Search This Blog

Showing posts with label Penelitian Tindakan Kelas. Show all posts
Showing posts with label Penelitian Tindakan Kelas. Show all posts

SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU SDN

(KODE : PENDPGSD-0043) : SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU SDN

contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tanpa pendidikan maka manusia sulit untuk menjalani kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan harus terus mengalami peningkatan kualitas agar mampu menghadapi tantangan sesuai tuntutan perkembangan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai upaya, yaitu melalui pembenahan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Akan tetapi, dari sekian banyak upaya tersebut, peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik tetap menduduki posisi yang sangat strategis (Masnur Muslich, 2011 : 4). Hal ini didukung oleh studi yang dilakukan John Hattie (Marselus R. Payong, 2011 : 2) yang menyatakan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan oleh sekitar 49% dari faktor karakteristik siswa sendiri dan 30% berasal dari faktor guru. Oleh karena itu, mutu pendidikan berkaitan erat dengan kualitas pendidik.
Guru berkualitas adalah guru yang memenuhi kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D4 dan memiliki kompetensi. Hal ini sesuai dengan syarat pendidik yang tercantum dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik meliputi : 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi profesional, 3) kompetensi kepribadian, dan 4) kompetensi sosial.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keprofesionalan guru harus dikembangkan. Kompetensi yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kompetensi profesional. Oleh karena itu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni akan diiringi perkembangan kompetensi profesional.
Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, kompetensi profesional dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti, yakni : 1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, 2) menguasai standar kompetensi, kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu, 3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, 4) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri, dan 5) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Salah satu kompetensi inti dari kompetensi profesional yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
Berdasarkan Permeneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pengembangan keprofesian secara berkelanjutan meliputi : 1) pengembangan diri, 2) publikasi ilmiah, dan 3) karya inovatif. Salah satu kegiatan publikasi ilmiah adalah publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru diwajibkan untuk melaksanakan penelitian. Salah satu bentuk penelitian yang paling sederhana dan biasa dilakukan oleh guru adalah penelitian tindakan kelas atau yang sering disebut dengan PTK. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang paling dekat dengan guru karena penelitian tindakan kelas dilakukan dengan maksud untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan di kelas.
Guru perlu melaksanakan penelitian tindakan kelas. Hal ini didasari alasan apabila guru melaksanakan penelitian tindakan kelas maka : 1) akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya, 2) akan terjadi peningkatan sikap profesional guru, 3) akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa, 4) akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas, 5) akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya, 6) akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa, 7) akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah, dan 8) akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum (Masnur Muslich, 2011 : 11).
Berdasarkan berita yang dikabarkan dalam Kedaulatan Rakyat, 4 Maret 2009, di Yogyakarta, terdapat kasus guru memalsukan Penetapan Angka Kredit (PAK) untuk dapat naik jabatan. Pemalsuan PAK mengindikasikan bahwa sebagian guru di Yogyakarta memilih cara yang instan untuk dapat naik jabatan dan enggan melaksanakan penelitian sebagai salah satu syarat memperoleh angka kredit. Indikasi keengganan melaksanakan penelitian juga terjadi pada guru-guru di SD Negeri X.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri X, tidak semua guru SD Negeri X melaksanakan penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas. Hal ini mengindikasikan keengganan untuk melaksanakan penelitian juga dialami oleh guru di SD Negeri X. Jumlah guru di SD Negeri X sebanyak 10 orang, dari 10 orang guru tersebut hanya empat orang guru yang melaksanakan penelitian tindakan kelas. Jadi, persentase guru SD Negeri X yang melaksanakan penelitian tindakan kelas hanya sebesar 40%.
Semua guru SD Negeri X sebenarnya diwajibkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas karena SD Negeri X telah menyelenggarakan Program Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan diselenggarakannya program ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan SD Negeri X. Selain bertujuan meningkatkan mutu pendidikan, program penelitian tindakan kelas ini juga dimaksudkan untuk menaikkan jabatan guru-guru di SD Negeri X agar keprofesionalannya meningkat.
Program penelitian tindakan kelas di SD Negeri X telah berjalan selama 2 tahun. Jumlah guru yang melaksanakan penelitian tindakan kelas ditargetkan 100%, tetapi kenyataan di lapangan jumlah guru yang melaksanakan penelitian tindakan kelas hanya 40%. Output yang dihasilkan hanya sebanyak tujuh buah. Dari ke tujuh buah output tersebut, yang lulus uji Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) hanya satu buah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru SD Negeri X dalam membuat karya ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas masih kurang baik.
Output penelitian tindakan kelas yang dihasilkan oleh guru di SD Negeri X masih kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena tidak semua guru di SD tersebut melakukan penelitian. Padahal dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada permasalahan yang menghambat keterlaksanaannya. Sebagian besar guru di SD Negeri X tidak berupaya melaksanakan penelitian untuk mencari penyebab dan solusi dari permasalahan tersebut. Melaksanakan penelitian merupakan salah satu indikator pengembangan kompetensi profesional guru, tetapi tidak semua guru SD Negeri X melaksanakan penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kompetensi profesional guru SD Negeri X belum berkembang dengan baik.
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Program penelitian tindakan kelas yang diselenggarakan di SD Negeri X belum terlaksana dengan semestinya. Oleh karena itu, perlu kajian tentang bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas guru SD Negeri X.

JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 7

JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) 7


  • (KODE : PTK-0577) : SKRIPSI PTK ENHANCING STUDENTS PARTICIPATION AND COMPREHENSION IN READING COURSE USING JIGSAW STRATEGY (BAHASA INGGRIS KELAS IX)
  • (KODE : PTK-0578) : SKRIPSI PTK KEEFEKTIFAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE DENGAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR (BIOLOGI KELAS X)
  • (KODE : PTK-0579) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY POKOK BAHASAN FUNGI (BIOLOGI KELAS X)
  • (KODE : PTK-0580) : SKRIPSI PTK PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA ARAB (BAHASA ARAB KELAS V)
  • (KODE : PTK-0581) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE IMLA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA (BAHASA ARAB KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0582) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NHT BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN LKS MATERI BARISAN DAN DERET BILANGAN (MATEMATIKA KELAS IX)
  • (KODE : PTK-0583) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN BOKORTASKO TERHADAP HASIL BELAJAR BULUTANGKIS (PENJAS KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0584) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI STANDAR KOMPETENSI PENCEMARAN LINGKUNGAN (BIOLOGI KELAS X)
  • (KODE : PTK-0585) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BILANGAN KERETA ANGKA KELOMPOK B TK (PAUD)
  • (KODE : PTK-0586) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR ANAK MELALUI BENTUK DASAR GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK (PAUD)
  • (KODE : PTK-0587) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETRAMPILAN MEMBACA PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN VIDEO PEMBELAJARAN (BAHASA INDONESIA KELAS V)
  • (KODE : PTK-0588) : SKRIPSI PTK THE USE OF ANIMATION MOVIE FOR DEVELOPING STUDENTS WRITING SKILL OF NARRATIVE TEXTS (BAHASA INGGRIS KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0589) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) (BAHASA INDONESIA KELAS V)
  • (KODE : PTK-0590) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STYLE DENGAN MEDIA BOLA GANTUNG (PENJAS KELAS VIII)
  • (KODE : PTK-0591) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MAPEL FIQIH BAB SHOLAT MELALUI METODE DEMONSTRASI (PAI KELAS VII)
  • (KODE : PTK-0592) : SKRIPSI PTK USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI SEL DENGAN STRATEGI TONGKAT ESTAFET BERBASIS INKUIRI TERPIMPIN (BIOLOGI KELAS XII)


SKRIPSI PTK USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI SEL DENGAN STRATEGI TONGKAT ESTAFET BERBASIS INKUIRI TERPIMPIN

SKRIPSI PTK USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI SEL DENGAN STRATEGI TONGKAT ESTAFET BERBASIS INKUIRI TERPIMPIN

