TK. Dan juga lebih memperhatikan kebutuhan anak dalam menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
b. Bagi anak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak dalam belajar, dapat berpikir kritis serta melatih keterampilan belajar dan juga dapat menerima isi atau pesan yang tersirat dalam proses pembelajaran. 
c. Pihak Sekolah. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengadaan fasilitas sarana, prasarana, media, dan sumber belajar yang belum tersedia.
d. Orang Tua. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan masukan bahwa dengan sering membacakan dongeng atau cerita kepada anak dapat meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya mendengar, sehingga anak lebih cepat dan lebih baik lagi dalam meningkatkan kemampuan berbicara.