Search This Blog

Showing posts with label skripsi pendidikan luar biasa. Show all posts
Showing posts with label skripsi pendidikan luar biasa. Show all posts
SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI KELAS IV SDLB C1

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI KELAS IV SDLB C1


(KODE : PEND-PLB-0016) : SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI KELAS IV SDLB C1




BAB I 
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Setiap anak harus memperoleh pengajaran membaca, tidak terkecuali anak tunagrahita sedang. Setelah memperoleh pengajaran membaca diharapkan anak akan mampu memahami informasi lewat tulisan dan mampu memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian tidaklah mudah pengajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang.
Pengajaran membaca untuk anak tunagrahita sedang terasa lebih sulit. Hal itu disebabkan hambatan yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Seperti telah diketahui bersama bahwa salah satu hambatan siswa tunagrahita adalah dalam hal kemampuan intelektualnya yang berada di bawah rata-rata (normal). Hambatan intelektual ini berdampak pada kemampuan kognitifnya sehingga menyebabkan anak tunagrahita sedang kesulitan untuk menguasai pelajaran yang sifatnya akademik, diantaranya membaca. Astati (2001 : 8) menyatakan bahwa "Anak tunagrahita sedang hampir tidak dapat mempelajari pelajaran yang sifatnya akademik. Diantara mereka ada yang dapat menulis, berhitung, dan membaca sosial."
Berdasarkan kondisi tersebut artinya anak tunagrahita sedang masih dapat diajarkan membaca tapi pada tahap membaca permulaan. Dalam tahap membaca permulaan ini dapat diperkenalkan kepada mereka beberapa kata, terutama kata benda atau yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kata benda yang diajarkan adalah berkaitan dengan benda-benda kongkrit dan sudah dikenal oleh anak. Melalui pengajaran kata benda tersebut diharapkan dapat menjadi modal agar anak tunagrahita sedang dapat membaca meskipun kata-kata yang sederhana dan sudah dikenal oleh anak.
Oleh karenanya dibutuhkan upaya dari guru sehingga dapat membantu anak tunagrahita sedang lebih mudah dalam belajar membaca permulaan. Guru yang baik tentunya akan berupaya secara bersungguh-sunguh membantu anak tunagrahita sedang ketika belajar.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan (bulan Mei) ternyata pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang belum sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Pada saat mengajarkan membaca, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta jarang menggunakan alat/media pembelajaran. Tampaknya guru lebih terpaku pada mengejar target pencapaian kurikulum sehingga guru lebih cepat beralih pada materi baru sedangkan anak belum menguasai materi sebelumnya.
Pelaksanaan pembelajaran seperti demikian akan menambah masalah belajar bagi anak tunagrahita sedang. Dengan kondisinya yang mengalami hambatan mental, seharusnya mereka ini memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, bukan harus sesuai dengan kurikulum. Bahkan dalam pembelajaran pun, agar mereka lebih mudah memahami materi seharusnya guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang inovatif dan menggunakan berbagai media/alat pembelajaran.
Berangkat dari pemikiran di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita sedang di kelas IV SLB X.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : "Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang ?"

C. Rincian Masalah
Secara umum penelitian ini fokus kepada upaya guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang di kelas IV SLB X. Rincian masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca pada anak tunagrahita sedang di kelas IV SLB X ?
2. Bagaimanakah kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang di kelas IV SDLB C1 SLB X ?
3. Bagaimanakah upaya-upaya guru mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang di kelas IV SDLB C1 SLB X ?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran data lapangan yang berkaitan dengan upaya guru dalam pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang di kelas IV SDLB C1 SLB X. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memperoleh data lapangan yang berkaitan dengan :
1. Kegiatan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran membaca pada anak tunagrahita sedang di kelas IV SDLB C1 SLB X.
2. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang.
3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang yang ada saat ini di kelas IV SDLB C1 SLB X.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan kajian ilmiah mengenai pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbang saran bagi guru mengenai pembelajaran membaca yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak tunagrahita sedang.
b. Manfaat bagi sekolah adalah agar sekolah lebih memperhatikan dan menyediakan bebagai alat/media yang dapat menunjang pada pembelajaran khususnya pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita sedang.
SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN DENGAN PRESTASI BELAJAR KETRAMPILAN TANGAN ANAK TUNA GRAHITA RINGAN SISWA KELAS 1 SLTP YPSLB-C X

