Search This Blog

Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts
Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0051) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V

contoh skripsi pgsd kelas 5

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdapat sejumlah pasal yang berkaitan dengan KTSP, pasal 1 ayat (19) menjelaskan definisi operasional kurikulum. Menurut pasal 1 ayat (19), "Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. "Definisi tersebut menegaskan bahwa kurikulum dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pembelajaran. Bukan buku teks yang sebenarnya lebih berperan sebagai salah satu sumber pembelajaran. 
Perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari adanya perubahan yang ada di dalamnya seperti kualitas guru, kurikulum, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, sumber belajar, metode pembelajaran, metode pembelajaran. Sebagai dampaknya adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran. 
Belajar dan pembelajaran memiliki konsep yang berbeda namun saling berkaitan. Belajar dapat di artikan sebagai proses perubahan tingkah laku manusia. Sebagaimana diungkapkan oleh Bell-Gredle (1986 : 1) dalam buku Teori Belajar dan Pembelajaran hal (15) " Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh kemampuan, ketrampilan, dan sikap tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat". Belajar merupakan proses tindakan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan yang keadaan berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya dan juga belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting dalam kehidupan masyarakat tradisional dan modern. 
Belajar dimulai dengan adanya dorongan semangat yang dalam diri seseorang yang akan menimbulkan adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa. Kegiatan belajar yang akan di lakukan menyesuaikan tingkah laku seseorang dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir pada diri seseorang. Dalam hal ini belajar perilaku mengembangkan diri melalui penyesuaian tingkah laku. 
Sedangkan pembelajaran berkaitan dengan komunikasi timbal balik siswa dengan guru. Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara terencana melalui desain agar siswa dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan (Dimyati dan Mudjiono). Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara stimulus dan respon dengan baik. 
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran harus dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang dapat memacu peserta didik untuk berfikir kreatif dan aktif. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. 
Keterkaitan antara dua konsep ini yaitu upaya guru merencanakan kegiatan belajar untuk siswa dengan memfasilitasi agar siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Perubahan tersebut mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Muhammad Rohman (2013 : 68) perubahan yang terjadi memiliki karakteristik : (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan perbuatan. 
Menuju pada karakteristik tersebut, aktivitas belajar siswa merupakan suatu kegiatan yang menjadi ciri berlangsungnya suatu pembelajaran. Aktifitas ini tentunya melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Aktivitas yang mudah teramati dalam pembelajaran adalah aktivitas fisik berupa gerak motorik siswa seperti memperagakan sesuatu atau memperagakan suatu model. Aktivitas lain yang juga perlu mendapat perhatian yaitu aktivitas mental siswa. Aktivitas mental ini juga dikatakan sebagai proses berfikir siswa berupa mengingat, menalar, dan menganalisis suatu materi pembelajaran. Meskipun tidak dapat diamati oleh indera, namun aktivitas mental ini menjadi ciri bagi siswa memahami materi pembelajaran belum. 
Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk memadukan aktifitas fisik dan mental mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan perlu adanya suatu perangkat pembelajaran yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran tersebut. Salah satu perangkat pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa atau disebut dengan LKS. 
Lembar kerja Siswa merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran (Hidayah dan Sugiarto, 2006 : 8). Secara umum LKS adalah perangkat pembelajaran sebagai perlengkapan sarana pendukung Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
"Lembar Kerja Siswa juga merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang menunjang kepada pencapaian indikator melalui berbuat dan berfikir sehingga siswa memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor". 
Sementara itu, menurut (Lestari, 2006 : 16) LKS dirancang oleh guru sendiri sesuai dengan produk bahasan dan tujuan pembelajarannya. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan sebagai tahap pemahaman konsep, karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam pembelajaran. LKS dimanfaatkan untuk mempelajari pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari sebelumnya yaitu penanaman konsep. 
Lembar kerja siswa mempunyai kriteria kualitas, Menurut Hendro Darodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992) penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. LKS juga berperan membantu guru dalam mengarahkan siswa menemukan jawaban melalui aktivitas sendiri. Dengan adanya LKS diharapkan siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menuangkan ide-ide kreatifnya baik secara perorangan maupun kelompok mampu berfikir kritis dan menjalin kerjasama yang baik dengan anggota kelompok. 
Kondisi ideal yang diharapkan tersebut ternyata masih belum tercapai. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan penelitian di SDN X. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru kelas V di sekolah SDN X ternyata sebagian besar guru di SDN X hanya menggunakan LKS yang sudah disediakan pada buku teks sebagai bahan kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Padahal LKS tersebut sebenarnya bukanlah LKS yang benar-benar secara maksimal membantu siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif menuangkan ide-idenya serta memadukan aktivitas fisik dan mental mereka dalam proses pembelajaran, karena hanya menyajikan soal-soal latihan untuk menjawab oleh siswa secara tertulis saja. Masih sangat minim LKS yang secara kreatif dirancang oleh masing-masing guru dengan tujuan untuk mengkolaborasikan aktivitas fisik dan mental siswa dalam proses pembelajaran. Masih banyak yang mengeluhkan bahwa LKS hanya berisi latihan soal-soal untuk dikerjakan pada jam pembelajaran kosong atau sebagai pengganti jika guru berhalangan hadir dan untuk tugas rumah yang harus di kerjakan di rumah. Namun seharusnya LKS lebih tepatnya untuk soal evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dan seberapa siswa memahami pembelajaran yang ditangkap. Dari permasalahan ini di temukan bahwa siswa jadi kurang aktif selama mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, proses pembelajaran terkesan membosankan bagi peserta didik dan menjadikan keberhasilan pembelajaran menjadi rendah. 
Lembar Kerja Siswa berupa LKS yang didalamnya berisi rangkaian kegiatan dan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan juga aktivitas siswa berdasarkan model inkuiri terbimbing sehingga dapat mencapai kompetensi yang di harapkan. Penelitian ini diberi judul "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V".

