Search This Blog

Showing posts with label skripsi psikologi. Show all posts
Showing posts with label skripsi psikologi. Show all posts
JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 3

JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 3

JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 3

  • (KODE : PSIKOLOG-0163) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0164) : SKRIPSI HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN (STUDI DI PT PLN)
  • (KODE : PSIKOLOG-0165) : SKRIPSI KORELASI ANTARA KEBIASAAN BELAJAR EFEKTIF DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0166) : SKRIPSI KONSEP DIRI ANAK PANTI ASUHAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0167) : SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BULLYING
  • (KODE : PSIKOLOG-0168) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DENGAN DEPRESI PADA REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0169) : SKRIPSI PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA MAHASISWA PUTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0170) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK
  • (KODE : PSIKOLOG-0171) : SKRIPSI KECEMASAN WANITA KARIER TERHADAP PERAN GANDA DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL SUAMI
  • (KODE : PSIKOLOG-0172) : SKRIPSI CHILD ABUSE PADA ANAK KORBAN TRAFFICKING
  • (KODE : PSIKOLOG-0173) : SKRIPSI PEMAKNAAN MENTORING KEISLAMAN UNTUK INTERNALISASI NILAI INTEGRITAS PEGAWAI
  • (KODE : PSIKOLOG-0174) : SKRIPSI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0175) : SKRIPSI PENGARUH TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KEHARMONISAN RUMAH TANGGA PADA SUAMI ISTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0176) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TERITORIALITAS RUANG KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA DI UPTD
  • (KODE : PSIKOLOG-0177) : SKRIPSI KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA AUTISME DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH FORMAL DI SD
  • (KODE : PSIKOLOG-0178) : SKRIPSI PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI
  • (KODE : PSIKOLOG-0179) : SKRIPSI PENGARUH ABSENSI IBU DALAM KELUARGA TERHADAP KENAKALAN REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0180) : SKRIPSI PENGARUH ONE STOP SERVICE TERHADAP KEPUASAN KELUARGA PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT
  • (KODE : PSIKOLOG-0181) : SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA FISIK DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0182) : SKRIPSI PENERAPAN HUMAN RELATION DALAM PENCIPTAAN BUDAYA ORGANISASI YANG EFEKTIF
  • (KODE : PSIKOLOG-0183) : SKRIPSI HUBUNGAN PENERIMAAN PEER GROUP DENGAN RASA PERCAYA DIRI REMAJA SMP
  • (KODE : PSIKOLOG-0184) : SKRIPSI PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT TENTANG KONSEP KEADILAN DALAM POLIGAMI
  • (KODE : PSIKOLOG-0185) : SKRIPSI PENGARUH KONSELING SEBAYA TERHADAP PROBLEM SOLVING SISWA MTSN
  • (KODE : PSIKOLOG-0186) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN ZOOFOBIA
  • (KODE : PSIKOLOG-0187) : SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK AUTIS
  • (KODE : PSIKOLOG-0188) : SKRIPSI KORELASI ANTARA CITRA BADAN DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA DI SMA
  • (KODE : PSIKOLOG-0189) : SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT KOMPETENSI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH
  • (KODE : PSIKOLOG-0190) : SKRIPSI PENGARUH PERILAKU ASERTIF TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA SISWA SMK
  • (KODE : PSIKOLOG-0191) : SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENONTON FILM PORNO PADA REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0192) : SKRIPSI HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA
  • (KODE : PSIKOLOG-0193) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PROFESIONALITAS GUIDE DENGAN KEPUASAN KONSUMEN
  • (KODE : PSIKOLOG-0194) : SKRIPSI HUBUNGAN PENEMPATAN KARYAWAN DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0195) : SKRIPSI POLA ASUH ORANG TUA ANAK BERPRESTASI AKADEMIK DI SEKOLAH (STUDI PADA SISWA SD PLUS)
  • (KODE : PSIKOLOG-0196) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT KEBERMAKNAAN HIDUP KAUM WARIA
  • (KODE : PSIKOLOG-0197) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS VIII
  • (KODE : PSIKOLOG-0198) : SKRIPSI HIPNOSIS DITINJAU DARI PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI
  • (KODE : PSIKOLOG-0199) : SKRIPSI PENGARUH TAYANGAN EDUKATIF TERHADAP KREATIVITAS VERBAL PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD
  • (KODE : PSIKOLOG-0200) : SKRIPSI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN SELF REGULATION PADA SISWA KELAS VII
  • (KODE : PSIKOLOG-0201) : SKRIPSI HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA BERBAKAT AKSELARASI SMA
  • (KODE : PSIKOLOG-0202) : SKRIPSI TATO SEBAGAI IDENTITAS SOSIAL
  • (KODE : PSIKOLOG-0203) : SKRIPSI PENGARUH MOTIVATION FACTOR DAN MAINTENANCE FACTOR TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI
  • (KODE : PSIKOLOG-0204) : SKRIPSI KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSI TERHADAP BURNOUT PADA PERAWAT RS
  • (KODE : PSIKOLOG-0205) : SKRIPSI EFEKTIVITAS JIGSAW LEARNING TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU PROSOSIAL SANTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0206) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VII DAN VIII
  • (KODE : PSIKOLOG-0207) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBERAGAMAAN DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0208) : SKRIPSI SIKAP SISWA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DI SMA
  • (KODE : PSIKOLOG-0209) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRATEGI COPING STRES DALAM MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
  • (KODE : PSIKOLOG-0210) : SKRIPSI HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PENERIMAN DIRI PADA ORANG TUA YANG MEMASUKI MASA LANSIA
  • (KODE : PSIKOLOG-0211) : SKRIPSI KEBAHAGIAAN PADA PEMIMPIN PEREMPUAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0212) : SKRIPSI PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING REMAJA DI SMK
  • (KODE : PSIKOLOG-0213) : SKRIPSI HUBUNGAN KOHESIVITAS KELOMPOK DENGAN TINGKAT RELIGIUSITAS PENGURUS OSIS MAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0214) : SKRIPSI DINAMIKA KEPRIBADIAN REMAJA YANG MENGALAMI BROKEN HOME DI SMP
  • (KODE : PSIKOLOG-0215) : SKRIPSI HUBUNGAN SUGESTI TENTANG SUNTIK HIV-AIDS DENGAN MINAT KONSUMEN MENGUNJUNGI MATOS
  • (KODE : PSIKOLOG-0216) : SKRIPSI HUBUNGAN MINAT MENONTON TAYANGAN FILM KARTUN LAGA DI TELEVISI DENGAN AGRESIVITAS SISWA SD
  • (KODE : PSIKOLOG-0217) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0218) : SKRIPSI PERAN GLENN DOMAN SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN MEMBACA PADA ANAK YANG MENGALAMI CEDERA OTAK
  • (KODE : PSIKOLOG-0219) : SKRIPSI HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0220) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA AWAL TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA OTORITER DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI DI SMP
  • (KODE : PSIKOLOG-0221) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN EMOSI NEGATIF MAHASANTRI YANG MENGALAMI PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
  • (KODE : PSIKOLOG-0222) : SKRIPSI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMANDIRIAN SANTRI DI PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0223) : SKRIPSI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN AKTUALISASI DIRI DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0224) : SKRIPSI PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA UTUH DENGAN KELUARGA BROKEN HOME DI MTS
  • (KODE : PSIKOLOG-0225) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAFILIASI DENGAN RASA KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA DI MA
  • (KODE : PSIKOLOG-0226) : SKRIPSI HUBUNGAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0227) : SKRIPSI PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL YANG BAIK DALAM MENUMBUHKAN KOMITMEN ORGANISASI PEGAWAI
  • (KODE : PSIKOLOG-0228) : SKRIPSI PENGARUH KREATIVITAS VERBAL TERHADAP KETRAMPILAN BERBICARA MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0229) : SKRIPSI PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA DENGAN REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0230) : SKRIPSI TRADISI DOA SETELAH SHOLAT FARDHU DAN KESEHATAN MENTAL SANTRI PUTRA
  • (KODE : PSIKOLOG-0231) : SKRIPSI IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
  • (KODE : PSIKOLOG-0232) : SKRIPSI PERBEDAAN PERKEMBANGAN PENALARAN MORAL SISWA SMK DAN MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0233) : SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PDAM
  • (KODE : PSIKOLOG-0234) : SKRIPSI MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TERHADAP GURU DAN TEMAN SEBAYA
  • (KODE : PSIKOLOG-0235) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DI MA
  • (KODE : PSIKOLOG-0236) : SKRIPSI HUBUNGAN MEDIA IKLAN DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI HANDPHONE CHINA
  • (KODE : PSIKOLOG-0237) : SKRIPSI PERKEMBANGAN MORAL REASIONING PELAKU KEJAHATAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0238) : SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL ANTARA PERSALINAN CAESAR DENGAN NORMAL
  • (KODE : PSIKOLOG-0239) : SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP INTENSITAS TEMPER TANTRUM PADA ANAK AUTIS
  • (KODE : PSIKOLOG-0240) : SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS
  • (KODE : PSIKOLOG-0241) : SKRIPSI PENGARUH MODEL FILE KOMPUTER TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT AYAT AL-QURAN PADA SANTRI TPQ
  • (KODE : PSIKOLOG-0242) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERAWAT
  • (KODE : PSIKOLOG-0243) : SKRIPSI HUBUNGAN SIKAP FORGIVENESS (MEMAAFKAN) DENGAN SELF-MATURITY (KEMATANGAN DIRI) PADA MAHASISWA PSIKOLOGI
  • (KODE : PSIKOLOG-0244) : SKRIPSI PENGARUH PENCIPTAAN SUASANA RELIGIUS TERHADAP KESEHATAN MENTAL DI PANTI ASUHAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0245) : SKRIPSI TRANSINTERNALISASI NILAI (IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI DI SD)
  • (KODE : PSIKOLOG-0246) : SKRIPSI KONDISI EMOSI TIM PENYIDIK KETIKA MELAKUKAN TAHAP PEMERIKSAAN DI UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK POLRESTA
  • (KODE : PSIKOLOG-0247) : SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS X SMK
  • (KODE : PSIKOLOG-0248) : SKRIPSI PENGARUH KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DI PT X
  • (KODE : PSIKOLOG-0249) : SKRIPSI PENGARUH KONSEP DIRI DAN ZUHUD TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SANTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0250) : SKRIPSI POLA MENGINGAT PADA TUNANETRA PENGHAFAL AL-QURAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0251) : SKRIPSI PERBEDAAN PENILAIAN TERHADAP HUKUMAN PELAKU PEMERKOSAAN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
  • (KODE : PSIKOLOG-0252) : SKRIPSI DINAMIKA MENTAL PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) TENTANG RENCANA PEMBUBARAN LOKALISASI
  • (KODE : PSIKOLOG-0253) : SKRIPSI PENGARUH GAYA KELEKATAN THD PENYESUAIAN SOSIAL MAHASISWA BARU
  • (KODE : PSIKOLOG-0254) : SKRIPSI GAMBARAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA
  • (KODE : PSIKOLOG-0255) : SKRIPSI PENGARUH PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENSTRUASI PADA SISWI KELAS V DAN VI
  • (KODE : PSIKOLOG-0256) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KARAKTERISTIK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN SELF DISCLOSURE SISWA SMP
  • (KODE : PSIKOLOG-0257) : SKRIPSI PERBEDAAN IMPULSE BUYING PRODUK FASHION MUSLIMAH PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS DAN NON-HIJABERS
  • (KODE : PSIKOLOG-0258) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KEPRIBADIAN MARSTON DAN KOHESIVITAS TIM KERJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0259) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KETIDAKPUASAN AKAN BENTUK TUBUH DENGAN LOCUS OF CONTROL PADA REMAJA WANITA
  • (KODE : PSIKOLOG-0260) : SKRIPSI PENGARUH KEMATANGAN PRIBADI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI REMAJA SISWA SMA
  • (KODE : PSIKOLOG-0261) : SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS
  • (KODE : PSIKOLOG-0262) : SKRIPSI PENGARUH KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA REMAJA DAN SELF-EFFICACY TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMP