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN DENGAN PRESTASI BELAJAR KETRAMPILAN TANGAN ANAK TUNA GRAHITA RINGAN SISWA KELAS 1 SLTP YPSLB-C X

(Kode : PEND-PLB-0015) : SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN DENGAN PRESTASI BELAJAR KETRAMPILAN TANGAN ANAK TUNA GRAHITA RINGAN SISWA KELAS 1 SLTP YPSLB-C X

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Peranan pendidikan dirasakan sangat penting bagi setiap bangsa karena kelangsungan hidup dan kemajuan suatu bangsa, khususnya bagi negara yang sedang membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan pendidikan yang sama, baik anak normal maupun anak luar biasa. Anak luar biasa juga menuntut mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama baik dari keluarga, sekolah maupun dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan ketetapan MPR RI No. IV/MPR/2004 dalam GBHN disebutkan :
Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin, dan anak- anak terlantar, serta kelompok rentan sosial dengan memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan melalui perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, sehat, berdisiplin, bertanggung jawab, dan berketrampilan.
Anak berkelainan sangat memerlukan pendidikan, perhatian, bimbingan dan motivasi dari lingkungan keluarga, orang tua, guru maupun masyarakat. Sehingga mereka mampu bersaing dengan anak normal dalam meraih prestasi belajar ketrampilan tangan.
Dalam pendidikan motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar atau prestasi belajar yang tinggi akan dapat diraih apabila ada keinginan belajar. Keinginan itu akan muncul apabila ada dorongan (motivasi) baik dalam diri siswa atau luar diri siswa. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang siswa yang besar motivasinya akan gigih dan tekun dalam usahanya mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1990 : 62) bahwa “Motivasi seseorang akan meningkat apabila terlihat adanya hubungan antara kegiatan yang dilakukan dengan tujuan yang dicapai“. Diasumsikan bahwa siswa yang sudah mengetahui benar pentingnya belajar bagi dirinya akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Dalam meningkatkan prestasi belajar ketrampilan, selain motivasi belajar juga ada hal yang lebih penting yaitu kemandirian. Menurut Kartini Kartono (1990 : 57) menyatakan bahwa “Kemandirian yang diartikan sebagai Self Standing yaitu kemampuan berdiri diatas kaki sendiri dengan keberanian dan tanggung jawab atas segala tingkah laku sebagai manusia dalam melaksanakan kewajiban guna memenuhi kebutuhan sendiri”.
Prestasi belajar ketrampilan di YPSLB-C X belum menunjukkan hasil yang memuaskan, terbukti pada nilai mata pelajaran ketrampilan yang masih dibawah nilai rata-rata yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran anak tuna grahita akan pentingnya mata pelajaran ketrampilan tangan bagi kehidupannya di kemudian hari yang dapat menjadi bekal dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Selain motivasi belajar dan kemandirian yang dapat meningkatkan prestasi belajar, fasilitas pembelajaran ketrampilan tangan juga sangat mendukung terhadap meningkatnya prestasi belajar ketrampilan tangan. Jika fasilitas yang diberikan sekolah banyak dan beraneka ragam maka bagi anak yang mempunyai motivasi instrinsik yang tinggi akan terdorong untuk menggunakan fasilitas belajar ketrampilan tangan sehingga anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam bidang ketrampilan tangan.
Dalam memberikan ketrampilan tangan pada anak tuna grahita harus memperhatikan kemampuan anak. Selain itu juga harus sesuai dengan kebutuhan dan potensi anak untuk mengembangkan ketrampilan tangan. Selama ini, dalam memberikan ketrampilan tangan, guru kurang memperhatikan kemampuan, kebutuhan dan potensi anak. Sehingga anak sulit mengembangkan ketrampilan tangan. Jadi hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar ketrampilan tangan seorang anak.
Bertitik tolak dari latar belakang tentang keadaan dan permasalahan yang dihadapi anak tuna grahita serta perlunya motivasi belajar untuk membantu meningkatkan prestasi belajar ketrampilan tangan, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Motivasi Belajar dan Kemandirian Dengan Prestasi Belajar Ketrampilan Tangan Pada Anak Tuna Grahita Ringan Siswa Kelas 1 SLTP YPSLB-C X Tahun Ajaran XXXX/XXXX.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya semangat siswa tuna grahita ringan dalam mengikuti pelajaran di YPSLB-C X.
2. Kemandirian siswa tuna grahita ringan adalah kemampuan siswa tuna grahita ringan untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain. Sedangkan kemandirian anak tuna grahita itu mengalamai keterbatasan sehingga timbul masalah dalam pencapaian prestasi belajar.
3. Prestasi belajar siswa tuna grahita rendah terutama prestasi belajar mata pelajaran ketrampilan tangan, pada hal mata pelajaran ketrampilan tangan sangat penting bagi anak tuna grahita di kemudian hari yaitu sebagai bekal dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
4. Motivasi belajar dan kemandirian dapat meningkatkan prestasi belajar ketrampilan tangan.

C. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan diteliti ini berkaitan dengan motivasi belajar dan tingkat kemandirian terhadap prestasi belajar ketrampilan tangan siswa tuna grahita ringan di YPSLB-C X, maka dapat dirumuskan batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Motivasi belajar yaitu sesuatu yang mendorong siswa dalam belajar. Motivasi ini meliputi motivasi yang digerakkan dalam diri siswa dan dari luar siswa. Dalam motivasi belajar yang akan dibahas adalah motivasi yang digerakkan dalam diri siswa yang berupa minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran ketrampilan tangan, semangat siswa melakukan tugas-tugas selama pelajaran ketrampilan tangan, tanggung jawab menyelesaikan tugas, reaksi terhadap rangsangan guru, rasa senang dalam mengerjakan tugas dan merasa puas akan hasil yang dicapainya.
2. Kemandirian adalah kemampuan siswa tuna grahita ringan dalam aspek ADL ( membersihkan diri, berpakaian, makan, menyimpan barang, menggunakan uang, membersihkan dan mengatur, sekolah, pergaulan ) bermain, dan bekerja.
3. Prestasi belajar ketrampilan tangan berupa hasil usaha belajar anak pada mata pelajaran ketrampilan tangan yang berwujud angka yang diberikan guru dalam buku raport pada semester 1 tahun ajaran XXXX/XXXX.
4. Subyek penelitian yaitu siswa tuna grahita ringan kelas 1 SLTP YPSLB-C X.
5. Obyek penelitian yaitu :
Variable bebas : variabel bebas pada penelitian ini adalah motivasi belajar dan kemandirian.
Variable terikat : variabel terikat pada penelitian ini berupa prestasi belajar ketrampilan tangan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar ketrampilan tangan pada anak tuna grahita ringan siswa kelas 1 SLTP di YPSLB-C X tahun ajaran XXXX/XXXX?
2. Apakah ada hubungan antara kemandirian dengan prestasi belajar ketrampilan tangan pada anak tuna grahita ringan siswa kelas 1 SLTP di YPSLB-C X tahun ajaran XXXX/XXXX?
3. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dan kemandirian dengan prestasi belajar ketrampilan tangan anak tuna grahita ringan siswa kelas 1 SLTP di YPSLB-C X?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan yang lengkap, operasional namun tetap konsisten dengan perumusam masalah yang telah dikemukakan, karena untuk memperoleh jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar ketrampilan tangan pada anak tuna grahita ringan siswa kelas 1 SLTP di YPSLB-C X Semester 1 tahun ajaran XXXX/XXXX.
2. Untuk mengetahui hubungan kemandirian dengan prestasi belajar ketrampilan tangan pada anak tuna grahita ringan siswa kelas 1 SLTP di YPSLB-C X Semester 1 tahun ajaran XXXX/XXXX.
3. Untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dan kemandirian dengan prestasi belajar ketrampilan tangan pada anak tuna grahita ringan siswa kelas 1 SLTP di YPSLB-C X Semester 1 tahun ajaran XXXX/XXXX.