(KODE : PTK-0592) : SKRIPSI PTK USAHA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI SEL DENGAN STRATEGI TONGKAT ESTAFET BERBASIS INKUIRI TERPIMPIN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dari hasil wawancara dengan guru biologi kelas XI SMA X, nilai biologi rata-rata 69,37 dengan jumlah siswa 30, nilai dibawah rata-rata ada 17 anak sedangkan diatas rata-rata ada 13 anak. Kendala siswa dalam belajar adalah banyak istilah latin yang sering digunakan dalam belajar biologi, biasanya guru hanya memberi motivasi terhadap murid saja. Untuk itu penulis tertarik meneliti tentang usaha meningkatkan hasil belajar siswa melalui strategi tongkat estafet berbasis inkuiri terpimpin pada pembelajaran Biologi kelas XI semester ganjil SMA X.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Artinya, guru diharapkan dapat menerapkan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan semangat belajar siswa. Standar Ketuntasan Minimal mata pelajaran Biologi di SMA X adalah 65 artinya siswa dianggap tuntas bila sudah mendapat nilai minimal 65 Sedangkan Standar Ketuntasan secara klasikal adalah 85 artinya suatu materi dianggap tuntas jika 85% siswa sudah mencapai SKM.

B. Identifikasi Masalah
Masalah rendahnya prestasi belajar siswa dapat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.
1. Strategi, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan efektif
2. Minat belajar siswa yang rendah
3. Kurangnya motivasi belajar siswa
4. Tingkat kecerdasan siswa
5. Kompetensi guru
6. Media pembelajaran yang kurang memadai

C. Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini apakah pembelajaran dengan menggunakan strategi tongkat estafet berbasis inkuiri terpimpin dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMA X.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran melalui strategi tongkat estafet berbasis inkuiri terpimpin dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi guru dan sekolah penelitian dalam rangka membantu keberhasilan peserta didik khususnya pokok bahasan struktur dan fungsi sel.
1. Bagi Siswa
Dapat memotivasi siswa untuk beraktivitas positif dalam kegiatan belajar dengan memanfaatkan kemampuan sehingga lebih memahami materi yang dipelajari. Serta untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam kualitas dan pengajaran di sekolah.
2. Bagi Guru Biologi
Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum dan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.
2. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif peningkatan kualitas belajar biologi dan dunia pendidikan pada umumnya.

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MAPEL FIQIH BAB SHOLAT MELALUI METODE DEMONSTRASI

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MAPEL FIQIH BAB SHOLAT MELALUI METODE DEMONSTRASI

(KODE : PTK-0591) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MAPEL FIQIH BAB SHOLAT MELALUI METODE DEMONSTRASI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berisikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik dengan berbagi sumber. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses pendidikan yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik itu merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan guru dengan peserta didik tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya menyampaikan pesan berupa mata pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus melalui pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Eksistensi guru tetap penting karena peran guru tidak seluruhnya digantikan dengan teknologi.
Tujuan untuk pengembangan potensi peserta didik dapat dilakukan melalui proses pendidikan yang umumnya disebut sekolah merupakan lembaga yang menjalan proses pengajaran kepada para siswanya.
Sedangkan tujuan pendidikan agama islam yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam pembelajaran pendidikan agama islam banyak yang menganggap hanya pelajaran yang membosankan dan tidak termasuk pelajaran dan tidak termasuk pelajaran yang menentukan saat ujian akhir sekolah sehingga membuat peserta didik mengabaikan pelajaran tersebut. Hal ini bila dibiarkan berlarut-larut tentunya akan sangat membahayakan generasi penerus bangsa.
Dengan adanya masalah ini maka sebagai seorang guru harus dapat memilih metode dan model pembelajaran yang baru supaya suasana di dalam proses pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan materi yang disampaikan pun dapat dicapai sesuai yang diinginkan. Banyak sekali model-model pembelajaran, namun guru harus pandai memilih model pembelajaran yang cocok dengan materi tersebut dan supaya tidak membosankan serta dapat meningkatkan belajar dan hasil belajar peserta didik. Selain itu guru harus menyampaikan manfaat dari materi sholat dalam kehidupan sehari-hari.
Pada materi salat sangat cocok digunakan model pembelajaran demonstrasi. Diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), maka menuntut peserta didik untuk saling berkompetensi baik itu secara berkelompok maupun secara individu yang itu semua ada dalam pembelajaran demonstrasi. Namun alasan yang paling mendasar dengan diterapkannya model pembelajaran demonstrasi dapat diharapkan hasil belajar dari peserta didik MTs. Negeri X dapat ditingkatkan. Setiap mata pelajaran khususnya fiqih memiliki Standar Ketuntasan Minimal (SKM) untuk setiap aspek penilaian.
Dari uraian di atas dapat mendorong peneliti untuk meneliti dengan judul "UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH BAB SALAT MELALUI METODE DEMONSTRASI DI MTS X".
SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STYLE DENGAN MEDIA BOLA GANTUNG