JUDUL LAIN :
JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 1
JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 2

JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 2

JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 2

JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 2

  • (KODE : PSIKOLOG-0076) : SKRIPSI PENGARUH SITUASI KOMPETISI KERJA TERHADAP FEAR OF SUCCESS PEGAWAI WANITA
  • (KODE : PSIKOLOG-0077) : SKRIPSI PERBEDAAAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA DENGAN ORANG TUA DENGAN REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0078) : SKRIPSI PERBEDAAN KECERDASAN EMOSIONAL ANTARA REMAJA YG MENGIKUTI PROGRAM HOMESCHOOLING DENGAN REMAJA YG MENGIKUTI SEKOLAH FORMAL BIASA
  • (KODE : PSIKOLOG-0079) : SKRIPSI PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA ANAK YANG MENJALANI SISTEM PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK FULL DAYS DAN REGULER
  • (KODE : PSIKOLOG-0080) : SKRIPSI PERBEDAAN SIKAP WANITA DALAM MENGHADAPI MASA KLIMAKTERIUM DILIHAT DARI PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE
  • (KODE : PSIKOLOG-0081) : SKRIPSI PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK PADA MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0082) : SKRIPSI PERTIMBANGAN MORAL ANAK DENGAN POLA ASUH SPIRITUAL
  • (KODE : PSIKOLOG-0083) : SKRIPSI PSYCHOLOGICAL WELL-BEING KORBAN PERKOSAAN YANG MEMBESARKAN ANAK HASIL PERKOSAAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0084) : SKRIPSI SIKAP GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SD
  • (KODE : PSIKOLOG-0085) : SKRIPSI SIKAP PERMISIF SISWA-SISWI SMK TERHADAP SEKS PRA NIKAH
  • (KODE : PSIKOLOG-0086) : SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF EMOSI ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
  • (KODE : PSIKOLOG-0087) : SKRIPSI BENTUK PENERIMAAN KELUARGA TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA
  • (KODE : PSIKOLOG-0088) : SKRIPSI CARA BERTAHAN HIDUP ANAK JALANAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0089) : SKRIPSI DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP EMOSI ANAK
  • (KODE : PSIKOLOG-0090) : SKRIPSI DINAMIKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PACARAN PADA SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0091) : SKRIPSI EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK ADHD
  • (KODE : PSIKOLOG-0092) : SKRIPSI EFEKTIVITAS METODE BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG SISWA SD
  • (KODE : PSIKOLOG-0093) : SKRIPSI EFEKTIVITAS PELATIHAN BERFIKIR POSITIF TERHADAP KEPATUHAN PADA ATURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0094) : SKRIPSI FAKTOR PENDORONG DALAM MENGGUNAKAN FACEBOOK SEBAGAI MEDIA SOSIAL
  • (KODE : PSIKOLOG-0095) : SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MEMBELI DAN BRAND IMAGE PRODUK MINUTE MAID PULPY ORANGE
  • (KODE : PSIKOLOG-0096) : SKRIPSI GAMBARAN IDENTITAS DIRI REMAJA YANG MENGALAMI KECANDUAN INTERNET
  • (KODE : PSIKOLOG-0097) : SKRIPSI GAMBARAN KARAKTERISTIK DEPRESI PADA JANDA YANG DITINGGAL SUAMI DAN ANAK
  • (KODE : PSIKOLOG-0098) : SKRIPSI GAMBARAN KEMANDIRIAN REMAJA DENGAN POLA ASUH PERMISIF
  • (KODE : PSIKOLOG-0099) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPATUHAN TERHADAP ATURAN PADA MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0100) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SANTRI PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0101) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENGEMBANGAN KARIR
  • (KODE : PSIKOLOG-0102) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0103) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN STRATEGI COPING PADA SANTRI PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0104) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI
  • (KODE : PSIKOLOG-0105) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK GROUP GUIDANCE CLASS TERHADAP KONSEP DIRI SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0106) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN INSENTIF DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0107) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA
  • (KODE : PSIKOLOG-0108) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEMAMPUAN TEMAN SEBAGAI OPINION LEADER TERHADAP POST PURCHASE REGRET
  • (KODE : PSIKOLOG-0109) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA (KLS XII SMK)
  • (KODE : PSIKOLOG-0110) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SELF REGULATED LEARNING DENGAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0111) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP SINETRON BERTEMA PERCINTAAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU BERPACARAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0112) : SKRIPSI HUBUNGAN CELEBRITY ENDORSER DENGAN LOYALITAS KONSUMEN PENGGUNA HONDA VARIO
  • (KODE : PSIKOLOG-0113) : SKRIPSI HUBUNGAN KEKERASAN VERBAL ORANGTUA DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
  • (KODE : PSIKOLOG-0114) : SKRIPSI HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DENGAN TURNOVER INTENTION KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0115) : SKRIPSI HUBUNGAN KETERLIBATAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0116) : SKRIPSI HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
  • (KODE : PSIKOLOG-0117) : SKRIPSI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS
  • (KODE : PSIKOLOG-0118) : SKRIPSI HUBUNGAN POLA ATTACHMENT DENGAN SELF ESTEEM REMAJA PADA MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0119) : SKRIPSI HUBUNGAN QUALITY OF WORK LIFE TERHADAP MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PERUSAHAAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0120) : SKRIPSI HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN MINAT AROMA PARFUM PADA SANTRI PUTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0121) : SKRIPSI HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0122) : SKRIPSI KECERDASAN EMOSI MAHASISWA DITINJAU DARI KEAKTIFAN BERORGANISASI
  • (KODE : PSIKOLOG-0123) : SKRIPSI KETIDAKPEDULIAN KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS TERHADAP PENDIDIKAN REMAJA AUTIS
  • (KODE : PSIKOLOG-0124) : SKRIPSI KONSEP DIRI PADA REMAJA YANG TERLIBAT PROSTITUSI
  • (KODE : PSIKOLOG-0125) : SKRIPSI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI PERILAKU BULLYING DI SD
  • (KODE : PSIKOLOG-0126) : SKRIPSI PELATIHAN DASAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR
  • (KODE : PSIKOLOG-0127) : SKRIPSI PENERIMAAN ORANGTUA PADA ANAK YANG MENYANDANG TUNARUNGU
  • (KODE : PSIKOLOG-0128) : SKRIPSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN MEMILIH PASAR MODERN DITINJAU DARI FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL
  • (KODE : PSIKOLOG-0129) : SKRIPSI PENGARUH BRAND EQUITY SOPHIE PARIS TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI CUSTOMER MEMBER
  • (KODE : PSIKOLOG-0130) : SKRIPSI PENGARUH CUSTOMER BONDING TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0131) : SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA LANSIA
  • (KODE : PSIKOLOG-0132) : SKRIPSI PENGARUH KEYAKINAN PADA AYAT-AYAT AL-QURAN TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP PASIEN
  • (KODE : PSIKOLOG-0133) : SKRIPSI PENGARUH NILAI DASAR EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT TERHADAP PERILAKU KERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0134) : SKRIPSI PENGARUH PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU
  • (KODE : PSIKOLOG-0135) : SKRIPSI PERAN GANDA SEORANG SINGLE PARENT
  • (KODE : PSIKOLOG-0136) : SKRIPSI PERAN KONSELOR DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA (STUDI KASUS DI SMA)
  • (KODE : PSIKOLOG-0137) : SKRIPSI PERBEDAAN JOB SATISFACTION DITINJAU DARI TRANSFORMATIONAL DAN TRANSACTIONAL LEADERSHIP PADA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0138) : SKRIPSI PERBEDAAN KINERJA ANTARA WANITA YANG BERPERAN GANDA DENGAN WANITA YANG TIDAK BERPERAN GANDA
  • (KODE : PSIKOLOG-0139) : SKRIPSI PERBEDAAN PROKRASTINASI KERJA DITINJAU DARI GAYA KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0140) : SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT ASERTIVITAS ANTARA SISWA DARI KELUARGA LENGKAP DENGAN SISWA DARI KELUARGA SINGLE PARENT DI SMK
  • (KODE : PSIKOLOG-0141) : SKRIPSI PERBEDAAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL ANAK BERDASARKAN URUTAN KELAHIRAN PADA SISWA TK
  • (KODE : PSIKOLOG-0142) : SKRIPSI PERILAKU PERMISIF PELECEHAN SEKSUAL DI SEKITAR LOKALISASI
  • (KODE : PSIKOLOG-0143) : SKRIPSI PERSEPSI DAN EKSPEKTANSI TERHADAP PROFESI PSIKOLOGI
  • (KODE : PSIKOLOG-0144) : SKRIPSI RESILIENSI ANAK DI LINGKUNGAN LOKALISASI MELALUI TAMAN BACA
  • (KODE : PSIKOLOG-0145) : SKRIPSI SELF-DISCLOSURE SISWI SEKOLAH UMUM DAN SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MODERN
  • (KODE : PSIKOLOG-0146) : SKRIPSI SIKAP DAN EKSPEKTASI MAHASISWA NON KEPENDIDIKAN TERHADAP PROFESI GURU
  • (KODE : PSIKOLOG-0147) : SKRIPSI STRATEGI KONSELOR DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0148) : SKRIPSI STRATEGI KONSELOR DALAM MENGEMBANGKAN KARIER SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0149) : SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF PENERIMAAN DAN PERLAKUAN ORANG TUA SERTA KELUARGA PADA ANAK AUTIS
  • (KODE : PSIKOLOG-0150) : SKRIPSI TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI PEKERJA SEKS KOMERSIAL PADA REMAJA PUTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0151) : SKRIPSI SIKAP TERHADAP EUTHANASIA DITINJAU DARI MORALITAS
  • (KODE : PSIKOLOG-0152) : SKRIPSI SIKAP TERHADAP STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI BERDASARKAN KONSEP DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE PRACTICE DITINJAU DARI NILAI ANAK
  • (KODE : PSIKOLOG-0153) : SKRIPSI PERKEMBANGAN IDENTITAS DIRI PADA REMAJA DG PHYSICAL INPAIRMENT
  • (KODE : PSIKOLOG-0154) : SKRIPSI EFEKTIFITAS TERAPI ABA (APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS) PADA ANAK PENDERITA ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER) DI PUSAT TERAPI TERPADU ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS
  • (KODE : PSIKOLOG-0155) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGHAYATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MORAL REMAJA AKHIR
  • (KODE : PSIKOLOG-0156) : SKRIPSI SEKSUALITAS HERMAFRODIT TELAAH KEPRIBADIAN DARI PERSPEKTIF PSIKOANALISIS
  • (KODE : PSIKOLOG-0157) : SKRIPSI APLIKASI TES WARNA DALAM MENGIDENTIFIKASI SUMBER-SUMBER STRES POLISI LALU LINTAS
  • (KODE : PSIKOLOG-0158) : SKRIPSI PENGARUH PERMAINAN ICE BREAKER TERHADAP SELF DISCLOSURE PADA REMAJA PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0159) : SKRIPSI PERAN KELUARGA TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN PASIEN GANGGGUAN JIWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0160) : SKRIPSI TERAPI PENDEKATAN ISLAMI PADA REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PONPES INABAH
  • (KODE : PSIKOLOG-0161) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN
  • (KODE : PSIKOLOG-0162) : SKRIPSI PENGARUH MODELING TERHADAP SOPAN SANTUN SISWA