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SUBTEMA HUBUNGAN MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0050) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SUBTEMA HUBUNGAN MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS V

contoh skripsi pgsd kelas 5

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2011 : 65). 
Salah satu sarana yang dipakai untuk memfasilitasi pendidikan di Indonesia adalah sekolah. Setiap sekolah memiliki tujuan institusional yang harus dicapai oleh semua lembaga pendidikan sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 menjelaskan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Sanjaya, 2011 : 66). 
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 37 ayat 1 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : a. pendidikan agama; b. pendidikan kewarganegaraan; c. bahasa; d. matematika; e. ilmu pengetahuan alam; f. ilmu pengetahuan sosial; g. seni dan budaya; h. pendidikan jasmani dan olahraga; i. keterampilan/kejuruan; j. muatan lokal (Sanjaya, 2011 : 136). 
Salah satu implementasi pendidikan tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah pada mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS diajarkan secara terpadu yang memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Mata pelajaran IPS mengarahkan siswa untuk dapat menjadi warga negara indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Lom, 2006 : 575). 
Mata pelajaran IPS pada standar isi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2007 : 575) memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan : a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan; b. berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. manusia, tempat, dan lingkungan; b. waktu, keberlanjutan, dan perubahan; c. sistem sosial dan budaya; dan d. perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat dari Standar Isi (SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, yang diturunkan dari Standar Kelulusan sebagai rujukan pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan sesuai karakter siswa dan kebutuhan daerah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. (Sanjaya, 2011 : 127) 
Kenyataan di lapangan masih banyak permasalahan dikemukakan Depdiknas mengenai standar isi mata pelajaran IPS yaitu pada pelaksanaan KTSP yang diberlakukan sejak tahun 2006 menimbulkan berbagai permasalahan yaitu guru masih berorientasi pada buku teks, tidak mengacu pada dokumen kurikulum. Buku teks dianggap sudah menjabarkan kurikulum. Kondisi ini jelas salah, karena seharusnya guru sendiri yang harus menjabarkan dan mengembangkan kurikulum. Ada suatu kecenderungan pemahaman yang salah bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif. Pada umumnya sarana untuk mendukung pembelajaran IPS masih kurang. (Depdiknas, 2007 : 6-7). 
Berdasarkan identifikasi masalah pembelajaran IPS yang terjadi di Kelas 5 SD Negeri X dari peneliti bersama kolaborator melakukan refleksi selama pembelajaran awal menunjukkan rendahnya kualitas pembelajaran IPS. Hasil refleksi didapatkan permasalahan dalam pembelajaran IPS yaitu siswa kurang berkonsentrasi, siswa tidak merespon pertanyaan dari guru, siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi, siswa mengalami kesulitan dalam penguasaan materi, siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, dan siswa malas mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan. 
Permasalahan tersebut disebabkan karena guru kurang menguasai kelas, pembelajaran lebih berpusat pada guru, guru sudah menggunakan media akan tetapi belum inovatif sehingga siswa lebih cenderung pasif, penggunaan variasi kurang berakibat kegiatan pembelajaran berlangsung monoton, manajemen kelompok dari guru yang kurang baik menyebabkan pembelajaran berlangsung tidak kondusif, pembelajaran kurang efektif karena materi banyak tidak sebanding dengan waktu yang terbatas. 
Rendahnya hasil belajar siswa di Kelas 5 SDN X memperkuat permasalahan pembelajaran IPS, analisis data kuantitatif yang diperoleh bersama kolaborator berupa data dokumen hasil belajar ulangan harian mata pelajaran IPS ditunjukkan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar siswa, sebanyak 57,1% atau 8 siswa dari 14 siswa mendapat nilai dibawah KKM dan 42,9% atau 6 siswa dari 14 siswa telah mendapat nilai diatas KKM. 