F. Manfaat Penelitian
Jika penelitian ini berhasil, maka akan memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis.
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait ( kepala sekolah, guru, orang tua ) agar berusaha memberikan motivasi terhadap siswa SLTP kelas 1 di YPSLB-C X.
b. Memberikan tambahan kajian teoritis tentang motivasi belajar dan kemandirian, sehingga dapat digunakan untuk mengoptimalkan hasil belajar mengajar.
2. Manfaat Teoritis
a. Memberikan gambaran ada tidaknya hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar.
b. Memberikan gambaran ada tidaknya hubungan antara kemandirian dengan prestasi belajar ketrampilan tangan anak tuna grahita ringan.
Skripsi Studi Deskriptif Pelaksanaan Bina Bicara Bagi Anak Cerebral Palsy Di SDLB X

Skripsi Studi Deskriptif Pelaksanaan Bina Bicara Bagi Anak Cerebral Palsy Di SDLB X

(Kode PEND-PLB-0014) : Skripsi Studi Deskriptif Pelaksanaan Bina Bicara Bagi Anak Cerebral Palsy Di SDLB X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan bicara seseorang merupakan salah satu pernyataan untuk dapat bersosialisasi baik dengan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Agar seseorang dapat berbicara dan berbahasa tersebut, maka da beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, termasuk salah satu diantaranya yaitu harus mempunyai kemampuan bicara. Sehingga berbicara dan berbahasa merupakan kegiatan penting dalam kehidupan sehari-hari. Sifat berbicara ada dua macam yang meliputi : 1) Bicara secara ekspresif, yaitu yang bersifat menyatakan isi hati secara aktif dalam bahasa lisan, tulisan atau isyarat, 2) Bicara secar represif, yaitu menerima bicara atau memahami bicara orang lain.
Bicara adalah mekanisme pengucapan bunyi bahasa untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan perasaan, pikiran dengan memanfaatkan nafas, otot-otot dan alat ucap secara terintegrasi.
Pada umumnya bina bicara diberikan kepada anak tunarungu, namun pada kenyataannya tidak hanya anak tunarungu yang membutuhkan bina bicara. Salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan bicara dan membutuhkan layanan khusus adalah anak tunadaksa khususnya Anak Cerebral Palsy. Kebanyakan dari Anak Cerebral Palsy mengalami gangguan bicara yang menyebabkan mereka sulit bersosialisasi.
Anak Cerebral Palsy merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya gangguan yang terdapat di dalam otak dan kelainannya bersifat kekakuan pada anggota geraknya. Akan tetapi sering pula dijumpai Anak Cerebral Palsy mengalami kelayuan, gangguan gerak, gangguan koordinasi, gerakan-gerakan ritmis dan gangguan sensoris, Little (dalam Assjari, 1995:36)
Lebih lanjut Soeharso (dalam Salim, 1996:32) menyatakan bahwa “Anak Cerebral Palsy banyak yang sukar atau tidak dapat bicara, seakan-akan alat-alat bicaranya tidak dapat dikoordinasikan. Kadang-kadang kelihatan jelas sekali berusaha sekuat tenaga untuk bicara, akan tetapi suaranya tidak jelas, tidak keras, terputus-putus, sehingga orang lain yang mendengarnya tidak dapat mengerti maksudnya. Mulutnya kelihatan menceng ke kanan dan ke kiri, lidahnya kelihatn keluar-masuk tidak menentu, bahkan kepalanya juga ikut digerak-gerakkan.”
Berdasarkan studi pendahuluan (April XXXX) melalui observasi dan wawancara dengan guru SDLB X Kelas D2 dan D5 pelaksanaan atau layanan bina bicara dengan cara mengucapkan huruf konsonan dan vokal, suku kata, kata, kalimat dalam bentuk tanya jawab antara guru dengan murid, murid dengan murid hanya terbatas dan kurang optimal, karena keterbatasan waktu dan tenaga serta dalam mengajar guru lebih mengutamakan materi bidang akademik dari pada layanan atau pelaksanaan bina bicara anak. Selain itu orang tua kurang bahkan tidak terlibat dalam keberhasilan layanan bina bicara.
Agar Anak Cerebral Palsy lebih tercapai dalam layanan atau pembinaan bicara yang dapat menambah pengetahuan tentang berbahasa, maka upaya guru harus mengutamakan waktu lima belas menit atau sepuluh menit sebelum pelajaran dimulai ataupun pemberian tugas rumah untuk diketahui orang tua dalam pemberian layanan atau pembinaan kepada anak cerebral palsy yang ada hubungannya dengan materi sebelum dan sesudah materi itu diberikan di sekolah.
Dengan mempelajari fenomena yang ada, maka mengisyaratkan perlu adanya kajian aktual dalam upaya penanganannya.