JUDUL LAIN :
JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 1
JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 1

JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 1

JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 1

  • (KODE : PSIKOLOG-0001) : SKRIPSI ATTACHMENT STYLES PADA GAY DEWASA MUDA
  • (KODE : PSIKOLOG-0002) : SKRIPSI GAMBARAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PRIA GAY DEWASA MUDA YANG TELAH COMING-OUT
  • (KODE : PSIKOLOG-0003) : SKRIPSI GAMBARAN STRES DAN COPING PADA IBU DENGAN ANAK GAY YANG TELAH COMING OUT
  • (KODE : PSIKOLOG-0004) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN INTERNET GAME ONLINE DAN KETERAMPILAN SOSIAL PADA REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0005) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL DENGAN KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA PADA REMAJA MADYA
  • (KODE : PSIKOLOG-0006) : SKRIPSI HUBUNGAN KESEPIAN DAN AGRESI PADA REMAJA YANG SEDANG BERPACARAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0007) : SKRIPSI KETIDAKPUASAN TERHADAP CITRA TUBUH PADA HOMOSEKSUAL LAJANG
  • (KODE : PSIKOLOG-0008) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BODY DISSATISFACTION DAN PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI (RELATIONSHIP BETWEEN BODY DISSATISFACTION AND DIETING BEHAVIORS IN ADOLESCENT GIRLS)
  • (KODE : PSIKOLOG-0009) : SKRIPSI PERILAKU SEKS REMAJA (STUDY KASUS KEHIDUPAN REMAJA PELAKU FREE SEKS DI SURABAYA)
  • (KODE : PSIKOLOG-0010) : SKRIPSI GAMBARAN MAKNA HIDUP PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0011) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET PADA REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0012) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DENGAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0013) : SKRIPSI ANALISIS PSIKOMETRIK TES KEPRIBADIAN SELEKSI MAHASISWA BARU JALUR MANDIRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0014) : SKRIPSI COPING STRESS PADA PRIMARY CAREGIVER PENDERITA PENYAKIT ALZHEIMER
  • (KODE : PSIKOLOG-0015) : SKRIPSI DINAMIKA KEPRIBADIAN ANAK JALANAN PEREMPUAN YANG TERLIBAT PELACURAN DITINJAU DARI TEORI ALFRED ADLER
  • (KODE : PSIKOLOG-0016) : SKRIPSI EFEK PELATIHAN CONFIDENCE TRANSFORMATION TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0017) : SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAH DINI
  • (KODE : PSIKOLOG-0018) : SKRIPSI GAMBARAN COPING STRESS PADA WANITA MADYA DALAM MENGHADAPI PRAMENOPAUSE
  • (KODE : PSIKOLOG-0019) : SKRIPSI GAMBARAN CULTURE SHOCK PADA MAHASISWA ASING
  • (KODE : PSIKOLOG-0020) : SKRIPSI HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MAKNA HIDUP MAHASISWA BARU
  • (KODE : PSIKOLOG-0021) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN HARDINESS DI PANTI ASUHAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0022) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE
  • (KODE : PSIKOLOG-0023) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HARDINESS DAN EMOTIONAL INTELLIGENCE DENGAN STRES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
  • (KODE : PSIKOLOG-0024) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA AWAL YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0025) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI ISTRI TERHADAP MERTUA PADA PASANGAN MUDA
  • (KODE : PSIKOLOG-0026) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KEPUTUSASAAN LANJUT USIA DI PANTI WERDHA X
  • (KODE : PSIKOLOG-0027) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII
  • (KODE : PSIKOLOG-0028) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (KLS VIII)
  • (KODE : PSIKOLOG-0029) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA DI KELAS II SMP
  • (KODE : PSIKOLOG-0030) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KESELAMATAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI
  • (KODE : PSIKOLOG-0031) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK MENGENAI SEKSUALITAS DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH
  • (KODE : PSIKOLOG-0032) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA IBU BEKERJA DENGAN SIKAP TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
  • (KODE : PSIKOLOG-0033) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ANAK DAN ORANG TUA DENGAN KEBIASAAN BELAJAR
  • (KODE : PSIKOLOG-0034) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PENERAPAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DI TPA
  • (KODE : PSIKOLOG-0035) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONSUMTIF DENGAN BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0036) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OVER PROTECTIVE ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0037) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0038) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0039) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KINERJA KONSELOR DENGAN SIKAP SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMA X
  • (KODE : PSIKOLOG-0040) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA (KLS X)
  • (KODE : PSIKOLOG-0041) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA MI
  • (KODE : PSIKOLOG-0042) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT STRESS INDIVIDU YANG SEDANG MENOPAUSE
  • (KODE : PSIKOLOG-0043) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP FULLDAY SCHOOL DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS
  • (KODE : PSIKOLOG-0044) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SELF REGULATION DENGAN TINGKAT PROKRASTINASI MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0045) : SKRIPSI HUBUNGAN EMOTION COACHING DENGAN KECERDASAN EMOSI PADA MASA KANAK-KANAK TENGAH
  • (KODE : PSIKOLOG-0046) : SKRIPSI HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SELF ESTEEM PADA PENGHUNI PUSAT REHABILITASI NARKOBA
  • (KODE : PSIKOLOG-0047) : SKRIPSI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA AKSELERASI
  • (KODE : PSIKOLOG-0048) : SKRIPSI HUBUNGAN KONSEP DIRI REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MEMBELI PRODUK KOSMETIK PEMUTIH WAJAH
  • (KODE : PSIKOLOG-0049) : SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP SENSE OF HUMOR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR DI KELAS 7 SMP X
  • (KODE : PSIKOLOG-0050) : SKRIPSI HUBUNGAN PRASANGKA DENGAN TRUST PADA PENGUSAHA ETNIS TIONGHOA TERHADAP KARYAWAN ETNIS PRIBUMI
  • (KODE : PSIKOLOG-0051) : SKRIPSI HUBUNGAN URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK
  • (KODE : PSIKOLOG-0052) : SKRIPSI KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI YANG ISTRINYA BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0053) : SKRIPSI KETERLAMBATAN BICARA (SPEECH DELAY) PADA ANAK
  • (KODE : PSIKOLOG-0054) : SKRIPSI KORELASI ANTARA PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0055) : SKRIPSI KORELASI ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0056) : SKRIPSI KREATIFITAS ANAK YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN PLAY GROUP DAN ANAK YANG TIDAK MENGIKUTI PENDIDIKAN PLAY GROUP
  • (KODE : PSIKOLOG-0057) : SKRIPSI MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN DAN STATUS MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0058) : SKRIPSI MOTIVASI DAN PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI INTERNAL LOCUS OF CONTROL DAN EXTERNAL LOCUS OF CONTROL
  • (KODE : PSIKOLOG-0059) : SKRIPSI MOTIVASI MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA WARGA KETURUNAN INDIA
  • (KODE : PSIKOLOG-0060) : SKRIPSI PEMAAFAN PADA KORBAN PERKOSAAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0061) : SKRIPSI PEMAKNAAN KUALITAS KELEKATAN (ATTACHMENT) SANTRI BERDASARKAN FIGUR LEKAT REMAJA SANTRI
  • (KODE : PSIKOLOG-0062) : SKRIPSI PEMBINAAN KARAKTER PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI X
  • (KODE : PSIKOLOG-0063) : SKRIPSI PENERAPAN METODE BCCT DI PAUD X
  • (KODE : PSIKOLOG-0064) : SKRIPSI PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KESEPIAN PADA LANSIA
  • (KODE : PSIKOLOG-0065) : SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSI ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI ANAK PADA SISWA SMP
  • (KODE : PSIKOLOG-0066) : SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA
  • (KODE : PSIKOLOG-0067) : SKRIPSI PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0068) : SKRIPSI PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PEAK PERFORMANCE ATLET BOLA BASKET
  • (KODE : PSIKOLOG-0069) : SKRIPSI PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI
  • (KODE : PSIKOLOG-0070) : SKRIPSI PENGARUH KEPERCAYANAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK
  • (KODE : PSIKOLOG-0071) : SKRIPSI PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP PENERIMAAN DIRI ANAK JALANAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0072) : SKRIPSI PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA PENGHUNI PANTI ASUHAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0073) : SKRIPSI PENGARUH PELATIHAN EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT (ESQ) TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA
  • (KODE : PSIKOLOG-0074) : SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN DAYA TARIK EMOSIONAL DAN RASIONAL SECARA BERSAMAAN DALAM IKLAN CETAK TERHADAP CITRA MEREK PADA REMAJA AKHIR PEREMPUAN
  • (KODE : PSIKOLOG-0075) : SKRIPSI PENGARUH PSY WAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DAN PERFORMA ATLET BOLA BASKET SMA

JUDUL LAIN :
JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 2
JUDUL SKRIPSI PSIKOLOGI 3
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DENGAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DENGAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI

(KODE : PSIKOLOG-0012) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DENGAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA PUTRI




