Search This Blog

Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts
Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0051) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V

contoh skripsi pgsd kelas 5

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdapat sejumlah pasal yang berkaitan dengan KTSP, pasal 1 ayat (19) menjelaskan definisi operasional kurikulum. Menurut pasal 1 ayat (19), "Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. "Definisi tersebut menegaskan bahwa kurikulum dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pembelajaran. Bukan buku teks yang sebenarnya lebih berperan sebagai salah satu sumber pembelajaran. 
Perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari adanya perubahan yang ada di dalamnya seperti kualitas guru, kurikulum, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, sumber belajar, metode pembelajaran, metode pembelajaran. Sebagai dampaknya adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran. 
Belajar dan pembelajaran memiliki konsep yang berbeda namun saling berkaitan. Belajar dapat di artikan sebagai proses perubahan tingkah laku manusia. Sebagaimana diungkapkan oleh Bell-Gredle (1986 : 1) dalam buku Teori Belajar dan Pembelajaran hal (15) " Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh kemampuan, ketrampilan, dan sikap tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat". Belajar merupakan proses tindakan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan yang keadaan berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya dan juga belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting dalam kehidupan masyarakat tradisional dan modern. 
Belajar dimulai dengan adanya dorongan semangat yang dalam diri seseorang yang akan menimbulkan adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa. Kegiatan belajar yang akan di lakukan menyesuaikan tingkah laku seseorang dalam upaya meningkatkan kemampuan berfikir pada diri seseorang. Dalam hal ini belajar perilaku mengembangkan diri melalui penyesuaian tingkah laku. 
Sedangkan pembelajaran berkaitan dengan komunikasi timbal balik siswa dengan guru. Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara terencana melalui desain agar siswa dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan (Dimyati dan Mudjiono). Proses pembelajaran yang baik ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara stimulus dan respon dengan baik. 
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses pembelajaran harus dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang dapat memacu peserta didik untuk berfikir kreatif dan aktif. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. 
Keterkaitan antara dua konsep ini yaitu upaya guru merencanakan kegiatan belajar untuk siswa dengan memfasilitasi agar siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri siswa. Perubahan tersebut mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Muhammad Rohman (2013 : 68) perubahan yang terjadi memiliki karakteristik : (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan perbuatan. 
Menuju pada karakteristik tersebut, aktivitas belajar siswa merupakan suatu kegiatan yang menjadi ciri berlangsungnya suatu pembelajaran. Aktifitas ini tentunya melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Aktivitas yang mudah teramati dalam pembelajaran adalah aktivitas fisik berupa gerak motorik siswa seperti memperagakan sesuatu atau memperagakan suatu model. Aktivitas lain yang juga perlu mendapat perhatian yaitu aktivitas mental siswa. Aktivitas mental ini juga dikatakan sebagai proses berfikir siswa berupa mengingat, menalar, dan menganalisis suatu materi pembelajaran. Meskipun tidak dapat diamati oleh indera, namun aktivitas mental ini menjadi ciri bagi siswa memahami materi pembelajaran belum. 
Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk memadukan aktifitas fisik dan mental mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan perlu adanya suatu perangkat pembelajaran yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran tersebut. Salah satu perangkat pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa atau disebut dengan LKS. 
Lembar kerja Siswa merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran (Hidayah dan Sugiarto, 2006 : 8). Secara umum LKS adalah perangkat pembelajaran sebagai perlengkapan sarana pendukung Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
"Lembar Kerja Siswa juga merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang menunjang kepada pencapaian indikator melalui berbuat dan berfikir sehingga siswa memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor". 
Sementara itu, menurut (Lestari, 2006 : 16) LKS dirancang oleh guru sendiri sesuai dengan produk bahasan dan tujuan pembelajarannya. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan sebagai tahap pemahaman konsep, karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam pembelajaran. LKS dimanfaatkan untuk mempelajari pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari sebelumnya yaitu penanaman konsep. 
Lembar kerja siswa mempunyai kriteria kualitas, Menurut Hendro Darodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1992) penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. LKS juga berperan membantu guru dalam mengarahkan siswa menemukan jawaban melalui aktivitas sendiri. Dengan adanya LKS diharapkan siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menuangkan ide-ide kreatifnya baik secara perorangan maupun kelompok mampu berfikir kritis dan menjalin kerjasama yang baik dengan anggota kelompok. 
Kondisi ideal yang diharapkan tersebut ternyata masih belum tercapai. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan penelitian di SDN X. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru kelas V di sekolah SDN X ternyata sebagian besar guru di SDN X hanya menggunakan LKS yang sudah disediakan pada buku teks sebagai bahan kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Padahal LKS tersebut sebenarnya bukanlah LKS yang benar-benar secara maksimal membantu siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif menuangkan ide-idenya serta memadukan aktivitas fisik dan mental mereka dalam proses pembelajaran, karena hanya menyajikan soal-soal latihan untuk menjawab oleh siswa secara tertulis saja. Masih sangat minim LKS yang secara kreatif dirancang oleh masing-masing guru dengan tujuan untuk mengkolaborasikan aktivitas fisik dan mental siswa dalam proses pembelajaran. Masih banyak yang mengeluhkan bahwa LKS hanya berisi latihan soal-soal untuk dikerjakan pada jam pembelajaran kosong atau sebagai pengganti jika guru berhalangan hadir dan untuk tugas rumah yang harus di kerjakan di rumah. Namun seharusnya LKS lebih tepatnya untuk soal evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dan seberapa siswa memahami pembelajaran yang ditangkap. Dari permasalahan ini di temukan bahwa siswa jadi kurang aktif selama mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, proses pembelajaran terkesan membosankan bagi peserta didik dan menjadikan keberhasilan pembelajaran menjadi rendah. 
Lembar Kerja Siswa berupa LKS yang didalamnya berisi rangkaian kegiatan dan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan juga aktivitas siswa berdasarkan model inkuiri terbimbing sehingga dapat mencapai kompetensi yang di harapkan. Penelitian ini diberi judul "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V".