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STYLE DENGAN MEDIA BOLA GANTUNG

(KODE : PTK-0590) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STYLE DENGAN MEDIA BOLA GANTUNG


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Jasmani (Penjas) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan organik, neuromuscular, intelektual dan emosional secara menyeluruh. Sebagai bagian integral dari pendidikan pada umumnya, Pendidikan Jasmani memberikan kontribusi besar bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya. Penjas memegang peranan penting dalam mengembangkan nilai-nilai humanitas yang diorientasikan pada peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Penjas ditingkatkan di sekolah dengan tujuan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dan berbagai pendekatan jasmani bagi siswa. Oleh karena itu Penjas dan kesehatan merupakan mata pelajaran wajib dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Ini terbukti bahwa pendidikan jasmani diberikan pada tiap-tiap sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah sampai Perguruan Tinggi.
Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia hingga dewasa ini adalah belum efektifnya pengajaran Penjas di sekolah-sekolah. Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari sekadar mengembangkan ketrampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya merupakan proses sistematis yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak seutuhnya.
Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani berbeda pelaksanaannya dari pembelajaran mata pelajaran lain. Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas fisik, siswa dapat menguasai ketrampilan dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi estetis, mengembangkan ketrampilan generik serta nilai dan sikap yang positif, dan memperbaiki kondisi fisik tubuh untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan program pendidikan lainnya dalam hal ranah pembelajarannya, yaitu sama-sama mengembangkan tiga ranah utama yaitu psikomotor, afektif dan kognitif. Namun, ada kekhasan dari program pendidikan jasmani yang tidak dimiliki program pendidikan lainnya, yaitu dalam hal mengembangkan wilayah psikomotor, yang biasanya dicapai dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani anak dan pencapaian ketrampilan geraknya.
Kondisi belum efektifnya kegiatan pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya ialah kurangnya variasi pengembangan model pembelajaran dalam memberikan materi pelajaran sehingga membuat siswa cepat bosan saat mengikuti pelajaran olahraga karena materi yang terlalu monoton dan tidak menjadikan pelajaran olahraga menjadi bagian pelajaran yang digemari dan dinanti-nantikan.
Fenomena itulah yang terjadi di SMP Negeri X. Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan salah satu guru olahraga di SMP X mengatakan pada saat pembelajaran penjasorkes materi lompat jauh gaya hang style anak cenderung malas mengikuti pelajaran berbeda saat materi pelajaran sepak bola atau bola basket anak cenderung bersemangat. Pada saat pembelajaran lompat jauh gaya hang style masih banyak siswa yang duduk saat pembelajaran. Selain itu juga dijelaskan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran penjas kelas VIII di SMP X adalah 75, sehingga semua materi pelajaran penjas harus mencapai nilai minimal 75. Tapi pada kenyataannya ternyata masih banyak siswa yang belum mencapai Ketuntasan Minimal dalam pembelajaran khususnya lompat jauh gaya hang style. Rata-rata nilai kelas menunjukkan angka 30% dari jumlah siswa, mendapat nilai dibawah 75 menjadi bukti kongkrit hasil belajar siswa masih belum mencapai KKM. Kenapa hal itu bisa terjadi? Hal itu disebabkan siswa pada saat pembelajaran kurang memperhatikan penjelasan guru, pembelajaran kurang menarik, siswa asyik ngobrol sendiri, terlalu banyak menunggu giliran sehingga siswa menjadi malas dalam pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes) ditemukan beberapa masalah yang komplek pada saat proses pembelajaran lompat jauh. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut siswa terlihat kurang berminat dalam mengikuti pelajaran dan kurang termotivasi untuk mau dan bisa melakukan teknik gerakan lompat jauh yang benar. Siswa cenderung asik ngobrol dan sibuk sendiri dengan kegiatan mereka. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, rendahnya minat dan motivasi siswa untuk mata pelajaran Penjas khususnya pada materi lompat jauh gaya Hang Style di kelas VIII A SMP Negeri X Blora tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu : (1) Siswa terlihat kurang tertarik pada pelajaran Penjas. (2) Siswa cepat bosan pada saat mengikuti pelajaran Penjas. (3) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa.
Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai maksimal yang ingin dicapai. Motivasi adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Seseorang yang motivasinya besar akan meningkatkan minat, perhatian, konsentrasi penuh, ketekunan tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan bosan, jenuh apalagi menyerah.
SMP N X adalah sebuah sekolah menengah pertama yang terletak di daerah perdesaan. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran lompat jauh gaya Hang Style dalam penjasorkes, kreativitas seorang guru sangat diperlukan, seorang guru harus bisa menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang efektif misalnya dengan pembelajaran yang baru melalui media. Sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat.
Guru harus mendesain pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga mencapai hasil belajar yang maksimal. Guru sangat berperan dalam upaya meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam suatu proses pembelajaran, yaitu dengan cara memberi stimulus untuk menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang menarik, antara lain dengan menggunakan modifikasi model pembelajaran dan alat pembelajaran dalam pelajaran penjasorkes salah satunya melalui media bola gantung dalam pembelajaran lompat jauh gaya hang style dalam pelajaran penjasorkes.
Berdasarkan uraian dan penjelasan dalam latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul "UPAYA MENINGKATKAN MINAT, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA HANG STYLE DENGAN MEDIA BOLA GANTUNG BAGI SISWA KELAS VIII".
SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)