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi topik pembicaraan yang tak henti-henti. Kesehatan menjadi hal yang paling penting dalam mendukung kehidupan organisme. Masalah kesehatan sering diremehkan orang demi kesenangan sementara, apalagi pada remaja. Perubahan yang berjalan sangat cepat pada bentuk tubuh menyebabkan remaja pada kondisi emosional yang kurang stabil, sehingga remaja cenderung melakukan perbuatan tanpa perhitungan, termasuk perilaku yang tidak sehat karena keinginan individu agar diterima oleh teman-temannya.
Bloom (dalam Smet, 1993) menambahkan kecenderungan remaja meremehkan masalah kesehatan karena remaja berpikir dengan fleksibilitas dan vitalitas yang tinggi pada dirinya, bahwa problema kesehatan yang dimilikinya hanya sedikit dan tidak beresiko. Keadaan ini membuat remaja memiliki resiko yang tinggi terhadap berbagai jenis penyakit akibat perilaku yang tidak sehat. Salah satu perilaku yang tidak sehat adalah perilaku makan. Mengapa persoalan hidup sampai merambat pada perilaku makan? Hal tersebut dikarenakan makanan sangat penting untuk tumbuh kembang manusia, apalagi remaja. Remaja dengan segala beban masa depan yang harus diraihnya sangat memerlukan gizi yang seimbang sebagai penunjang untuk meraih masa depannya (Safitri, 2007). Selanjutnya Safitri (2007) menambahkan perilaku makan yang buruk dapat menimbulkan masalah kesehatan salah satunya gangguan makan yang serius seperti bulimia dan anorexia.
Gochman (dalam Witari, 1997) mengatakan bahwa hal yang sering terlihat pada remaja adalah kurang dipedulikannya jam makan, bahkan sarapan pagi sering ditinggalkan, sehingga banyak remaja yang menderita maag. Manfaat dari kegiatan makan kurang disadari oleh remaja, seperti kebiasaan makan apapun asal kenyang, ataupun makan sekedar untuk bersosialisasi, demi kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status. Unsur-unsur gizi pada makanan yang dikonsumsi kurang diperhatikan, sebab saat memilih makanan remaja lebih mementingkan nilai kesenangan. Tidak jarang makanan yang dipilih oleh remaja sebagai upaya agar mereka tidak kehilangan status dihadapan teman-temannya, sehingga makanan yang dipilih adalah juga makanan yang dipilih oleh teman-temannya, meskipun makanan tersebut tidak memenuhi unsur-unsur gizi yang dibutuhkan tubuh. Sebagai contoh, remaja pada masa sekarang sering beraktivitas di pusat-pusat perbelanjaan, mall yang menyediakan tempat-tempat makan berupa makanan fast food yaitu berbagai produk olahan siap saji seperti burger, ice cream, fried chicken, pizza dan minuman soft drink yang berkarbonasi dan kadar gula tinggi yang sangat intensif dipasarkan. Remaja merupakan sasaran utama karena jumlahnya yang relatif besar dan jenis makanan ini sangat mengundang selera, praktis, dan juga penyajiannya cepat serta menaikkan gengsi.
Kebiasaan makan ini ternyata menimbulkan masalah baru karena makanan siap saji umumnya mengandung lemak, karbohidrat, dan garam yang cukup tinggi tetapi sedikit kandungan vitamin larut air dan serat. Bila konsumsi makanan jenis ini berlebih akan menimbulkan masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko beberapa penyakit degeneratif yang saat ini menempati urutan pertama penyebab kematian seperti hipertensi, diabetes melitus, dan hiperkolesterol.
Irama kehidupan masyarakat saat ini umumnya memiliki aktivitas yang padat. Seorang yang aktif mungkin akan meninggalkan rumahnya pagi-pagi dan tetap berada di luar rumah sampai waktu makan malam tiba, keadaan seperti ini membuktikan bahwa sulit untuk mempunyai waktu bersama-sama dengan keluarga dengan menu yang lengkap. Kondisi demikian menyebabkan mereka sering mengonsumsi makanan selingan atau makanan siap saji sebagai pengganti makanan lengkap pada saat waktu makan tiba.
Uraian di atas dapat memberikan gambaran bahwa perilaku makan yang salah dapat menimbulkan beberapa gangguan penyakit. Pada masa remaja, gangguan akibat perilaku makan yang salah meningkat. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja harus diperhatikan. Salah satunya adalah peran media massa. Menurut penelitian yang dimuat Journal of Nutrition Education (www.infosehat.com, 2007), anak remaja umumnya menonton lebih dari 100.000 iklan makanan di televisi. Jenis makanan tersebut adalah yang mengandung lemak dan gula tinggi, serta minuman yang terlalu banyak soda sehingga individu kurang mendapatkan kalsium yang bermanfaat bagi pertumbuhan mereka.
Anonim (www.tabloidnova.com, 2007) mengatakan gangguan perilaku makan sendiri sebetulnya tak hanya berhubungan dengan makanan, bentuk tubuh maupun berat badan semata. Gangguan perilaku makan ternyata juga mencakup persoalan identitas dan konsep diri yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor adalah adanya pandangan dan gambaran yang baik yang berhubungan dengan penerimaan diri terhadap keadaan fisik yang disebut citra raga. Lebih lanjut Anonim (www.yayasanpermatahatikita.com, 2007) menyatakan bahwa tanda-tanda dari gangguan pada pola makan dinyatakan sebagai berbagai macam variasi masalah yang serius dengan fisik dan emosional, yang berhubungan dengan makanan, berat badan, dan citra tubuh.
Hardy dan Hayes (1988) menjelaskan citra raga merupakan sebagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Aspek utama dalam konsep diri adalah citra raga yaitu suatu kesadaran individu dan penerimaan terhadap physical self. Citra raga dikembangkan selama hidup melalui pola interaksi dengan orang lain. Perkembangan citra raga tergantung pada hubungan sosial dan merupakan proses yang panjang dan sering kali tidak menyenangkan, karena citra raga yang selalu diproyeksikan tidak selalu positif.
Menurut Mappiare (1982) citra raga pada umumnya berhubungan dengan remaja wanita daripada remaja pria, remaja wanita cenderung untuk memperhatikan penampilan fisik. Remaja putri menyadari bahwa salah satu penampilan fisik yang menarik adalah dengan memiliki bentuk tubuh dan berat bada ideal. Jackson dkk (dalam Asri dan Setiasih, 2004) mengemukakan bahwa wanita cenderung memperhatikan penampilan fisik secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan tujuan selain dari segi kesehatan juga agar dapat menarik perhatian lawan jenis yang akan dipilihnya sebagai pasangan hidup, sesuai dengan salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memilih teman hidup untuk membina keluarga (Havigurst dalam Mappiare, 1983). Body image kurus itu indah dan cantik merupakan salah satu penyebab gangguan makan. Seperti kita ketahui, para model dan artis yang ditampilkan oleh media massa berbadan langsing cenderung kurus, dan mode pakaian masa kini sebagian besar diperagakan oleh para model yang sangat kurus. Pakaian yang sedang menjadi mode pun seakan-akan baru tampak bagus kalau dikenakan oleh orang yang kurus. Hal ini yang membuat remaja tergiur untuk berpenampilan seperti mereka. Remaja berusaha untuk berpenampilan seperti bintang idolanya. Padahal kenyataannya, tubuh kurus para model ini tidak realistis bagi sebagian besar remaja putri. Pada usia remaja, perubahan bentuk tubuh pada remaja putri seperti pertumbuhan pinggul dan payudara merupakan hal yang alami, walaupun membuat kita tidak lagi berpenampilan seperti para model di televisi yang bertubuh rata seperti papan.
Harapannya pada masa remaja gizi yang cukup masih diperlukan untuk pertumbuhan. Pada masa ini, para remaja perempuan terjadi perubahan-perubahan biologis dengan mengalami haid, sehingga dibutuhkan kecukupan hemoglobin agar tidak terjadi anemia gizi, sebagai akibat kekurangan zat besi. Tapi kenyataannya sering terjadi remaja perempuan melakukan diet yang agak ketat, sehingga kekurangan gizi (Anonim, www.keluargasehat.com). Remaja putri yang melakukan diet dengan mengesampingkan unsur-unsur gizi dalam menu makanannya sehari-hari karena remaja tersebut memandang tubuhnya terlalu gemuk padahal berat badan remaja tersebut masih tergolong normal. Ini yang disebut citra raga negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sehat tidaknya perilaku makan pada remaja putri juga ditentukan oleh citra raga yang dimiliki. Sebaliknya, remaja yang memiliki citra raga yang positif akan merasa bahwa tubuh dan penampilannya cantik dan menarik. Walaupun kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, tetapi individu tersebut dapat menerima keadaan fisik yang sesungguhnya, karena untuk diterima dan memperoleh pengakuan dari teman-temannya tidak harus mempunyai tubuh dan penampilan yang menarik.
Pratt (dalam Witari, 1997) mengatakan bahwa gambaran fisik pada remaja mempengaruhi perilaku makannya sehari-hari. Witari (1997) menambahkan remaja yang memiliki citra diri positif akan memiliki harga diri yang tinggi, merasa mampu dan berpikir dengan penuh percaya diri. Dengan demikian remaja tersebut memiliki kemampuan untuk memilih perilaku yang tepat untuk dirinya. Sebaliknya, remaja yang memiliki citra raga yang negatif akan memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak seimbang, menganggap dirinya tidak mampu melaksanakan tugas, sehingga remaja tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memilih perilaku yang tepat bagi dirinya. Contohnya, remaja yang memiliki citra raga yang positif akan merasa bahwa tubuh dan penampilannya cantik, sehat, dan menarik. Perasaan yang menyenangkan ini muncul karena remaja memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Walaupun pada kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, tetapi individu tersebut tidak diliputi perasaan depresi, gagal atau kebencian pada diri sendiri karena tubuh dan penampilannya yang menarik bukan merupakan satu-satunya syarat agar mereka memperoleh pengakuan dari lingkungan dan teman sebayanya. Sikap ini mempengaruhi remaja dalam perilaku makannya. Perilaku makan benar-benar dipandang sebagai aktivitas untuk mempertahankan hidup sehingga jumlah kalori dan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsinya akan diperhatikannya. Sebaliknya remaja yang memiliki citra raga yang negatif, merasa tidak puas dengan tubuh dan penampilan dirinya sendiri, individu merasa bahwa tubuhnya jelek, gendut, dan tidak menarik. Gejala-gejala tentang citra raga yang kurang baik ini meliputi perasaan depresi, gagal atau kebencian pada diri sendiri. Gejala-gejala ini biasanya muncul akibat rasa bersalah yang dihubungkan dengan makanan. Makanan dianggap sebagai musuh dan makan semata-mata hanya kegiatan yang dikaitkan dengan konflik dan bukan sebagai aktivitas untuk mempertahankan hidup. Dampaknya, muncul gangguan perilaku makan pada remaja. Remaja yang memiliki citra raga yang negatif ini akan selalu menghitung jumlah kalori yang masuk, tidak puas terhadap berat badannya, dan menyiksa tubuhnya dengan gizi yang minimum sebagai ungkapan keinginan paling dalam seorang remaja untuk memperoleh pengakuan dari lingkungan atas penampilannya.
Dari uraian di atas, perumusan masalahnya adalah : "Apakah ada hubungan antara citra raga dengan perilaku makan pada remaja putri?". Mengacu pada pertanyaan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Hubungan antara Citra Raga dengan Perilaku Makan pada Remaja Putri.

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara citra raga dengan perilaku makan pada remaja putri.
2. Untuk mengetahui peran citra raga terhadap perilaku makan pada remaja putri.
3. Untuk mengetahui tingkat citra raga dan tingkat perilaku makan pada remaja putri

C. Manfaat Penelitian
1. Subjek penelitian
Agar dapat dijadikan bahan informasi kaitannya dengan citra raga dengan perilaku makan pada remaja putri, sehingga dapat memandang secara positif terhadap citra raga yang pada akhirnya dapat membantu remaja putri dalam pembentukan perilaku makan yang positif.
2. Orang tua
Agar memberikan informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan citra raga sehingga dapat memberikan perhatian dan dukungannya terhadap anak dalam membentuk suatu perilaku makan yang positif.
3. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain memberikan informasi sehingga dapat menambah wawasan keilmuan tentang citra raga hubungannya dengan perilaku makan pada remaja putri sebagai bagian dari ilmu psikologi sosial, serta wacana-wacana keilmuan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dengan menambah variabel-variabel yang terkait dengan citra raga dan perilaku makan pada remaja putri.
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET PADA REMAJA

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET PADA REMAJA

(KODE : PSIKOLOG-0011) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET PADA REMAJA