Peneliti bersama tim kolaborator berinisiatif menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar untuk mengatasi permasalahan di kelas 5 SD Negeri X pada pembelajaran IPS. 
Turney (1973) (dalam Mulyasa, 2011 : 69) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Selanjutnya, menurut Diedrich (dalam Hamalik, 2009 : 172) menggolongkan aktivitas belajar siswa meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emosional activities. Sedangkan, menurut Hamdani dalam Suprijono (2011 : 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. 
Alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS adalah menggunakan model Quantum Teaching dan Learning dengan media flashcard. Quantum Teaching dan Learning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Kegiatan pembelajaran di kelas dengan model quantum teaching dan learning memaksimalkan interaksi antara guru, siswa, suasana maupun sarana fisik yang ada di dalam kelas untuk melejitkan prestasi belajar (DePorter, 2010 : 34). 
Model Quantum Teaching dan Learning menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan ingin terus belajar (A'la, 2012 : 24). Hal tersebut dapat dicapai sejalan pendapat DePorter (2010 : 35) dengan penerapan konsep "bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa" yang berarti kegiatan ini dilakukan dengan cara mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis siswa. 
Dunia siswa dan guru sangat berbeda karena menurut Piaget (dalam Baharuddin, 2012 : 123) menyatakan bahwa karakteristik siswa kelas 5 berada pada tahap concrete operational, siswa dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. 
Pada dasarnya pelaksanaan komponen rancangan model Quantum Teaching and Learning, dikenal dengan singkatan "TANDUR" yang merupakan kepanjangan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan (DePorter, 2010 : 39). Sehingga dalam pembelajaran IPS menggunakan model Quantum Teaching dan Learning telah dirancang dengan menyenangkan, mengaitkan materi dengan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga dapat menyimpulkan suatu peristiwa lain melalui pembelajaran yang bermakna. 
Komunikasi dalam proses pembelajaran IPS sering terjadi penyimpangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan, dan kurangnya minat siswa. Salah satu usaha untuk mengatasinya dengan menggunakan media secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan fungsi media dalam kegiatan pembelajaran disamping sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi serta mengatur langkah-langkah kemajuan yang akan memberikan umpan balik. 
Model Quantum Teaching dan Learning didukung dengan adanya flashcard sehingga komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran berjalan efektif. Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya seukuran postcard atau sekitar 25x30 cm. Gambar yang ada pada media ini merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan pada bagian belakangnya. dan media ini hanya cocok untuk kelompok kecil yang tidak lebih dari 25 orang. (Sarwono, 2009 : 103). Flashcard menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberi respons yang diinginkan. Gambar garis dapat digunakan pada media flashcard (kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu) (Arsyad, 2010 : 119). Media flashcard pada pembelajaran IPS memberikan pengalaman langsung yang menunjukkan penerapan learning by doing karena pengalaman yang didapatkan siswa memberi dampak langsung terhadap perolehan dan pertumbuhan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap siswa (Sukiman, 2012 : 33). 
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka peneliti dan kolaborator memutuskan melakukan tindakan dengan menerapkan model Quantum Teaching dan Learning dengan media flashcard agar dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar, aktivitas siswa, dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri X. Diharapkan dalam penerapannya siswa secara aktif kreatif, bersosialisasi baik serta dapat dengan mudah memahami materi. 
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DAN LEARNING DENGAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS 5 SD NEGERI X". 