(KODE : PTK-0589) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING)


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, terutama pelajar yang merupakan calon intelek-tual. Banyak orang terampil menulis, tetapi tidak pandai berbicara. Dalam hal ini kemampuan berbicara dalam forum resmi atau di depan umum, bukan hanya sekedar berbicara. Terkadang ada pembicara yang mengangkat topik yang menarik, tetapi membuat pendengar tidak mengerti bahkan merasa bosan meskipun dengan topik yang sebenarnya menarik untuk disimak. Ada juga orang-orang yang tidak berani berbicara di depan umum. Padahal berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa dari empat aspek lainnya. Aspek berbicara termasuk dalam pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan sejak kita masih duduk di Sekolah Dasar. Kemampuan berbicara sering diabaikan karena ada anggapan bahwa kemampuan berbicara dapat didapatkan secara alami sehingga tidak banyak guru yang mengajarkan. Imam Syafii (1993 : 34) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara yang baik dapat dikuasai melalui proses belajar dan berlatih secara teratur.
Seseorang dengan kemampuan berbicara tinggi tidak hanya memperlihatkan suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, menyampaikan informasi (fakta, peristiwa, gagasan, pendapat, tanggapan), dan melaksanakan berbagai tugas lainnya berkaitan dengan berbicara. Kemampuan berbicara merupakan aspek utama dan paling tampak dari kecerdasan verbal. Selain untuk berkomunikasi, kemampuan berbicara juga penting untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, dan pendapat.
Kemampuan berbicara seseorang juga akan mempengaruhi aspek berbahasa yang lainnya misalnya, membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar dalam berkomunikasi, bahkan ketika seseorang yang berkomunikasi dengan yang tidak dilihat maupun didengarnya. Kata-kata yang didengar merupakan dasar dari buku-buku, dan bagian dari laporan, puisi, pidato, cerita dan surat. Seseorang yang memiliki kecerdasan dalam kata-kata dengan mudah dapat mengalirkan dan sumber kata-kata dalam pikiran mereka. Seseorang yang cerdas secara kata-kata pada umumnya memiliki kemampuan mendengarkan yang sempurna yang dapat memungkinkan dia dapat berkomunikasi dengan lancar, baik antarpribadi maupun kelompok. Seseorang yang memiliki kemampuan mendengarkan yang baik dapat berkomunikasi dengan ringkas dan dengan tepat menanggapi kata-kata orang lain, karena hal itu memungkinkannya untuk merumuskan tanggapan yang efektif.
Pada umumnya siswa belum memiliki kemampuan berbicara yang baik untuk situasi formal maupun nonformal. Padahal semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka akan lebih membutuhkan kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara merupakan alat komunikasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kemampuan berbicara yang kurang baik, maka kegiatan pembelajaran tidak dapat berjalan dengan lancar. Menurut Pageyasa (2004) dalam penelitiannya hal tersebut juga ditemukan di siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo. Siswa kelas 1 MTs Sunan Kalijogo masih sulit berbicara tanpa bantuan. Dengan kata lain, kemampuan berbicara siswa masih rendah. Bila dikaitkan dengan pembelajaran berbicara, tentu ada masalah dalam hal ini yang menyebabkan kemampuan berbicara siswa masih rendah. Praktik pembelajaran yang kurang efektif dan kurang disenangi siswa sebagai penyebabnya.