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SUBTEMA HUBUNGAN MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0050) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SUBTEMA HUBUNGAN MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS V

contoh skripsi pgsd kelas 5

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2011 : 65). 
Salah satu sarana yang dipakai untuk memfasilitasi pendidikan di Indonesia adalah sekolah. Setiap sekolah memiliki tujuan institusional yang harus dicapai oleh semua lembaga pendidikan sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 menjelaskan bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Sanjaya, 2011 : 66). 
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 37 ayat 1 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : a. pendidikan agama; b. pendidikan kewarganegaraan; c. bahasa; d. matematika; e. ilmu pengetahuan alam; f. ilmu pengetahuan sosial; g. seni dan budaya; h. pendidikan jasmani dan olahraga; i. keterampilan/kejuruan; j. muatan lokal (Sanjaya, 2011 : 136). 
Salah satu implementasi pendidikan tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah pada mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS diajarkan secara terpadu yang memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Mata pelajaran IPS mengarahkan siswa untuk dapat menjadi warga negara indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Lom, 2006 : 575). 
Mata pelajaran IPS pada standar isi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2007 : 575) memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan : a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan; b. berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. manusia, tempat, dan lingkungan; b. waktu, keberlanjutan, dan perubahan; c. sistem sosial dan budaya; dan d. perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat dari Standar Isi (SI) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, yang diturunkan dari Standar Kelulusan sebagai rujukan pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan sesuai karakter siswa dan kebutuhan daerah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. (Sanjaya, 2011 : 127) 
Kenyataan di lapangan masih banyak permasalahan dikemukakan Depdiknas mengenai standar isi mata pelajaran IPS yaitu pada pelaksanaan KTSP yang diberlakukan sejak tahun 2006 menimbulkan berbagai permasalahan yaitu guru masih berorientasi pada buku teks, tidak mengacu pada dokumen kurikulum. Buku teks dianggap sudah menjabarkan kurikulum. Kondisi ini jelas salah, karena seharusnya guru sendiri yang harus menjabarkan dan mengembangkan kurikulum. Ada suatu kecenderungan pemahaman yang salah bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif. Pada umumnya sarana untuk mendukung pembelajaran IPS masih kurang. (Depdiknas, 2007 : 6-7). 
Berdasarkan identifikasi masalah pembelajaran IPS yang terjadi di Kelas 5 SD Negeri X dari peneliti bersama kolaborator melakukan refleksi selama pembelajaran awal menunjukkan rendahnya kualitas pembelajaran IPS. Hasil refleksi didapatkan permasalahan dalam pembelajaran IPS yaitu siswa kurang berkonsentrasi, siswa tidak merespon pertanyaan dari guru, siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi, siswa mengalami kesulitan dalam penguasaan materi, siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, dan siswa malas mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan. 
Permasalahan tersebut disebabkan karena guru kurang menguasai kelas, pembelajaran lebih berpusat pada guru, guru sudah menggunakan media akan tetapi belum inovatif sehingga siswa lebih cenderung pasif, penggunaan variasi kurang berakibat kegiatan pembelajaran berlangsung monoton, manajemen kelompok dari guru yang kurang baik menyebabkan pembelajaran berlangsung tidak kondusif, pembelajaran kurang efektif karena materi banyak tidak sebanding dengan waktu yang terbatas. 
Rendahnya hasil belajar siswa di Kelas 5 SDN X memperkuat permasalahan pembelajaran IPS, analisis data kuantitatif yang diperoleh bersama kolaborator berupa data dokumen hasil belajar ulangan harian mata pelajaran IPS ditunjukkan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar siswa, sebanyak 57,1% atau 8 siswa dari 14 siswa mendapat nilai dibawah KKM dan 42,9% atau 6 siswa dari 14 siswa telah mendapat nilai diatas KKM. 
Peneliti bersama tim kolaborator berinisiatif menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar untuk mengatasi permasalahan di kelas 5 SD Negeri X pada pembelajaran IPS. 
Turney (1973) (dalam Mulyasa, 2011 : 69) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Selanjutnya, menurut Diedrich (dalam Hamalik, 2009 : 172) menggolongkan aktivitas belajar siswa meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emosional activities. Sedangkan, menurut Hamdani dalam Suprijono (2011 : 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. 
Alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS adalah menggunakan model Quantum Teaching dan Learning dengan media flashcard. Quantum Teaching dan Learning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Kegiatan pembelajaran di kelas dengan model quantum teaching dan learning memaksimalkan interaksi antara guru, siswa, suasana maupun sarana fisik yang ada di dalam kelas untuk melejitkan prestasi belajar (DePorter, 2010 : 34). 
Model Quantum Teaching dan Learning menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan ingin terus belajar (A'la, 2012 : 24). Hal tersebut dapat dicapai sejalan pendapat DePorter (2010 : 35) dengan penerapan konsep "bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa" yang berarti kegiatan ini dilakukan dengan cara mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis siswa. 
Dunia siswa dan guru sangat berbeda karena menurut Piaget (dalam Baharuddin, 2012 : 123) menyatakan bahwa karakteristik siswa kelas 5 berada pada tahap concrete operational, siswa dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. 
Pada dasarnya pelaksanaan komponen rancangan model Quantum Teaching and Learning, dikenal dengan singkatan "TANDUR" yang merupakan kepanjangan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan (DePorter, 2010 : 39). Sehingga dalam pembelajaran IPS menggunakan model Quantum Teaching dan Learning telah dirancang dengan menyenangkan, mengaitkan materi dengan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga dapat menyimpulkan suatu peristiwa lain melalui pembelajaran yang bermakna. 
Komunikasi dalam proses pembelajaran IPS sering terjadi penyimpangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan, dan kurangnya minat siswa. Salah satu usaha untuk mengatasinya dengan menggunakan media secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan fungsi media dalam kegiatan pembelajaran disamping sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi serta mengatur langkah-langkah kemajuan yang akan memberikan umpan balik. 
Model Quantum Teaching dan Learning didukung dengan adanya flashcard sehingga komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran berjalan efektif. Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya seukuran postcard atau sekitar 25x30 cm. Gambar yang ada pada media ini merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan pada bagian belakangnya. dan media ini hanya cocok untuk kelompok kecil yang tidak lebih dari 25 orang. (Sarwono, 2009 : 103). Flashcard menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberi respons yang diinginkan. Gambar garis dapat digunakan pada media flashcard (kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu) (Arsyad, 2010 : 119). Media flashcard pada pembelajaran IPS memberikan pengalaman langsung yang menunjukkan penerapan learning by doing karena pengalaman yang didapatkan siswa memberi dampak langsung terhadap perolehan dan pertumbuhan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap siswa (Sukiman, 2012 : 33). 
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka peneliti dan kolaborator memutuskan melakukan tindakan dengan menerapkan model Quantum Teaching dan Learning dengan media flashcard agar dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar, aktivitas siswa, dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD Negeri X. Diharapkan dalam penerapannya siswa secara aktif kreatif, bersosialisasi baik serta dapat dengan mudah memahami materi. 
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DAN LEARNING DENGAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS 5 SD NEGERI X". 