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) 2

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PGSD (2)

contoh judul skripsi pgsd


  • (KODE : PENDPGSD-0052) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0053) : SKRIPSI PGSD PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0054) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PELAKSANAAN JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN PERAN ORANGTUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD KELAS TINGGI DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0055) : SKRIPSI PGSD PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0056) : SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN BELAJAR MANDIRI DI KELAS IV SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0057) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0058) : SKRIPSI PGSD PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0059) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA KELAS IV SUBTEMA SIKAP KEPAHLAWANAN BERBASIS TOKOH WAYANG DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0060) : SKRIPSI PGSD PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH OLEH SISWA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0061) : SKRIPSI PGSD PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0062) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI PADA SISWA KELAS IV DI SD
  • (KODE : PENDPGSD-0063) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0064) : SKRIPSI PGSD MOTIVASI BELAJAR SISWA BERKECERDASAN INTERPERSONAL RENDAH DI KELAS IV B
  • (KODE : PENDPGSD-0065) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0066) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KEMAMPUAN EMPATI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0067) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN POLITIK DI SD X
  • (KODE : PENDPGSD-0068) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN METODE PERMAINAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0069) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0070) : SKRIPSI PGSD HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V
  • (KODE : PENDPGSD-0071) : SKRIPSI PGSD HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0072) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR PECAHAN SISWA KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0073) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0074) : SKRIPSI PGSD INTERAKSI SOSIAL SISWA AUTIS KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0075) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0076) : SKRIPSI PGSD PERAN GURU KELAS DALAM MENANGANI PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS IA DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0077) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0078) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0079) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN CLASSROOM READING PROGRAM TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0080) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0081) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0082) : SKRIPSI PGSD PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA TUGAS KELOMPOK DAN TUGAS INDIVIDU SISWA KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0083) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0084) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MATA PELAJARAN IPS KELAS V POKOK BAHASAN PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAH
  • (KODE : PENDPGSD-0085) : SKRIPSI PGSD TINGKAT KESIAPAN SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KELAS IV B SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0086) : SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0087) : SKRIPSI PGSD PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IIIB SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0088) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PROGRAM BAHASA INGGRIS DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0089) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0090) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN METODE TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0091) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0092) : SKRIPSI PGSD EFEKTIVITAS METODE PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS II SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0093) : SKRIPSI PGSD PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SDN X DAN SDN Y
  • (KODE : PENDPGSD-0094) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0095) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA JELAJAH INDONESIA UNTUK IPS KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0096) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN KIT IPA POKOK BAHASAN CAHAYA UNTUK SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0097) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN PERMAINAN KARTU KUARTET TERHADAP HASIL BELAJAR GEOMETRI BANGUN RUANG KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0098) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0099) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI ANAK KELAS VI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0100) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI SEKOLAH DI KELAS RENDAH SD X
  • (KODE : PENDPGSD-0101) : SKRIPSI PGSD HUBUNGAN PENDIDIKAN MORAL DAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0102) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KARAKTER RELIGIUS DAN PEDULI SOSIAL DI KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0103) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BOARD GAME ULAR TANGGA BERBASIS KERAGAMAN BUDAYA UNTUK KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0104) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN MONTESSORI UNTUK KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0105) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI BUDAYA SEKOLAH BERBASIS KARAKTER DI SD X
  • (KODE : PENDPGSD-0106) : SKRIPSI PGSD ANALISIS KETERAMPILAN PROSES IPA DASAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU PADA SISWA KELAS IV B DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0107) : SKRIPSI PGSD PEMANFAATAN LABORATORIUM BAHASA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS IV SD
  • (KODE : PENDPGSD-0108) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA PAPAN MAGNET SUMBERDAYA ALAM DIY MATA PELAJARAN IPS BAGI SISWA KELAS IV DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0109) : SKRIPSI PGSD PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KELAS DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0110) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA TEMA KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0111) : SKRIPSI PGSD UPAYA GURU MENINGKATKAN MINAT BACA PADA SISWA KELAS III A SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0112) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA IPA KELAS IV BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MATERI MACAM-MACAM GAYA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0113) : SKRIPSI PGSD PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KELAS SDN X