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Body image bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Conger dan Peterson (dalam Sarafino, 1998) yang mengatakan bahwa pada masa remaja, para remaja biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Keinginan ini disebabkan karena remaja sering merasa tidak puas terhadap penampilan dirinya. Bagaimana perasaan seseorang mengenai penampilan fisik inilah yang disebut dengan body image (Valencia, 2008). Body image dapat juga didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum (Cash dan Deagle dalam Jones, 2002). Peneliti akan menggunakan istilah gambaran tubuh untuk menjelaskan body image pada penelitian ini.
Santrock (2003) mengatakan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Dion (dalam Hurlock, 1999) yang menyatakan bahwa meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya.
Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dari pada remaja laki-laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak gambaran tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja laki-laki selama masa pubertas. Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. (Brooks-Gunn & Paikoff dalam Santrock, 2003). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Winzeler (2005) yang menyatakan bahwa remaja laki-laki lebih bangga dengan tubuhnya dan lebih puas dengan berat badannya sebesar 73% dari pada remaja perempuan yang hanya sebesar 47%. Berdasarkan pemaparan diatas, menunjukkan adanya perbedaan tingkat ketidakpuasaan terhadap gambaran tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan. Ketidakpuasan ini yang pada akhirnya membuat remaja menjadi tidak percaya diri dan menganggap penampilannya sebagai sesuatu yang menakutkan.
Hasil penelitian Pope, Philips, dan Olivardia (2000) menunjukkan bahwa perempuan lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan laki-laki.
Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada perempuan saja tetapi laki-laki pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing (Davison, Markey, & Birch dalam Markey, 2005). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan majalah perempuan Glamour, diperoleh hasil bahwa dari 4000 remaja perempuan, hanya 19% saja yang merasa puas akan tubuhnya, dan sisanya 81% merasa tidak puas dan cenderung melakukan diet. Berikut penulis mencantumkan sebuah artikel yang diambil dari sebuah media cetak.
"Gue mau banget punya badan langsing. Soalnya temen-temen gue men-support untuk mempunyai badan yang langsing. Gue juga mengonsumsi suplemen untuk memperlancar gue mendapatkan tubuh yang indah, yah, meskipun ada efek sampingnya, tapi ya gak apa-apalah. Hehe." (Putri, Kompas 10 Juli 2009).
Pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Evans, 2008). Hal ini disebabkan karena adanya figur ideal yang menjadi panutan yang dapat diperoleh dari faktor luar seperti media. Media dapat mempengaruhi gambaran ideal akan sosok tubuh seseorang, baik itu laki-laki maupun perempuan. Semakin sering melihat sosok tubuh sempurna, maka semakin besar obsesi untuk bisa seperti model dalam majalah (Harmatz, Gronendyke & Thomas, dalam Mills & D'Alfonso 2007). Berdasarkan pemaparan diatas, menunjukkan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
Berscheid (Papalia & Olds, 2008) menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh lebih mampu menghargai dirinya. Individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Perubahan fisik karena pubertas dapat membuat kaum remaja diliputi perasaan tidak pasti dan takut yang menyebabkan mereka cenderung berpikir negatif. Dacey dan Kenny (2004) mengemukakan bahwa persepsi negatif remaja terhadap gambaran tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan remaja lain. Para remaja seringkali rentan terhadap perasaan negatif ketika mereka merasa bahwa mereka ditolak oleh teman sebaya. Bagi remaja yang bentuk tubuhnya tidak ideal, sering menolak kenyataan perubahan fisiknya sehingga mereka tampak mengasingkan diri karena merasa minder dan bagi remaja yang menerima perubahan fisik yang terjadi pada dirinya, menganggap hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena memang akan dialami oleh semua orang yang melalui masa pubertas. Rasa minder itu timbul karena remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Remaja menyadari bahwa mereka yang menarik biasanya mendapat perlakuan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 1999).
Pada usia remaja banyak dari mereka yang berusaha mengubah penampilannya sehingga terlihat menarik. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan (Davison & Birch dalam Papalia, 2008). Pola ini menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat badan yang ideal (Dacey & Kenny, 2001). Konsep tubuh yang ideal pada perempuan adalah tubuh langsing (Sanggarwaty, 2003), sedangkan pada laki-laki adalah tubuh berisi, berotot, berdada bidang, serta biseps yang menonjol (McCabe, 2004). Orang dengan tubuh kurang ideal selalu dipersepsikan malas dan mudah puas dengan dirinya, dan banyak dari mereka yang berharap agar berat badannya turun dengan sendirinya (Brownell dalam Sarafino, 1998). Begitu sadar berat badannya bertambah, biasanya orang akan mencoba membatasi makanannya (Gunawan, 2004). Hal ini mengakibatkan banyak dari remaja yang mengontrol berat badan dengan melakukan diet dan berolahraga untuk membentuk tubuh yang ideal. Sejauh ini remaja lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan.
Diet didefmisikan sebagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes (dalam Papalia 2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di enam belas negara melakukan diet atau berpikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada laki-laki. Perempuan dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan laki-laki dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami kelebihan berat badan (Maulana, 2008).
Kim dan Lennon (2006) mengatakan bahwa, diet mencakup pola-pola perilaku yang bervariasi, dari pemilihan makanan yang baik untuk kesehatan sampai pembatasan yang sangat ketat akan konsumsi kalori. Menurut Ilyas (Kompas, 2009) diet yang sebenarnya adalah cara mengombinasikan makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, yaitu kombinasi antara 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, dan 20-25% lemak. Jadi, diet itu bukan berarti harus menahan lapar sepanjang hari. Perilaku tidak sehat yang dapat diasosiasikan dengan diet misalnya puasa, tidak makan dengan sengaja, penggunaan pil-pil diet, penahan nafsu makan atau laxative, muntah dengan disengaja, dan binge eating (French, Perry, Leon & Fulkerson, 1995).
Diet yang dilakukan oleh remaja bukanlah hal yang dapat disepelekan. Saat remaja adalah saat ketika tubuh seseorang sedang berkembang pesat dan sudah seharusnya mendapatkan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk berkembang. Kebiasaan diet pada remaja dapat membatasi masukan nutrisi yang mereka butuhkan agar tubuh dapat tumbuh. Selain itu, diet pada remaja juga dapat menjadi sebuah titik awal berkembangnya gangguan pola makan. Beberapa penelitian lain juga mengatakan bahwa seorang remaja yang berdiet kemudian menghentikan dietnya dapat menjadi over eater (perilaku makan berlebihan) pada tahun-tahun berikutnya (Hill, Oliver & Rogers dalam Elga, 2007). Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa perilaku diet dapat membawa dampak yang buruk bagi kesehatan remaja yang melakukannya.
Saat ini, diet merupakan salah satu cara cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan karena diet dapat dilakukan oleh hampir semua orang, tidak mahal, diterima secara sosial, dan tidak menimbulkan efek samping yang langsung terasa (Hill, dkk. dalam Elga, 2007). Ogden (2002) menyatakan hal sebaliknya, bahwa orang-orang yang mempunyai keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tidak selalu melakukan diet. Beberapa orang memilih untuk mengenakan baju-baju yang membuat mereka terlihat kurus atau melakukanjalan pintas melalui operasi. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata seseorang yang memiliki rasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya belum tentu melakukan diet, melainkan mereka dapat memilih cara-cara lain untuk memperbaiki penampilannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh sangat kuat terjadi pada masa remaja, baik pada remaja laki-laki maupun perempuan. Para remaja melakukan melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti ingin melihat hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.

B. Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.

D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan agar dapat menambah khasanah ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Perkembangan mengenai hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
2. Manfaat praktis
a. Bagi para remaja agar tetap menghargai tubuh yang dimiliki dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
b. Bagi para orang tua yang memiliki anak remaja agar memperhatikan perkembangan anak, memberikan dukungan, dan mendidik anak untuk menghargai tubuh yang dimiliki.
c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, khususnya penelitian yang berhubungan dengan gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.

E. Sistematika Penelitian
Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Bab I berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, identifikasi permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab II berisi tentang teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang terdapat dalam penelitian ini adalah teori tentang gambaran tubuh, perilaku diet, dan remaja. Bab ini juga mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan hubungan antara gambaran tubuh dan perilaku diet pada remaja.
BAB III : Metode Penelitian
Bab III berisi uraian yang menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, defmisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data untuk melakukan pengujian hipotesis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian.
BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data
Bab IV berisi uraian gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan deskripsi data penelitian.
BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Bab V berisi uraian mengenai kesimpulan hasil penelitian, serta saran metodologis dan praktis.
SKRIPSI GAMBARAN MAKNA HIDUP PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

SKRIPSI GAMBARAN MAKNA HIDUP PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI

(KODE : PSIKOLOG-0010) : SKRIPSI GAMBARAN MAKNA HIDUP PADA PELAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk spiritual yang memiliki makna intrinsik yang harus ditemukan dalam kehidupannya. Motivasi dasar manusia bukanlah untuk mencari kesenangan, kekuasaan, ataupun materi melainkan untuk menemukan makna. Kesenangan yang merupakan salah satu komponen dari kebahagiaan merupakan produk dari telah ditemukannya makna sedangkan kekuasaan dan materi berkontribusi dalam kesejahteraan manusia yang nantinya akan digunakan di jalan yang bermakna. Semua orang termotivasi oleh keinginannya untuk bermakna dan memiliki kebebasan untuk menemukan makna (Fabry, 1980).
Jika kehidupan manusia itu berisikan pengalaman hidup yang penuh makna, maka keputusasaan terjadi saat makna itu habis. Seseorang hidup selama dia merasakan bahwa hidupnya memiliki makna dan nilai, selama dia memiliki sesuatu dalam hidup. la akan terus hidup selama ia memiliki harapan untuk dapat memenuhi makna dan nilai. Saat makna, nilai, dan harapan tersebut menghilang dari kehidupan seseorang, maka orang tersebut berhenti hidup (Jourard dalam Pianalto, 2004).
Keinginan yang paling fundamental pada manusia adalah keinginan untuk memperoleh makna bagi keberadaannya Jika keinginan kepada makna tidak terpenuhi maka individu akan merasa tidak bermakna (meaningless) dan putus asa bahkan memikirkan tentang bunuh diri. Mereka merasakan kehampaan dengan tidak melihat adanya suatu tujuan dalam hidup mereka. Perasaan tidak bermakna dan kekosongan ini dapat membuat orang menjadi depresi (Frankl, 1980) dan depresi berkaitan erat dengan tindakan bunuh diri (Barlow & Durand, 2005).
Pilihan mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri digunakan sebagai respon terhadap krisis dan dilakukan oleh orang dari berbagai golongan dengan jenis masalah sosial, mental, emosional, dan fisikal yang berbeda. Orang dengan latar belakang umur, jenis kelamin, agama, kelas sosial dan ekonomi yang berbeda dapat saja melakukan bunuh diri (Hoff, 1989).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1999 di Amerika Serikat, bunuh diri merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga untuk remaja (NAHIC, 2006) dan berada di urutan ke-4 penyebab kematian utama pada dewasa (Kochaneck dalam Corr, Nabe, & Corr 2003), dengan persentase pria 4 hingga 5 kali lebih banyak melakukan bunuh diri (commit suicide) dibandingkan wanita (APA, 2003), namun wanita 3 kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri (suicide attempt) dibandingkan pria (NAHIC, 2006).
Sebuah surat kabar kota Medan menuliskan bahwa :
"tahun ini fenomena bunuh diri memang meningkat dibandingkan tahun-tahun lalu. Penyebabnya multifaktor, tidak hanya masalah ekonomi. Selain itu, pelakunya bukan hanya dari kalangan bawah saja, tapi juga dari kalangan orang-orang yang sebenarnya selalu bertindak memakai logika berpikir. Pelaku bunuh diri telah merambah pada lintas profesi".(Hasibuan, 2007)
Contoh yang terjadi di kota Medan pada tahun 2007 ini adalah kasus Iptu Oloan Hutasoit seorang perwira Poltabes Medan yang tewas bunuh diri akibat stres melihat bekas pacarnya telah memiliki suami, dan kasus ibu rumah tangga yang mencoba bunuh diri saat mengetahui anaknya tidak lulus masuk Polri. ("Saatnya", 2007).
Orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri, beresiko mengulangi lagi tindakannya di masa depan, sehingga orang yang pernah mencoba bunuh diri harus diperhatikan secara serius sebagai orang yang berpotensi melakukan tindakan bunuh diri (Bachman, 2004).
Bunuh diri merupakan suatu tindakan individu yang menyebabkan kematiannya, namun hal tersebut tidak cukup untuk mengatakan bahwa tindakan tersebut adalah bunuh diri, orang yang melakukan tindakan tersebut haruslah memiliki intensi untuk mengakhiri hidupnya. Intensi pelaku bunuh diri bermacam-macam, ada yang mencoba untuk balas dendam, mendapatkan perhatian, mengakhiri penderitaan, atau mungkin kombinasi dari satu atau lebih intensi tersebut (Corr, 2003).
Rollin (dalam Corr, 2003) memandang bunuh diri sebagai bentuk legitimasi dari "pembebasan diri". Posisi ini berdasarkan pernyataan bahwa otonomi dan self determination individu haruslah memasukkan hak untuk mengakhiri hidup. Hal ini menyatakan bahwa bunuh diri berada pada lahan otonomi individu. (Corr, 2003).
Orang yang suicidal biasanya bergulat pada dua keinginan yang tidak sejalan, keinginan untuk hidup dan pada saat yang sama adalah keinginan untuk mati. Secara simultan ia mempertimbangkan keuntungan diantara dua hal tersebut (Hoff, 1989).
Ada berbagai penyebab atau alasan yang menggerakkan sesorang untuk melakukan aksi bunuh diri. Motif yang melatarbelakangi antara lain : depresi, ketiadaan harapan, malu, bersalah, kehilangan (Maris, berman, Silverman,2000), takut, cemas, kesepian, tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis, perpisahan, hancurnya suatu hubungan (Shneidman, 1996), kehilangan orang yang dicintai melalui kematian atau perceraian, penyakit serius, masalah pekerjaan (Comer dalam Gardner, 2002) , kegagalan, dan penolakan dari orang yang dicintai (Conwell et al.,2002). Dalam bunuh diri, motif bisa berupa interpersonal seperti untuk mengakibatkan perubahan dalam kehidupan orang lain, ataupun motif intrapsychic seperti lari dari kondisi yang menyakitkan atau menghentikan rasa sakit (Farberow dalam Maris, Berman, Silverman, 2000).
Perasaan dan pemikiran bunuh diri muncul jika ada ancaman terhadap rasa aman yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang dianggap penting ataupun lukanya harga diri yang diakibatkan oleh ketidakmampuan, pekerjaan dan kesehatan. Individu akan dibanjiri oleh perasaan kesendirian dan tak berharga yang mana ia tidak mampu untuk memperbaikinya. Jika hal ini terus berlanjut maka individu akan merasa terasing, tidak berdaya dan putus asa dan bunuh diri menawarkan kelegaan dari derita yang dialaminya. Individu yang suicidal merasa bahwa dirinyalah penyebab penderitannya, sehingga ia melakukan bunuh diri sebagai hukuman atas kesalahannya (Gill, 1982).
Seperti yang tergambar berikut ini :
"Aduh, sakitnya hidup ini. Awak lagi berjuang karena ini.. Kok berat kali la kena sama awak. Penyakit ginjal kan masih muda..gitu. trus kalo saya penyakitan apa lagi yang bisa saya perbuat. Lebih bagus la begini saya..begitu dulu.untuk apa saya hidup kalo gak ada nilai tambahnya kan.Kalo jadi beban sama anak-anak kan lebih bagus awak.". (komunikasi personal, 1 April, 2008 ).
"Udah.ya mungkin..karena begitu beratnya beban itu. Ya namanya orang yang biasanya kerja gak kerja. Biasanya bisa makan gak makan. Di situ..la mungkin kan. kerja..ya kerja kan gak lagi. Hanya..ngabsen aja. Awak coba gitu..rupanya gak tahanjuga. Baleek lagi. Balek la saya jam-jam satu gitu kan. Udah itu. Udah gak tahan. Di rumah la saya 3 hari kan. 3 hari di rumah. Siang-siang. Hari-hari jumat..udah mulai..apa..gak..gak ada lagi pengharapan ini. Ya..kuminum la. Yang..gak terduga." (komunikasi personal, 1 April, 2008)
"Ngomong-ngomong pun..kadang..kan udah dibilang orang disana "kelen mo ngomong ato mo kerja di kantor ini" kan begitu. malu la. Malu. Ya paling ke bagian lain cuma setengah jam. Trus sisanya kan.Jiap hari aku datang kesitu kan..malu. ngapain kau disini? Gak ada kerja rupanya sana? Kan gitu..Kalo sehat awak.tempat orang awak gak sehat kan malu. Bawa penyakit aja pun ke sini kau. Dalam hati nya pasti demikian. ya walaupun gak dibilang kan ke 'gitu nya..apa orang. Kan malu kita ama.. kalo gak ada kerja. " (komunikasi personal, 17 April 2008)
Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa orang yang ingin mengakhiri hidupnya merasa malu, kehilangan, merasa menjadi beban bagi orang lain dan kekhawatiran mengecewakan teman atau keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Nock (2006) tentang apa yang dirasakan oleh orang yang bunuh diri. Selain itu ia juga menambahkan tentang adanya perasaan marah, malu, bersalah tentang sesuatu, mencoba untuk keluar dari perasaan penolakan, sakit, atau kehilangan. Yang lainnya merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, dan dijadikan korban.