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan bina bicara bagi Anak Cerebral Palsy di SDLB X.
Selanjutnya penulis merumuskan masalah dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan keterampilan bicara dan berbahasa bagi Anak Cerebral Palsy melalui bina bicara ?
2. Apa kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan bicara Anak Cerebral Palsy?
3. Apa alternatif penyelesaian kendala yang dilakukan oleh guru ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat menentukan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data dan informasi untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan berbahasa kelas D2 dan D5 Anak Cerebral Palsy.
2. Mengumpulkan informasi untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan keterampilan bicara Anak Cerebral Palsy.
3. Mencarikan alternatif-alternatif guna menyelesaikan kendala yang berkaitan dengan upaya guru dalam meningkatkan keterampilan bicara dan berbahasa Anak Cerebral Palsy.
Skripsi Pengaruh Penggunaan Media Buku Cerita Terhadap Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita Kelas D 6 Di SLB X

Skripsi Pengaruh Penggunaan Media Buku Cerita Terhadap Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita Kelas D 6 Di SLB X

(Kode PEND-PLB-0013) : Skripsi Pengaruh Penggunaan Media Buku Cerita Terhadap Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita Kelas D 6 Di SLB X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka sangat penting adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama dicanangkan.
Pendidikan diperuntukkan bagi setiap warga negara tanpa kecuali, tidak memandang kaya miskin, atau normal maupun anak berkelainan. Pada peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus tentang Pendidikan Luar Biasa. Dalam Pendidikan Luar Biasa pelayanan dan penanganannya disesuaikan dengan kelainan yang disandang peserta didik sehingga pelayanan dapat sessuai dengan kebutuhan anak.
Tujuan Pendidikan Luar Biasa adalah : membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan sikap dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dasar dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. (Peraturan Pemerintah RI, 1997:205-206).
Berdasarkan uraian di atas jelas sekali bahwa untuk Anak Luar Biasa dalam penanganannya perlu penyesuaian-penyesuaian yang didasarkan dengan jenis dan tingkat kecacatannya, terutama dalam hal pembelajaran membaca dan menulis.
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika pada masa sekolah tidak segera memiliki kemampuan untuk membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas yang lebih tinggi.
Kemampuan anak tunagrahita ringan dalam membaca relatif rendah bila dibandingkan dengan anak normal. Sulit sekali bagi anak tunagrahita untuk bisa membaca dengan benar, kalaupun bisa membaca dengan benar tetapi anak sering sekali tidak mempunyai pengertian dari isi bacaan tersebut.
Dengan kemampuan anak tuna grahita ringan yang terbatas dalam belajar khususnya mengalami kesulitan belajar membaca , maka perlu sekali kreatifitas guru dalam mengajar agar anak tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Kreatifitas guru dalam mengajar salah satunya berupa metode mengajar dan penggunaan media pembelajaran. Karena bagaimanapun juga pada masa sekarang ini dalam sebuah sistem pendidikan modern fungsi guru sebagai penyampai pesan pendidikan tampaknya memang sangat perlu dibantu dengan media pembelajaran, agar proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat berlangsung secara efektif. Hal tersebut disebabkan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keadaan atau situasi yang dihadapi di dalam kelas.
Media pengajaran adalah “media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi instruksional yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis Besar Pedoman Instruksional (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar” (Rohani,1997:3).
Menurut Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah “bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca” (Azhar Arsyad, 2003:4).
Menurut Blake dan Horalsen media adalah “saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan , dimana medium merupakan alat untuk lalu lintas antara komunikator dengan komunikan” (Rohani, 1997:2).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dari media pembelajaran adalah sarana atau perantara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan meteri pelajaran kepada siswa yang disesuaikan dengan tujuan instruksional/pembelajaran supaya dapat membantu kelancaran dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan instruksional/pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Seperti yang telah dijelaskan di atas mengingat anak tunagrahita yang mempunyai permasalahan yang kompleks dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran membaca perlu menggunakan media pembelajaran, salah satunya adalah media buku cerita. Penggunaan metode ini adalah dengan cara, dalam belajar anak dibacakan oleh guru sebuah buku cerita dan menceritakannya dengan sangat menarik sehingga anak tertarik terhadap isi dari buku cerita tersebut.
Selanjutnya guru bisa membagikan buku cerita pada anak didik agar anak membaca sendiri buku cerita tersebut dan disuruh menceritakan semampunya. Dengan begitu anak secara sukarela dan senang hati telah melakukan latihan membaca.
Mengingat membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan dasar untuk mengetahui/belajar terhadap bidang-bidang keilmuan yang lain, maka penulis ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui seberapa besar efektifitas penggunaan media buku cerita terhadap kemampuan membaca Anak tunagrahita di SLB-C X.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh penggunaan media buku cerita terhadap kemampuan membaca Anak tunagrahita kelas D 6 di SLB-C X ?”.