SKRIPSI PGSD PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI KELAS I

(KODE : PENDPGSD-0049) : SKRIPSI PGSD PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI KELAS I

contoh skripsi pgsd kelas 1

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi serta unsur-unsur yang mendasari suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru dengan sabar berusaha mengatur lingkungan belajar supaya dalam mengikuti pembelajaran peserta didik lebih semangat dan percaya diri. Seperangkat teori dan pengalamannya, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. 
Untuk mencapai pembelajaran yang baik dan sistematis, diperlukan seperangkat alat pembelajaran baik berupa model maupun media, alat pembelajaran berfungsi untuk mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar, dengan begitu guru dapat mengeksplorasi kemampuan siswa serta dapat memodifikasi pembelajaran sedemikian rupa sehingga menjadi proses belajar yang aktif dan menyenangkan. Alat pembelajaran mempunyai peran yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai, selain media yang diterapkan oleh guru, model pembelajaran guru akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. 
Menurut La Iru dan La Ode (2012 : 1) secara harfiah pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk belajar. Dalam proses atau upaya menciptakan kondisi belajar mengajar seorang guru mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan pembelajaran agar dapat tercapai secara optimal. Sehingga dibutuhkan sebuah perangkat pembelajaran berupa model pembelajaran yang sesuai dengan materi. keberhasilan suatu pembelajaran bergantung alat pembelajaran seperti model, media, dan situasi pembelajaran, strategi yang dirancang oleh guru. Model pembelajaran merupakan salah satu alat untuk mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal sehingga model pembelajaran pun akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran di kelas. Dengan penerapan model pembelajaran, maka siswa akan tertarik dengan materi yang diberikan guru dan siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar. 
Melalui model pembelajaran guru dapat mengaplikasikan dan dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai acuan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar yang lebih menyenangkan dan menarik. Menurut Huda (2013 : 143), model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan dan aktivitas belajar yang kondusif. 
Tiap model pembelajaran yang dipilih dapat mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas dan macam pandangan hidup, demikian dengan model-model pembelajaran dimaksudkan cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aqib, 2013 : 70). Sehingga berhasil tidaknya pembelajaran yang dilaksanakan bergantung pada guru, siswa serta model yang diterapkan dalam pembelajaran tersebut. Penggunaan model pembelajaran yang tepat artinya untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, tergantung pada lingkungan sekolah dan sumber yang tersedia yang diinginkan yang cocok untuk menangani model mengajar tertentu. Jadi untuk belajar tertentu diperlukan model mengajar tertentu pula. Seorang guru yang kreatif dan inovatif, maka siswa akan berkembang serta penerapan pembelajaran pun haruslah mengikuti kebutuhan siswa. 
Model pembelajaran yang digunakan dalam setiap pembelajaran bertujuan untuk mengatur kegiatan saat pembelajaran, makin menarik model pembelajaran yang digunakan oleh guru, makin menarik pula siswa dalam menerima pembelajaran. Salah satu fungsi penggunaan model pembelajaran yaitu sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran dengan begitu guru menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa, dengan adanya model yang tepat maka pembelajaran akan menyenangkan bagi siswa. Sehingga pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik lebih aktif dan berkarakter, pada hakikatnya berbasis karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, guru menggunakan model pembelajaran yang menarik minat siswa, guru juga perlu menyisipkan pendidikan berbasis karakter yang dapat meningkatkan keterampilan dalam penyampaian materi pembelajaran, salah satunya adalah penyampaian materi pembelajaran dalam keterampilan berbicara. 