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) 2

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PGSD (2)

contoh judul skripsi pgsd


  • (KODE : PENDPGSD-0052) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0053) : SKRIPSI PGSD PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0054) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PELAKSANAAN JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN PERAN ORANGTUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD KELAS TINGGI DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0055) : SKRIPSI PGSD PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0056) : SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN BELAJAR MANDIRI DI KELAS IV SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0057) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0058) : SKRIPSI PGSD PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS RENDAH SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0059) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA KELAS IV SUBTEMA SIKAP KEPAHLAWANAN BERBASIS TOKOH WAYANG DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0060) : SKRIPSI PGSD PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH OLEH SISWA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0061) : SKRIPSI PGSD PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0062) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI PADA SISWA KELAS IV DI SD
  • (KODE : PENDPGSD-0063) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0064) : SKRIPSI PGSD MOTIVASI BELAJAR SISWA BERKECERDASAN INTERPERSONAL RENDAH DI KELAS IV B
  • (KODE : PENDPGSD-0065) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0066) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KEMAMPUAN EMPATI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0067) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN POLITIK DI SD X
  • (KODE : PENDPGSD-0068) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN METODE PERMAINAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0069) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0070) : SKRIPSI PGSD HUBUNGAN RASA PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V
  • (KODE : PENDPGSD-0071) : SKRIPSI PGSD HUBUNGAN MINAT DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0072) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR PECAHAN SISWA KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0073) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0074) : SKRIPSI PGSD INTERAKSI SOSIAL SISWA AUTIS KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0075) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0076) : SKRIPSI PGSD PERAN GURU KELAS DALAM MENANGANI PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS IA DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0077) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0078) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0079) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN CLASSROOM READING PROGRAM TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD
  • (KODE : PENDPGSD-0080) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0081) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0082) : SKRIPSI PGSD PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA TUGAS KELOMPOK DAN TUGAS INDIVIDU SISWA KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0083) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0084) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MATA PELAJARAN IPS KELAS V POKOK BAHASAN PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAH
  • (KODE : PENDPGSD-0085) : SKRIPSI PGSD TINGKAT KESIAPAN SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI KELAS IV B SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0086) : SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0087) : SKRIPSI PGSD PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IIIB SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0088) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PROGRAM BAHASA INGGRIS DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0089) : SKRIPSI PGSD PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SDIT
  • (KODE : PENDPGSD-0090) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN METODE TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0091) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0092) : SKRIPSI PGSD EFEKTIVITAS METODE PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS II SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0093) : SKRIPSI PGSD PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SDN X DAN SDN Y
  • (KODE : PENDPGSD-0094) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0095) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA JELAJAH INDONESIA UNTUK IPS KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0096) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN KIT IPA POKOK BAHASAN CAHAYA UNTUK SISWA KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0097) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENGGUNAAN PERMAINAN KARTU KUARTET TERHADAP HASIL BELAJAR GEOMETRI BANGUN RUANG KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0098) : SKRIPSI PGSD PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0099) : SKRIPSI PGSD PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI ANAK KELAS VI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0100) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI SEKOLAH DI KELAS RENDAH SD X
  • (KODE : PENDPGSD-0101) : SKRIPSI PGSD HUBUNGAN PENDIDIKAN MORAL DAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0102) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KARAKTER RELIGIUS DAN PEDULI SOSIAL DI KELAS IV SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0103) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BOARD GAME ULAR TANGGA BERBASIS KERAGAMAN BUDAYA UNTUK KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0104) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN MONTESSORI UNTUK KELAS V SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0105) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI BUDAYA SEKOLAH BERBASIS KARAKTER DI SD X
  • (KODE : PENDPGSD-0106) : SKRIPSI PGSD ANALISIS KETERAMPILAN PROSES IPA DASAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK-TERPADU PADA SISWA KELAS IV B DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0107) : SKRIPSI PGSD PEMANFAATAN LABORATORIUM BAHASA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS IV SD
  • (KODE : PENDPGSD-0108) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MEDIA PAPAN MAGNET SUMBERDAYA ALAM DIY MATA PELAJARAN IPS BAGI SISWA KELAS IV DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0109) : SKRIPSI PGSD PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KELAS DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0110) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CETAK BERBASIS KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA TEMA KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK KELAS III SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0111) : SKRIPSI PGSD UPAYA GURU MENINGKATKAN MINAT BACA PADA SISWA KELAS III A SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0112) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA IPA KELAS IV BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY MATERI MACAM-MACAM GAYA DI SDN X
  • (KODE : PENDPGSD-0113) : SKRIPSI PGSD PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KELAS SDN X