Terdapat tiga elemen dalam merefleksikan kekompleksitasan dari perilaku bunuh diri yaitu halplessness fditakdirkan sakit atau tidak beruntungj, helplessness (tak berdaya), dan hopelessness (putus asa) (Corr, 2003). Horney (dalam Hock, 1981) mengemukakan 4 faktor utama dalam perilaku bunuh diri, yaitu perasaan hopelessness, penderitaan, alienation, dan pencarian kejayaan. Menurut Horney, bunuh diri merupakan usaha individu untuk mengatasi perasaan ketidakcukupan ini. Hal ini dikuatkan oleh Shneidman (1996) yang mengatakan bahwa bunuh diri muncul dari rasa sakit psikologis yang tak tertahankan. Rasa sakit psikologis ini muncul dari frustasi akan kebutuhan psikologis tertentu yang berbeda-beda pada setiap orang, individu tersebut ingin lari dari rasa sakit itu dan ia memiliki persepsi yang sempit bahwa kematian adalah solusi satu-satunya dari masalah yang dialaminya. Orang yang bunuh diri merasakan bahwa tidak ada lagi yang dapat dilakukannya selain melakukan bunuh diri (hopelessness) dan tidak ada yang dapt menolongnya mengatasi rasa sakit yang dideritanya (helplessness).
Berbagai emosi dan perasaan orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya terlihat pula dari pembicaraan dengan seorang narapidana wanita berusia 27 tahun yang pernah mencoba untuk bunuh diri di dalam penjara dengan meloncat ke dalam sumur :
"kayak udah putus harapan, udah buat kecewa, buat main keluarga gara-gara ini (masuk penjara). Rasanya udah gak ada gunanya lagi hidup. kalau dulu kan ada anak, sekarang gak bisa ketemu. Gak ada yang mau bawa kesini, pemikiranku kan, orang yang lebih jahat dari aku aja masih ada keluarganya yang man ngunjungin.. aku jadi mikir mungkin kalo aku mati aja enak kali ya.. selesai semuanya.. " (Komunikasi Personal, 2 November 2007)
Orang yang bunuh diri merasakan penderitaan yang tak tertahankan dalam hidupnya (Schneidman, 1996). Perasaan tidak menyenangkan ini timbul dari kesulitan-kesulitan yang dialami oleh seseorang dan reaksinya atas kesulitan tersebut. Penderitaan dapat timbul dari rasa sakit (pain), bersalah (guilt), dan maut (death). Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan dalam hidupnya, dan siapapun yang merasa belum pernah mengalaminya pasti suatu saat akan mengalaminyajuga karena penderitaan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia (bastaman, 1996). Namun selama manusia masih bernafas ia pasti percaya akan makna. Bahkan orang yang melakukan bunuh diri percaya akan makna, jika tidak dalam melanjutkan hidup, maka dalam kematian. Jika dia tidak lagi mempercayai suatu makna sama sekali maka ia tidak dapat menggerakkan jarinya untuk melakukan bunuh diri (Frankl, 1966). Nilai dan makna hidup dapat dikaitkan dengan keinginan untuk mati (Camus dalam Cutter, 2004).
Nilai hidup memiliki dua bentuk, yaitu paralel dan piramidal. Individu yang berorientasi nilai paralel memiliki beberapa nilai yang bermakna dalam hidupnya sedangkan individu dengan orientasi nilai piramidal hanya memiliki satu nilai yang berharga dalam hidup dan satu tujuan untuk dikejar, sehingga pada saat makna tersebut hilang maka ia kehilangan pijakannya (Kratotchvil dalam Frankl,....). Keputusasaan dapat terjadi saat nilai utama dari sistem nilai piramidal tersebut hancur. Frankl (...) menggolongkan orang tersebut dalam kelompok orang yang putus asa (people in despair). Selain itu, ia juga menyebutkan tentang kelompok lain yang belum menemukan makna dan tersangkut dalam pencariannya akan makna. Kelompok ini disebut dengan "orang yang berada dalam keraguan" (people in doubt). Pada saat pencarian makna berakhir pada frustasi eksistensial individu akan mengalami ketidakbermaknaan (meaninglessness) dan kehampaan (emptiness) seperti yang dirasakan pada orang-orang yang mencoba bunuh diri diatas.
Nilai hidup seorang individu ditentukan melalui proses evaluasi diri yang dilakukan oleh individu tersebut untuk memutuskan layak atau tidak ia meneruskan eksistensi dirinya. Makna dari kehidupan dapat diperoleh dari self assessment ataupun penilaian dari orang lain. Manusia menetapkan nilai dari eksistensinya, dan saat nilai-nilai tersebut muncul, hidup menjadi berharga untuk diteruskan. Jika manusia tidak dapat menemukan suatu nilai dalam kehidupannya, maka ia akan merasa bahwa hidup tidak memiliki arti dan akan berakibat pada pilihan untuk mengakhiri hidupnya. Untuk dapat memahami mengapa korban memilih kematian, nilai dari hidup dan makna kematian bagi dirinya haruslah diketahui. Kurangnya dukungan eksternal juga akan meningkatkan nilai negatif yang dapat memfasilitasi keinginan untuk mati (Cutter, 2004).
Keinginan untuk mati yang diakibatkan oleh perasaan meaningless ini dapat diubah menjadi sesuatu yang bermakna jika pelaku mendapatkan dukungan eksternal untuk mengambil sikap positif terhadap keadaan dirinya dan memperoleh pandangan baru terhadap diri sendiri dan situasi hidupnya, kemudian menentukan sikap baru untuk mengembangkan keyakinan dirinya (Lukas dalam Bastaman, 1996). Seperti yang dialami oleh tahanan wanita tadi :
"iya, udah siap itu dimarahi sama teman-teman yang nolong. ‘Bodoh kali kau, kalau keluar dari sini kan masih bisa ketemu anakmu'. Selain itu kakak rohani juga udah nasihatin. Lagian setelah dijalanin, hidup disini gak terlalu buruk kok, biasa aja. Nanti kalau keluar dari sini mau jadi orang berguna. Untuk keluarga, untuk anak. Jadi ada harapan lagi." (Komunikasi Personal, 2 November 2007)
Hal ini disebabkan manusia adalah makhluk istimewa yang mampu menentukan perkembangan dirinya dan bertanggungjawab menentukan yang terbaik bagi dirinya (self determining being). Manusia memiliki hasrat untuk menemukan makna dalam hidupnya. Makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri dan setiap orang (seharusnya) mampu menemukannya, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu mudah ditemukan karena Makna hidup biasanya tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan (Bastaman, 2007).
Apabila makna tersebut berhasil ditemukan, manusia akan mampu mengubah hidupnya dari hidup tanpa makna menjadi hidup bermakna dan terhindar dari rasa keputusasaan. Selain itu orang yang hidupnya bermakna akan menjalani kehidupan dengan semangat, mempunyai tujuan hidup yang jelas, merasakan kemajuan yang telah dicapainya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyadari bahwa sesungguhnya makna hidup dapat ditemukan dalam berbagai keadaan, tabah dalam menghadapi suatu peristiwa tragis, benar-benar menghargai hidup dan kehidupan serta iguimampu mencintai dan menerima cinta kasih dari orang lain (Bastaman, 1996).
Kebahagiaan merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life), dan ganjaran dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak, mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (Frankl, ...)
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa individu yang pernah mencoba untuk bunuh diri merasakan suatu kehampaan dalam hidupnya. Perasaan tidak bermakna ini akan menimbulkan berbagai emosi-emosi seperti kesendirian, tidak diinginkan, putus asa, depresi, hopelessness, dan emosi negatif lainnya. Apabila hal tersebut dibiarkan berlarut-larut, individu akan mengalami suatu penghayatan hidup yang tak bermakna. Namun manusia merupakan self determining being, makhluk yang mampu memilih dan menentukan jalan hidupnya. Manusia merupakan makhluk istimewa yang memiliki potensi untuk mencari dan menemukan makna hidup yang penting bagi dirinya. Akan tetapi, sumber dimana kita bisa memperoleh makna merupakan sumber yang sama untuk mengarahkan kita pada perasaan tidak bermakna. Seseorang mungkin saja menemukan atau tidak menemukan makna dalam hidupnya, ataupun menemukan makna hidup namun kehilangannya. Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran makna hidup pada individu yang pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasikan pertanyaan yang ingin dijawab dalam pertanyaan ini, yaitu : bagaimana gambaran makna hidup pada pelaku percobaan bunuh diri.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran makna hidup dari pelaku percobaan bunuh diri.

D Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis yang berhubungan dengan penanganan kasus bunuh diri.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan makna hidup dan kasus bunuh diri.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca untuk mengetahui makna hidup seseorang yang pernah mencoba bunuh diri.
b. Sebagai bahan referensi atau informasi tambahan bagi para praktisi psikologi dalam memahami dan membantu klien, serta penggunaan logoterapi pada klien yang pernah berusaha untuk bunuh diri.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman pada suicide survivor (keluarga, kerabat dekat dari orang yang berhasil melakukan bunuh diri) mengenai makna hidup pelaku sebelum bunuh diri sehingga dapat mengurangi kebingungan, kemarahan, ataupun rasa bersalah yang dialami.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pembaca yang pernah mencoba bunuh diri atau memiliki pemikiran untuk bunuh diri tentang makna hidup, ketidakbermaknaan, dan merubah penghayatan untuk hidup penuh makna

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dimuat adalah teori mengenai makna hidup, bunuh diri dan kaitan diantara keduanya.
Bab III : Metodologi Penelitian
Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang metode penelitian kualitatif, partisipan, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
Bab IV : Analisa Data
Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa data dan interpretasi data yang diperoleh. Yang terdiri dari data diri partisipan, observasi, latar belakang, data wawancara dan rangkuman yang akan dibahas per partisipan. Serta analisis antar partisipan.
Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan, diskusi dan saran mengenai makna hidup pada pelaku percobaan bunuh diri. Kesimpulan berisikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Diskusi berisikan data-data atau temuan yang tidak dapat dijelaskan dengan teori atau penelitian sebelumnya karena merupakan hal baru, serta saran yang berisi saran-saran praktis sesuai dengan hasil dan masalah-masalah penelitian, dan saran-saran metodologis untuk penyempurnaan penelitian lanjutan.