Masalah ini juga dialami oleh siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri X. Siswanya cenderung gugup jika berada di depan kelas untuk berbicara di depan teman sekelasnya. Siswa juga sering lupa dengan apa yang akan disampaikan di depan kelas. Siswa menghafal semua kata-kata yang akan disampaikan di depan kelas, tetapi setelah di depan kelas mereka dengan apa yang akan disampaikan. Siswa juga membutuhkan waktu yang lama berpikir mengenai apa yang akan disampaikan mengenai tema dan kata-kata yang akan disampaikan di depan kelas. Kesulitan yang paling sering dihadapi oleh siswa adalah siswa kesulitan mengungkapkan ide dan gagasan yang ada di pikiran mereka. Pada akhirnya mereka kehabisan waktu hanya untuk memikirkan dan menghafal apa yang ingin disampaikan, sedangkan praktiknya jauh dari apa yang telah mereka hafal. Dari 27 siswa kelas V SD Negeri X belum ada sebagian dari siswa yang mendapat nilai baik untuk materi berbicara. Mereka menghadapi kesulitan dalam berbicara pada masalah menuangkan ide. Dari 27 siswa 5 siswa mendapat nilai 70, 7 siswa mendapat nilai 65, sisanya mendapat nilai 65 ke bawah. Kondisi ini membuat peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangka aspek berbicara. Metode yang peneliti gunakan adalah metode peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep.
Peneliti menggunakan peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep karena sebagian besar siswa kesulitan membuat konsep tentang apa yang akan dibicarakan ketika berada di depan kelas. Metode menghafal tidak terlalu berhasil untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Pendapat yang dikemukakan oleh Tonny dan Bary Buzan bahwa peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep merupakan cara yang paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Peta pikiran (mind mapping) merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak. Dengan demikian siswa dapat lebih mudah menuangkan ide atau pendapatnya ke dalam sebuah konsep untuk kemudian mengembangkannya sebelum berbicara. Siswa akan lebih mudah menyalurkan kreativitasnya melalui bagan-bagan untuk kemudian mengingat kembali mengeluarkan apa yang sebelumnya ada di pikirannya.
Dari uraian di atas peneliti berharap bahwa dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep akan meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri X. Siswa akan lebih mudah menuangkan ide atau gagasannya melalui peta pikiran (mind mapping). Dengan demikian siswa akan lebih mudah mengingat kembali mengenai apa yang akan disampaikan dengan melihat bagan peta pikiran (mind mapping) atau peta konsep. Peta pikiran (mind mapping) tersebut akan membantu membuka kembali ide-ide yang sebelumnya telah dirancang oleh siswa.