SKRIPSI PGSD PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI KELAS I

(KODE : PENDPGSD-0049) : SKRIPSI PGSD PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI KELAS I

contoh skripsi pgsd kelas 1

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi serta unsur-unsur yang mendasari suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru dengan sabar berusaha mengatur lingkungan belajar supaya dalam mengikuti pembelajaran peserta didik lebih semangat dan percaya diri. Seperangkat teori dan pengalamannya, guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. 
Untuk mencapai pembelajaran yang baik dan sistematis, diperlukan seperangkat alat pembelajaran baik berupa model maupun media, alat pembelajaran berfungsi untuk mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar, dengan begitu guru dapat mengeksplorasi kemampuan siswa serta dapat memodifikasi pembelajaran sedemikian rupa sehingga menjadi proses belajar yang aktif dan menyenangkan. Alat pembelajaran mempunyai peran yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai, selain media yang diterapkan oleh guru, model pembelajaran guru akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. 
Menurut La Iru dan La Ode (2012 : 1) secara harfiah pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk belajar. Dalam proses atau upaya menciptakan kondisi belajar mengajar seorang guru mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan pembelajaran agar dapat tercapai secara optimal. Sehingga dibutuhkan sebuah perangkat pembelajaran berupa model pembelajaran yang sesuai dengan materi. keberhasilan suatu pembelajaran bergantung alat pembelajaran seperti model, media, dan situasi pembelajaran, strategi yang dirancang oleh guru. Model pembelajaran merupakan salah satu alat untuk mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal sehingga model pembelajaran pun akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran di kelas. Dengan penerapan model pembelajaran, maka siswa akan tertarik dengan materi yang diberikan guru dan siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar. 
Melalui model pembelajaran guru dapat mengaplikasikan dan dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai acuan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar yang lebih menyenangkan dan menarik. Menurut Huda (2013 : 143), model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan dan aktivitas belajar yang kondusif. 
Tiap model pembelajaran yang dipilih dapat mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas dan macam pandangan hidup, demikian dengan model-model pembelajaran dimaksudkan cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aqib, 2013 : 70). Sehingga berhasil tidaknya pembelajaran yang dilaksanakan bergantung pada guru, siswa serta model yang diterapkan dalam pembelajaran tersebut. Penggunaan model pembelajaran yang tepat artinya untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, tergantung pada lingkungan sekolah dan sumber yang tersedia yang diinginkan yang cocok untuk menangani model mengajar tertentu. Jadi untuk belajar tertentu diperlukan model mengajar tertentu pula. Seorang guru yang kreatif dan inovatif, maka siswa akan berkembang serta penerapan pembelajaran pun haruslah mengikuti kebutuhan siswa. 
Model pembelajaran yang digunakan dalam setiap pembelajaran bertujuan untuk mengatur kegiatan saat pembelajaran, makin menarik model pembelajaran yang digunakan oleh guru, makin menarik pula siswa dalam menerima pembelajaran. Salah satu fungsi penggunaan model pembelajaran yaitu sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran dengan begitu guru menggunakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa, dengan adanya model yang tepat maka pembelajaran akan menyenangkan bagi siswa. Sehingga pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik lebih aktif dan berkarakter, pada hakikatnya berbasis karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, guru menggunakan model pembelajaran yang menarik minat siswa, guru juga perlu menyisipkan pendidikan berbasis karakter yang dapat meningkatkan keterampilan dalam penyampaian materi pembelajaran, salah satunya adalah penyampaian materi pembelajaran dalam keterampilan berbicara. 
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya SD kelas I pembelajaran menceritakan gambar berseri perlu dipelajari siswa untuk mengembangkan keterampilan berbicara. Hal tersebut termuat dalam pembelajaran KTSP pada Standar Kompetensi 6, yakni Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan gambar, percakapan sederhana, dan dongeng, dan Kompetensi Dasar 6.1, menjelaskan isi gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti. 
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN X, informasi yang diperoleh yaitu pembelajaran keterampilan berbicara belum tercapai, berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini terbukti dari rendahnya kemampuan berbicara siswa yang dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran menceritakan gambar berseri adalah 75, sehingga dapat dikatakan Tuntas atau memenuhi KKM. Dengan metode ceramah nilai yang dicapai siswa adalah 60 sehingga siswa Belum Tuntas atau masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran menceritakan gambar berseri. 
Pada pra siklus untuk nilai rata-ratanya 64,79 dengan persentase ketuntasan 13% dan tidak tuntas 77% dari 34 siswa. Dari data yang diambil pada pembelajaran tematik siklus satu ada 12 siswa yang dapat dikatakan Tuntas dengan persentase 58%, dan yang tidak tuntas ada 22 siswa dengan persentase 42%. Pada pembelajaran tematik siklus dua ada 25 siswa yang dapat dikatakan tuntas, dengan persentase 73%, dan yang tidak tuntas ada 9 siswa dengan persentase 27%. Dari data tersebut, ada perbedaan dalam pembelajaran tematik siklus satu dan siklus dua. Banyak siswa yang memperoleh nilai tuntas pada siklus dua, daripada pembelajaran tematik siklus satu. 
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu karena pemilihan model yang kurang tepat sehingga pembelajaran tidak berjalan secara kondusif. Melihat kondisi demikian maka perlu diterapkan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model inovatif dalam pembelajaran adalah picture and picture. 
Model picture and picture merupakan sebuah model dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. 
Kegiatan berbicara cocok untuk pembelajaran menceritakan gambar berseri pada siswa kelas I SD karena pada taraf ini siswa banyak mengalami dan mengamati hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Gambar yang akan diurutkan siswa berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dan siswa sudah bisa merespon lingkungannya, membayangkan dalam pikirannya kemudian dapat menceritakan dengan bahasanya sendiri. 
Picture and picture bisa diterapkan dalam keterampilan berbicara, khususnya pembelajaran menceritakan gambar berseri. Menceritakan gambar berseri menggunakan model picture and picture dilakukan guru dengan menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyajian materi, siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru. Dengan menggunakan gambar guru akan menghemat energi guru dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasi gambar atau mengganti gambar atau demonstrasi yang kegiatan tertentu. 
Model picture and picture dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, karena model ini sesuai dengan pembelajaran menceritakan gambar berseri yang menyajikan peristiwa-peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengalaman yang dialami oleh siswa, siswa akan mudah menceritakan gambar yang disajikan guru, sehingga akan membantu siswa menyampaikan cerita secara runtut dan benar. 
Dari permasalahan itulah, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian "PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS I SDN X". 

SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0048) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V

contoh skripsi pgsd kurikulum 2013 kelas 5

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengalami perkembangan terus-menerus seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan pendidikan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah perkembangan kebutuhan masyarakat baik masyarakat lokal maupun masyarakat global dan perkembangan ilmu mengenai pendidikan itu sendiri. Perubahan kebutuhan masyarakat merupakan dampak dari perkembangan peradaban manusia, tidak bisa dipungkiri kehidupan sosial dan teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan saat ini. Selain hal tersebut, tokoh-tokoh dan juga pakar pendidikan juga mempunyai andil yang besar dalam perkembangan dunia pendidikan, inovasi-inovasi pendidikan semakin berkembang pesat dan memperkaya kazanah keilmuan dalam dunia pendidikan. Perkembangan-perkembangan tersebut yang akhirnya mempengaruhi arah atau tujuan yang ingin dicapai dari suatu pendidikan. 
Pada hakikatnya tujuan dari pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Arti penting dari diselenggarakannya pendidikan itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas manusia agar lebih baik dalam segala aspek kehidupan. 
Di Indonesia pendidikan diselenggarakan untuk mewujudkan salah satu tujuan dari negara ini yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah sejak zaman pasca kemerdekaan sampai dengan pemerintahan saat ini mencoba untuk mewujudkan hal tersebut dengan terus menerus memperbaiki dan meningkatkan proses dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan selalu mengembangkan dan memperbaiki kurikulum pendidikan. Seperti yang kita ketahui kurikulum merupakan acuan dasar dalam penyelenggaraan pendidikan oleh sebab itu kurikulum mempunyai peran besar dalam tercapai atau tidaknya suatu tujuan pendidikan. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan penyelenggara negara berperan besar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu kebijakan yang saat ini menjadi isu hangat adalah diterapkannya kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini merupakan perkembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Terdapat beberapa perbedaan dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 merupakan kurikulum dengan berbasis kompetensi dan karakter khususnya untuk sekolah dasar. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi dan menekankan pada pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Perbedaan lain yang nampak adalah sistem integrasi pada semua mapel menggunakan tema serta sistem penilaian yang digunakan yaitu penilaian autentik. Sistem tematik integratif pada KTSP hanya dilaksanakan untuk kelas I, II, dan III dan dalam kurikulum terbaru ini sistem ini digunakan untuk semua kelas yaitu kelas I-VI. 
Proses pembelajaran menjadi bagian terpenting pembaharuan dalam Kurikulum 2013, yaitu proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pemeran utama dan harus aktif. Pembelajaran yang aktif serta berbasis kompetensi dan karakter diharapkan siswa tidak perlu menghafal lagi dalam menguasai kompetensi yang diharapkan tapi kompetensi tersebut akan dikuasai melalui pengalaman langsung saat pembelajaran. 
Selain menekankan pada proses pembelajaran, proses penilaian juga menjadi titik berat dalam kurikulum ini. Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Penilaian autentik diharapkan mampu menggambarkan secara utuh mengenai kondisi peserta didik yang sesungguhnya dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Menurut Wiggins dalam Abdul Majid (2014 : 73), berpendapat bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan dan Iain-lain dianggap telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Melihat kekurangan tersebut, dalam kurikulum ini mengadopsi penilaian autentik agar diperoleh gambaran kondisi peserta didik yang sebenarnya untuk digunakan sebagai refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan maupun sebagai sarana pertanggungjawaban kepada pihak intern serta ekstern sekolah. 
Penilaian autentik dilaksanakan selama proses pembelajaran untuk melihat ketercapaian kompetensi siswa, tidak hanya pada aspek pengetahuan saja namun juga pada aspek sikap dan keterampilan, oleh karena itu dalam pelaksanaan penilaian autentik pendidik dituntut untuk cermat, teliti, serta objektif sehingga nilai yang dihasilkan menggunakan penilaian autentik ini benar-benar representatif dan autentik menggambarkan keadaan siswa yang sebenarnya. Hasil penilaian yang baik akan memudahkan berbagai pihak baik pihak intern maupun ekstern sekolah untuk mengadakan kegiatan refleksi dan evaluasi sehingga kualitas pendidikan akan semakin meningkat dengan kualitas penilaian tersebut. 
Pelaksanaan penilaian autentik di sekolah dasar tidak lepas dari peran penting guru itu sendiri. Dalam penilaian autentik guru memiliki peran sebagai pengembang atau perencana instrumen penilaian dan evaluasi sekaligus sebagai pelaksana. Kemampuan menilai dan mengevaluasi merupakan salah satu bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh guru. 
Pelaksanaan penilaian autentik ditemukan beberapa permasalahan berkaitan dalam pengimplementasian nya khususnya di sekolah dasar. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Z guru kelas IV di SD X yang juga sudah menerapkan Kurikulum 2013, beliau menjelaskan beberapa permasalahan yang dialami saat melaksanakan penilaian autentik yaitu yang pertama adalah dalam penilaian autentik terlalu banyak komponen-komponen (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang harus diperhatikan secara bersamaan sehingga menyulitkan guru, selanjutnya yang kedua adalah penilaian sikap yang menuntut pengamatan secara detail dengan jumlah siswa yang banyak sehingga guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan penilaian. Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan informasi bahwa penilaian autentik menjadi kesulitan tersendiri bagi guru-guru dalam penerapannya. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Sekolah SD X Bapak J dalam wawancara yang menyatakan salah satu kesulitan di dalam penerapan kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. 
SDN X merupakan salah satu sekolah dasar yang menerapkan kurikulum 2013 ini, namun berbeda dengan sekolah dasar lain yang baru menerapkannya pada kelas I dan kelas IV, SDN X sudah melaksanakannya di semua kelas sejak tahun 2013 dan dijadikan sebagai SD percontohan untuk penerapan Kurikulum 2013. Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SDN X didukung dengan adanya guru yang ahli dan profesional hal tersebut terbukti dengan adanya guru yang menjadi instruktur untuk Kurikulum 2013. Kelas VB SDN X merupakan kelas yang diampu oleh guru yang menjadi instruktur nasional untuk Kurikulum 2013 sehingga secara formal pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya dalam penilaian autentik di kelas tersebut sangat terbantu oleh kualitas tenaga pendidiknya. 
Mengingat akan pentingnya permasalahan tersebut dan melihat potensi yang ada maka perlu dilakukan kajian dengan melakukan penelitian dengan judul "IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V SDN X". 

SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS CERITA BERGAMBAR MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING PADA MAPEL IPA KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0047) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS CERITA BERGAMBAR MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING PADA MAPEL IPA KELAS V

contoh skripsi pgsd kelas 5

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi tumpuan harapan untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan yang berlangsung di sekolah keberadaannya disengaja, direncanakan, serta diatur sedemikian rupa melalui tata cara dan mekanisme yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Kompetensi IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari hari. Sedangkan dalam Standar Isi kurikulum KTSP 2006 dinyatakan bahwa Standar Kompetensi IPA diberikan kepada peserta dengan pola pembelajaran interaktif, strategi pembelajaran dalam menyajikan materi secara verbal diubah menggunakan strategi pembelajaran yang lebih inovatif, munculnya kesadaran bahwa sumber belajar dan media pembelajaran dapat diperoleh dari berbagai cara serta teknologi pembelajaran berbasis teknologi informasi (TI) sudah mulai diterapkan. 
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai beberapa mata pelajaran yang laksanakan di sekolah dasar, IPA dalam pelaksanaannya lebih mengedepankan keaktifan siswa baik aktif mencari, memproses dan mengolah perolehan belajarnya. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dalam Pelaksanaannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih mengedepankan keaktifan siswa baik aktif mencari, memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Selain itu menurut BSNP (2006 : 11) kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam terkembang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). 
Namun kenyataannya pembelajaran sampai sekarang ini guru yang masih menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan model mengajar yang inovatif, kreatif, serta penggunaan media yang sesuai belum dilakukan secara maksimal, guru masih mendominasi atau menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran (teacher centered). Sebagian besar siswa sangat pasif dan malas pada saat pembelajaran siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Pemilihan strategi pembelajaran yang kurang tepat oleh guru, siswa tidak diarahkan untuk bertukar pikiran dengan siswa lain yang menuntut mereka untuk berpikir kritis serta siswa cenderung cepat lupa dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini menjadikan pemahaman siswa kurang terhadap materi yang diajarkan oleh guru sehingga menjadikan hasil belajar rendah. 
Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran dan media yang tepat agar siswa menjadi aktif dan dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Peran guru dalam proses membelajarkan siswa semakin penting karena di masa depan guru tidak lagi merupakan sumber informasi atau penyampaian pengetahuan kepada siswa melainkan lebih merupakan fasilitator yang mempermudah siswa belajar. 
Cara-cara mengajar konvensional, sudah selayaknya untuk diperbarui dan dikembangkan seiring dengan kemajuan teknologi. Seiring berkembang pesatnya teknologi berbasis IT, guru dituntut untuk mampu menyajikan pembelajaran yang kreatif, penggunaan teknologi yang efisien yang bertujuan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, inovatif, menumbuhkan semangat siswa sehingga hasil belajar siswa tercapai secara optimal. Armstrong dalam Sudjana (1988 : 148) menjelaskan bahwa tugas dan tanggung jawab guru digolongkan dalam 5 jenis, yaitu : 1) tanggung jawab dalam pengajaran, 2) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan, 3) tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum, 4) tanggung jawab dalam mengembangkan profesi, 5) tanggung jawab dalam membina hubungan baik dengan masyarakat. 
Permasalahan tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar di kelas khususnya pada mata pelajaran IPA di SD Negeri X. Rendahnya nilai hasil belajar siswa harus segera diatasi, hasil belajar siswa kelas V SDN X dikatakan belum berhasil. Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sudah mencapai standar yang ditentukan. Pembelajaran dengan metode ceramah ini sering digunakan oleh guru IPA di SD Negeri X pada siswa kelas V akibatnya proses pembelajarannya masih bersifat monoton dimana siswa kelihatan pasif hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, dan hanya guru saja yang kelihatan aktif. Dari Hasil ulangan harian, menunjukan data yang diperoleh dari hasil ulangan harian IPA masih dibawah KKM 70. Terbukti dari 15 siswa hanya 5 siswa atau 33,33% yang berhasil memenuhi KKM, sedangkan 10 siswa atau 63,67% belum memenuhi KKM. Ada lebih dari 50% siswa yang belum memenuhi KKM, berarti kegiatan pembelajaran ini belum berhasil. 
Melihat permasalahan yang muncul sebagai tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan tersebut akan dilakukan alternatif tindakan dengan menggunakan pembelajaran melalui pendekatan inkuiri berbantuan multimedia interaktif. Pendekatan ini dapat digunakan sebagai variasi untuk merangsang siswa agar menumbuh kembangkan semangat siswa, dengan penyajian pembelajaran yang menarik. pendekatan inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan penyelidikan masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, serta membuat kesimpulan dari hasil yang telah didapatkan. Dalam pembelajaran inkuiri ini siswa dituntut aktif untuk menemukan sendiri pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas merangsang dan mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari. pembelajaran inkuiri dengan memanfaatkan multimedia interaktif diduga mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X. 
Dengan berbantuan multimedia interaktif diharapkan mampu mengatasi sikap pasif, sehingga peserta didik menjadi lebih semangat dan lebih mandiri dalam belajar. memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama terhadap materi belajar. Juga dapat memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat. Dengan multimedia interaktif juga dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran karena adanya kumpulan objek atau gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga muncul pergerakan yang kelihatan hidup. 
Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SD NEGERI X"