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya SD kelas I pembelajaran menceritakan gambar berseri perlu dipelajari siswa untuk mengembangkan keterampilan berbicara. Hal tersebut termuat dalam pembelajaran KTSP pada Standar Kompetensi 6, yakni Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan gambar, percakapan sederhana, dan dongeng, dan Kompetensi Dasar 6.1, menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti. 
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN X, informasi yang diperoleh yaitu pembelajaran keterampilan berbicara belum tercapai, berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini terbukti dari rendahnya kemampuan berbicara siswa yang dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran menceritakan gambar berseri adalah 75, sehingga dapat dikatakan Tuntas atau memenuhi KKM. Dengan metode ceramah nilai yang dicapai siswa adalah 60 sehingga siswa Belum Tuntas atau masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran menceritakan gambar berseri. 
Pada pra siklus untuk nilai rata-ratanya 64,79 dengan persentase ketuntasan 13% dan tidak tuntas 77% dari 34 siswa. Dari data yang diambil pada pembelajaran tematik siklus satu ada 12 siswa yang dapat dikatakan Tuntas dengan persentase 58%, dan yang tidak tuntas ada 22 siswa dengan persentase 42%. Pada pembelajaran tematik siklus dua ada 25 siswa yang dapat dikatakan tuntas, dengan persentase 73%, dan yang tidak tuntas ada 9 siswa dengan persentase 27%. Dari data tersebut, ada perbedaan dalam pembelajaran tematik siklus satu dan siklus dua. Banyak siswa yang memperoleh nilai tuntas pada siklus dua, daripada pembelajaran tematik siklus satu. 
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu karena pemilihan model yang kurang tepat sehingga pembelajaran tidak berjalan secara kondusif. Melihat kondisi demikian maka perlu diterapkan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model inovatif dalam pembelajaran adalah picture and picture. 
Model picture and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. 
Kegiatan berbicara cocok untuk pembelajaran menceritakan gambar berseri pada siswa kelas I SD karena pada taraf ini siswa banyak mengalami dan mengamati hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Gambar yang akan diurutkan siswa berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dan siswa sudah bisa merespon lingkungannya, membayangkan dalam pikirannya kemudian dapat menceritakan dengan bahasanya sendiri. 
Picture and picture bisa diterapkan dalam keterampilan berbicara, khususnya pembelajaran menceritakan gambar berseri. Menceritakan gambar berseri menggunakan model picture and picture dilakukan guru dengan menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyajian materi, siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru. Dengan menggunakan gambar guru akan menghemat energi guru dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasi gambar atau mengganti gambar atau demonstrasi yang kegiatan tertentu. 
Model picture and picture dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, karena model ini sesuai dengan pembelajaran menceritakan gambar berseri yang menyajikan peristiwa-peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengalaman yang dialami oleh siswa, siswa akan mudah menceritakan gambar yang disajikan guru, sehingga akan membantu siswa menyampaikan cerita secara runtut dan benar. 
Dari permasalahan itulah, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian "PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS I SDN X". 

SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0048) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V

contoh skripsi pgsd kurikulum 2013 kelas 5

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengalami perkembangan terus-menerus seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan pendidikan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah perkembangan kebutuhan masyarakat baik masyarakat lokal maupun masyarakat global dan perkembangan ilmu mengenai pendidikan itu sendiri. Perubahan kebutuhan masyarakat merupakan dampak dari perkembangan peradaban manusia, tidak bisa dipungkiri kehidupan sosial dan teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan saat ini. Selain hal tersebut, tokoh-tokoh dan juga pakar pendidikan juga mempunyai andil yang besar dalam perkembangan dunia pendidikan, inovasi-inovasi pendidikan semakin berkembang pesat dan memperkaya kazanah keilmuan dalam dunia pendidikan. Perkembangan-perkembangan tersebut yang akhirnya mempengaruhi arah atau tujuan yang ingin dicapai dari suatu pendidikan. 
Pada hakikatnya tujuan dari pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Arti penting dari diselenggarakannya pendidikan itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas manusia agar lebih baik dalam segala aspek kehidupan. 
Di Indonesia pendidikan diselenggarakan untuk mewujudkan salah satu tujuan dari negara ini yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah sejak zaman pasca kemerdekaan sampai dengan pemerintahan saat ini mencoba untuk mewujudkan hal tersebut dengan terus menerus memperbaiki dan meningkatkan proses dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan selalu mengembangkan dan memperbaiki kurikulum pendidikan. Seperti yang kita ketahui kurikulum merupakan acuan dasar dalam penyelenggaraan pendidikan oleh sebab itu kurikulum mempunyai peran besar dalam tercapai atau tidaknya suatu tujuan pendidikan. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan penyelenggara negara berperan besar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu kebijakan yang saat ini menjadi isu hangat adalah diterapkannya kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini merupakan perkembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Terdapat beberapa perbedaan dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 merupakan kurikulum dengan berbasis kompetensi dan karakter khususnya untuk sekolah dasar. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan menekankan pada pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Perbedaan lain yang nampak adalah sistem integrasi pada semua mapel menggunakan tema serta sistem penilaian yang digunakan yaitu penilaian autentik. Sistem tematik integratif pada KTSP hanya dilaksanakan untuk kelas I, II, dan III dan dalam kurikulum terbaru ini sistem ini digunakan untuk semua kelas yaitu kelas I-VI. 
Proses pembelajaran menjadi bagian terpenting pembaharuan dalam Kurikulum 2013, yaitu proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pemeran utama dan harus aktif. Pembelajaran yang aktif serta berbasis kompetensi dan karakter diharapkan siswa tidak perlu menghafal lagi dalam menguasai kompetensi yang diharapkan tapi kompetensi tersebut akan dikuasai melalui pengalaman langsung saat pembelajaran. 
Selain menekankan pada proses pembelajaran, proses penilaian juga menjadi titik berat dalam kurikulum ini. Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Penilaian autentik diharapkan mampu menggambarkan secara utuh mengenai kondisi peserta didik yang sesungguhnya dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Menurut Wiggins dalam Abdul Majid (2014 : 73), berpendapat bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan dan Iain-lain dianggap telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Melihat kekurangan tersebut, dalam kurikulum ini mengadopsi penilaian autentik agar diperoleh gambaran kondisi peserta didik yang sebenarnya untuk digunakan sebagai refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan maupun sebagai sarana pertanggungjawaban kepada pihak intern serta ekstern sekolah. 
Penilaian autentik dilaksanakan selama proses pembelajaran untuk melihat ketercapaian kompetensi siswa, tidak hanya pada aspek pengetahuan saja namun juga pada aspek sikap dan keterampilan, oleh karena itu dalam pelaksanaan penilaian autentik pendidik dituntut untuk cermat, teliti, serta objektif sehingga nilai yang dihasilkan menggunakan penilaian autentik ini benar-benar representatif dan autentik menggambarkan keadaan siswa yang sebenarnya. Hasil penilaian yang baik akan memudahkan berbagai pihak baik pihak intern maupun ekstern sekolah untuk mengadakan kegiatan refleksi dan evaluasi sehingga kualitas pendidikan akan semakin meningkat dengan kualitas penilaian tersebut. 
Pelaksanaan penilaian autentik di sekolah dasar tidak lepas dari peran penting guru itu sendiri. Dalam penilaian autentik guru memiliki peran sebagai pengembang atau perencana instrumen penilaian dan evaluasi sekaligus sebagai pelaksana. Kemampuan menilai dan mengevaluasi merupakan salah satu bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh guru. 
Pelaksanaan penilaian autentik ditemukan beberapa permasalahan berkaitan dalam pengimplementasian nya khususnya di sekolah dasar. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Z guru kelas IV di SD X yang juga sudah menerapkan Kurikulum 2013, beliau menjelaskan beberapa permasalahan yang dialami saat melaksanakan penilaian autentik yaitu yang pertama adalah dalam penilaian autentik terlalu banyak komponen-komponen (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang harus diperhatikan secara bersamaan sehingga menyulitkan guru, selanjutnya yang kedua adalah penilaian sikap yang menuntut pengamatan secara detail dengan jumlah siswa yang banyak sehingga guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan penilaian. Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan informasi bahwa penilaian autentik menjadi kesulitan tersendiri bagi guru-guru dalam penerapannya. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Sekolah SD X Bapak J dalam wawancara yang menyatakan salah satu kesulitan di dalam penerapan kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. 
SDN X merupakan salah satu sekolah dasar yang menerapkan kurikulum 2013 ini, namun berbeda dengan sekolah dasar lain yang baru menerapkannya pada kelas I dan kelas IV, SDN X sudah melaksanakannya di semua kelas sejak tahun 2013 dan dijadikan sebagai SD percontohan untuk penerapan Kurikulum 2013. Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SDN X didukung dengan adanya guru yang ahli dan profesional hal tersebut terbukti dengan adanya guru yang menjadi instruktur untuk Kurikulum 2013. Kelas VB SDN X merupakan kelas yang diampu oleh guru yang menjadi instruktur nasional untuk Kurikulum 2013 sehingga secara formal pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya dalam penilaian autentik di kelas tersebut sangat terbantu oleh kualitas tenaga pendidiknya. 
Mengingat akan pentingnya permasalahan tersebut dan melihat potensi yang ada maka perlu dilakukan kajian dengan melakukan penelitian dengan judul "IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V SDN X".