C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan data kongkrit tentang pengaruh penggunaan media buku cerita terhadap anak tunagrahita.
2. Untuk memperoleh data yang tentang kemampuan membaca pada anak tunagrahita.
3. Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh penggunaan media buku cerita terhadap kemampuan membaca anak tunagrahita.

D. Pentingnya Masalah Untuk Diteliti
1. Ditinjau dari kelembagaan
Hasil penelitian ini dapat untuk meningkatkan mutu pembelajaran bagi anak tunagrahita.
2. Ditinjau dari peneliti
Mendapat pengalaman praktis dalam bidang pengajaran membaca dengan menggunakan media buku cerita.
3. Ditinjau dari sekolah yang menjadi obyek penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan terhadap anak tunagrahita.

E. Definisi, Asumsi dan Keterbatasan
1. Definisi
Agar tidak terjadi salah persepsi dan pengertian tentang judul penelitian, maka perlu didefinisikan sebagai berikut :
a. Media buku cerita adalah alat bantu yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang berupa buku yang berisikan berbagai cerita yang menarik. (Rohani, Ahmad. 1997)
Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar.
b. Kemampuan membaca adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengucapkan, melafalkan, membaca dan memahami apa yang dibaca.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata / bahasa tulis. (Tarigan, Henri Guntur. 1986)
c. Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai keterbatasan intelegensi, sehingga dalam mengikuti pembelajaran memerlukan program khusus.
Menurut Amin (1995 : 11) : “Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya dibawah rata-rata, disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak.’
2. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti.
Adapun asumsi peneliti berdasarkan judul adalah :
a. Media buku cerita bisa dijadikan metode atau media untuk meningkatkan kemampuan membaca anak tunagrahita.
b. Kemampuan membaca yang dimiliki anak tunagrahita yang kurang sehingga dalam mengikuti pembelajaran mengalami kesulitan.
c. Anak tunagrahita yang mempunyai keterbatasan inteligensi sehingga untuk meningkatkan kemampuan membaca diperlukan kata-kata yang sederhana dan kongkrit.
3. Keterbatasan
Agar pembahasan tidak keluar dari lingkup permasalahan yang dimaksud, maka peneliti memberi batasan sebagai berikut :
a. Media buku cerita yang dimaksud adalah alat berupa buku yang berisi tentang cerita-cerita yang menarik.
b. Kemampuan membaca yang dimaksud adalah dapat membaca kalimat dengan lancar, baik dan benar.
c. Anak tunagrahita kelas D-6 di SLB C X.
Skripsi Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Permulaan Dengan Media Pembelajaran Kartu Kata Untuk Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SLB Negeri X

Skripsi Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Permulaan Dengan Media Pembelajaran Kartu Kata Untuk Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SLB Negeri X

(Kode PEND-PLB-0012) : Skripsi Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Permulaan Dengan Media Pembelajaran Kartu Kata Untuk Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SLB Negeri X Tahun Pelajaran XXXX/XXXX