SKRIPSI PGSD PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III

(KODE : PENDPGSD-0046) : SKRIPSI PGSD PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III

contoh skripsi pgsd kelas 3

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri (James dan James dalam Suherman, 2001). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Proses belajar mengajar dan interaksi antara guru dan siswa pada mata pelajaran matematika disebut sebagai pembelajaran matematika dimana keberhasilan pembelajaran matematika itu ditentukan oleh kemampuan guru dalam memahami tujuan pembelajaran matematika yang tercapai, dan keterlibatan orang tua dalam kegiatan pembelajaran baik secara langsung dan tidak langsung. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup melengkapi perubahan keadaan di dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, rasional, cermat, jujur, efisien dan efektif (Puskur, 2002 : 9). 
Lebih lanjut, Depdiknas (2006) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP tahun 2006 meliputi 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; serta 4) mengkomunikasikan gagasan dalam simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) merumuskan tujuan pembelajaran matematika yaitu belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication), belajar untuk bernalar (mathematical reasoning), belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection), dan belajar untuk merepresentasikan ide-ide (mathematical representation). Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami konsep, menyelesaikan masalah sistematis, mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, dan dapat mengungkapkan ide-ide matematisnya dengan baik secara lisan maupun tertulis. 
Indikator keberhasilan pencapaian dari suatu pembelajaran matematika adalah hasil belajar. Mulyasa (2008) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Hamalik (2008) mendefinisikan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, Bloom dalam Thabrani (2015 : 21), ranah hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal). Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan sekolah. Kondisi pembelajaran merupakan salah komponen dalam lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. 
Guru seyogyanya dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk dapat belajar yang menyenangkan, aktif, kreatif, bermakna, dan siswa diberi kebebasan untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Belajar yang menyenangkan dapat terjadi ketika guru dan siswa dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang relevan dengan materi atau masalah yang dihadapi atau dipelajari sehingga guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan memiliki kebermaknaan. 
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru SD Gugus X diperoleh hasil bahwa terkadang siswa malas belajar matematika dan merasa bosan berada di dalam kelas bukan hanya karena pelajarannya yang sulit tetapi juga karena cara mengajar guru dianggap tidak menarik yakni guru dan siswa hanya berpegang pada buku saja. Biasanya siswa akan melampiaskan kebosanan mereka dengan cara ramai, dan mengobrol dengan temannya sehingga kelas tidak kondusif. Selain itu, siswa tidak aktif dalam bertanya, entah karena takut maupun karena mereka tidak tahu apa yang ingin mereka tanyakan, serta daya konsentrasi siswa mengikuti pelajaran sangat singkat dan cenderung aktif sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada mungkin tidaklah mengejutkan jika banyak siswa bosan dengan pelajaran matematika dan berusaha menghindarinya. 
Pada dasarnya menurut Mapina (2013), anak SD kelas rendah memiliki karakteristik yaitu 1) Belajar dari hal-hal yang kongkrit dan secara bertahap menuju ke arah yang abstrak; 2) Integratif, yaitu tahap anak SD kelas rendah anak masih memandang sesuatu sebagai satu keutuhan, mereka belum bisa memisahkan suatu konsep bagian demi bagian; 3) Hierarkis, yaitu cara belajar anak yang berkembang secara bertahap dari hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks; 4) Suka bermain dan lebih suka bergembira/riang karena mereka berada pada tahap peralihan dari TK yang penuh dengan permainan; 5) mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan; 6) Senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung ditinjau dari teori perkembangan kognitif anak SD memasuki tahap operasional kongkrit; 7) Siswa masih senang belajar bersama temannya atau berkelompok karena pergaulannya dengan kelompok sebaya; 8) Sebagian siswa tertentu misalnya yang paling kecil, besar, gemuk, ataupun kecacatan fisik lainnya biasanya suka mencari perhatian seperlunya, oleh karena itu pembelajarannya hendaknya diberikan perhatian khusus seperlunya dan diberikan kasih sayang tanpa pamrih; 9) Siswa usia ini sedang mengalami masa peka/sangat cepat untuk meniru, mendapat contoh/figure dari guru yang difavoritkan; 10) Bahasa digunakan anak usia ini masih dipengaruhi oleh usia ibu karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana tidak kompleks; serta 11) Rasa ingin tahu yang tinggi, anak-anak SD usia ini sangat kritis mereka sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan di luar dugaan jadi alat pembelajaran. Lebih lanjut, Sudono (2001 : 1) menyatakan bahwa bermain selain menyenangkan juga membantu anak untuk mampu memahami konsep-konsep secara alami. Secara psikologis dalam tahap perkembangan manusia masa kanak-kanak (umur 0-12 tahun) adalah tahapan dimana dunia imajinasi berkembang dalam kognisinya sehingga para psikolog perkembangan menyebut permainan dan bermain adalah modal awal bagi pembinaan kecerdasan dan mental awal bagi anak. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika supaya tidak membosankan dibutuhkan ice breaking. 
Ice breaking menurut Sunarto (2012 : 3) merupakan permainan atau kegiatan yang sederhana, ringan, dan ringkas yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan, kekakuan, rasa bosan atau mengantuk dalam pembelajaran sehingga dapat membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusias yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serius tapi santai. Disinilah peran ice breaking sangat diperlukan untuk menghilangkan situasi yang membosankan bagi pengajar dan siswa, serta kembali segar dan menyenangkan. Kelebihan ice breaking adalah membuat waktu panjang terasa cepat, membawa dampak menyenangkan dalam pembelajaran, dapat digunakan secara spontan atau terkonsep, membuat suasana kompak dan menyatu. 
Senada dengan pendapat tersebut, Suroharjuno (2012) mendefinisikan ice breaking sebagai peralihan situasi dari yang membosankan, membuat ngantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruang pertemuan. Oleh karena itu, melakukan ice breaking di tengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting dan dalam melakukan ice breaking, guru memerlukan panduan-panduan atau cara untuk menjalankannya agar ice breaking berjalan optimal yang hasilnya juga akan dirasakan oleh guru dan siswa. Ice breaking juga akan semakin optimal dampaknya jika disertai dengan musik karena musik dapat menambah kedinamisan dan keasyikan ice breaking itu sendiri. 
Ice breaking dapat mempengaruhi hasil belajar siswa terutama siswa SD kelas rendah dan ini sesuai dengan penelitian Sumardani (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar matematika. Selain berpengaruh pada hasil belajar siswa, ice breaking dapat berpengaruh pada minat belajar siswa dan ini sesuai dengan penelitian Cahyani (2014) yang menyatakan bahwa ada pengaruh ice breaking terhadap minat belajar. Berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ada pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa, penelitian Hidayatuloh (2015) menyatakan bahwa ice breaking tidak berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar dan hasil belajar karena prestasi belajar dan juga hasil belajar tergantung pada paham tidaknya siswa menyerap pembelajaran tersebut. Selain itu penelitian Khadiyanti (2014) juga menyatakan bahwa ice breaking tidak berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Tampaklah bahwa kedua penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. Tampaklah bahwa terdapat dua hasil penelitian yang kontradiktif akan pengaruh ice breaking terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. 
Minat belajar menurut Widya (2006 : 19) merupakan rasa suka dan ketertarikan pada aktifitas belajar antara lain membaca, menulis, serta tugas praktek, tanpa ada yang menyuruh. Minat belajar adalah salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan judul penelitian ini adalah PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III GUGUS X. 