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan untuk anak dengan berkebutuhan khusus membutuhkan suatu pola layanan tersendiri khususnya bagi anak-anak tunagrahita sesuai dengan tingkat kemampuan intelektualnya di bawah rerata. Kelainan khusus terhadap fisik atau mental pada anak tunagrahita menghendaki layanan pendidikan khusus sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 32 ayat (2). dinyatakan bahwa “Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”. Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai hendaya perkembangan atau “Tunagrahita”.
Menurut H.T. Sutjihati Somantri, (1996: 86), ”klasifikasi anak Tunagrahita pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya, yang terdiri dari (1). tunagrahita ringan, (2). tungrahita sedang, dan (3) tunagrahita berat”. Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak tunagrahita ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik karena mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya
Pembelajaran membaca permulaan erat hubungannya dengan pembelajaran menulis permulaan karena sebelum mengajarkan menulis, guru harus terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan beserta bunyi melalui pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran membaca permulaan merupakan pembelajaran membaca tahap awal dan kemampuan yang diperoleh siswa akan menjadi dasar pembelajaran membaca lanjut yang dilaksanakan di kelas-kelas yang lebih tinggi. Membaca permulaan diberikan secara bertahap, yakni pra membaca, dan membaca. Pada tahap pra membaca, kepada siswa diajarkan (1) sikap duduk yang baik pada waktu membaca, (2) cara meletakkan buku di atas meja, (3) cara memegang buku,(4) cara membuka dan membalik halaman buku, dan (5) melihat dan memperhatikan tulisan. Pembelajaran membaca permulaan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat teknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara. Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai seperti yang diharapkan oleh kita semua.
Ilmu yang paling penting pada tahap awal pendidikan formal ada tiga yaitu : membaca, menulis dan berhitung. Keberhasilan dari pembelajaran tersebut sangatlah ditentukan oleh guru, sebab guru yang baik adalah guru yang mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam memahami teori dan kemampuan dalam menyampaikan pembelajaran maupun kemampuan dalam memilih media pembelajaran yang tepat.
Dalam proses pembelajaran, baik bagi peserta didik pada Sekolah Dasar umum maupun pada Sekolah Khusus tidak dapat dihindari penggunaan media pembelajaran sebagai bagian yang integral. Salah satu media pembelajaran adalah buku ajar sebagai media konvensional yang sampai saat ini masih dipergunakan, namun penyajian yang ditulis dalam buku ajar ini umumnya berisi materi yang membutuhkan pemahaman yang tinggi karena bentuknya yang baku dan ilmiah, sehingga diperlukan media pembelajaran alternatif yang dapat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Anjuran agar menggunakan media dalam pembelajaran terkadang sulit dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari hal itu, disarankan agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pembelajaran yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya serta mampu memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran kartu atau Flash Cards merupakan salah satu media pembelajaran visual yang sederhana untuk mempermudah cara belajar peserta didik, media ini dibuat dengan biaya yang relatif murah, mudah dipahami dan dimengerti, namun sangat diperlukan sebagai alat bantu yang dapat merangsang motivasi belajar dalam membaca permulaan. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001 :30) ”media kartu atau flash cards biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasi dan dapat digunakan mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan pada bahasa asing pada khususnya”.
Kenyataan di lapangan pada beberapa Sekolah Luar Biasa, masih banyak ditemukan siswa-siswa baik yang masih sekolah maupun yang telah lulus, namun tetap belum dapat membaca dengan baik dan benar, meskipun hanya membaca kata-kata sederhana. Hal tersebut juga menjadi permasalahan serius di SLB Negeri X Kabupaten X. Dan apabila hal ini dibiarkan, maka tujuan institusional sekolah luar biasa akan semakin jauh dari kenyataan Dengan melihat pentingnya kemampuan membaca, khususnya membaca permulaan, inilah siswa kelas II Tunagrahita Ringan SLB Negeri X Kabupaten X mengalami permasalahan, hal ini dapat kita lihat pada nilai raport semester 1 tahun pelajaran XXXX/XXXX pada tabel berikut ini :

** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN **

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah penggunaan media pembelajaran kartu kata dapat meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan anak tunagrahita ringan kelas II SLB Negeri X Kabupaten X?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan media pembelajaran kartu kata dalam meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan anak tunagrahita ringan kelas II SLB Negeri X Kabupaten X

D. Manfaat Penelitian
Ada beberapa hal yang dapat diambil manfaat dari penelitian ini, adalah :
1. Manfaat Teoritis.
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber acuan dan referensi bagi penelitian tindakan kelas lain atau berikutnya.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi anak
Dengan penggunaan media pembelajaran kartu kata diharapkan dapat mengatasi permasalahan anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran membaca permulaan.
b. Bagi Guru.
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan melatih penulis sekaligus guru kelas dalam memecahkan permasalahan dan meningkatkan pembelajaran serta mencari strategi pembelajaran membaca permulaan yang tepat.
c. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dikembangkan dan menjadi pedoman bagi pihak sekolah dalam menyusun strategi pembelajaran yang lainnya.