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) 1

JUDUL SKRIPSI JURUSAN PGSD (1)

judul skripsi jurusan pgsd (1)


  • (KODE : PENDPGSD-0001) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIC DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0002) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD (IPS) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0003) : SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V (IPA) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0004) : SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0005) : SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0006) : SKRIPSI PENGARUH MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN TERHADAP PERILAKU AGRESIF PADA ANAK SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0007) : SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0008) : SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0009) : SKRIPSI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0010) : SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0011) : SKRIPSI PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN SISWA MELALUI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0012) : SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TK [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0013) : SKRIPSI KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGADAKAN VARIASI PADA PEMBELAJARAN TEMATIK [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0014) : SKRIPSI KOMPETENSI GURU DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0015) : SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANGTUA TERHADAP TANGGUNG JAWAB BELAJAR ANAK KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0016) : SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0017) : SKRIPSI STUDI KORELASI DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0018) : SKRIPSI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH INKLUSI DI SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0019) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MAPEL MATEMATIKA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0020) : SKRIPSI PENERAPAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0021) : SKRIPSI ANALISIS SOAL TRY OUT MATEMATIKA SD DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) MATEMATIKA SD-MI [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0022) : SKRIPSI PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0023) : SKRIPSI PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0024) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BAHAN-BAHAN MAKANAN (KLS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0025) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA HEWAN DAN TUMBUHAN DI LINGKUNGAN RUMAHKU (KLS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0026) : SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA MENGENAL PAHLAWAN BANGSAKU (KLS IV) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0027) : SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN METODE BRAINSTORMING DENGAN SIMULASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TEMA EKOSISTEM (KLS V) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0028) : SKRIPSI PEMBELAJARAN BERBASIS PAKEM PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0029) : SKRIPSI KEEFEKTIFAN MODEL WORD SQUARE DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI UANG TEMA PERMAINAN (KELAS III) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0030) : SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0031) : SKRIPSI ASESMEN PEMBELAJARAN IPS KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0032) : SKRIPSI PGSD ANALISIS PERILAKU AKADEMIK SISWA KELAS IV PADA DISKUSI PEMBELAJARAN PKN SD [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0033) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KTSP PADA KELAS RENDAH [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0034) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN MODEL TIPE COURSE REVIEW HORAY  TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0035) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBASIS TEORI VAN HIELE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0036) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODEL MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN IPS (KELAS III) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0037) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN STRATEGI CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN IPS (KELAS III) [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0038) : SKRIPSI PGSD KEEFEKTIFAN TEKNIK QUICK ON THE DRAW TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SUMBER DAYA ALAM SISWA KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0039) : SKRIPSI PGSD KINERJA GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS KTSP KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0040) : SKRIPSI PGSD KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN SENI MUSIK KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0041) : SKRIPSI PGSD PENGARUH METODE SCRAMBLE TERHADAP HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK TERINTEGRASI KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0042) : SKRIPSI PGSD PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0043) : SKRIPSI PGSD PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS GURU SDN [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0044) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELAS IV MENGACU KURIKULUM 2013 SUBTEMA BERSATU DALAM KEBERAGAMAN [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0045) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0046) : SKRIPSI PGSD PENGARUH ICE BREAKING BERBANTUAN MUSIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0047) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS CERITA BERGAMBAR MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY LEARNING PADA MAPEL IPA KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0048) : SKRIPSI PGSD IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013 DI KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0049) : SKRIPSI PGSD PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENCERITAKAN GAMBAR BERSERI KELAS I [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0050) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SUBTEMA HUBUNGAN MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : PENDPGSD-0051) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MODEL INKUIRI TERBIMBING TOPIK SIFAT-SIFAT CAHAYA UNTUK KELAS V [[ LIHAT BAB I ]]


SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III

(KODE : PENDPGSD-0045) : SKRIPSI PGSD PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN KONSEP TEMATIK TERINTEGRASI DAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS III

contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 dapat dikatakan sebagai batu loncatan bagi pendidikan Indonesia untuk menuju ke arah yang lebih maju, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendikbud No. 67 Tahun 2013). Pembelajaran yang dulunya cukup dengan menggunakan metode konvensional seperti ceramah, mendengarkan dan mencatat, sekarang sudah mulai bergeser ke pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung tujuan dari kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan karakteristik siswa SD seperti : 1) Senang bergerak, berbeda dengan orang dewasa yang betah duduk berjam-jam, anak- anak usia SD lebih senang bergerak. Anak-anak usia ini dapat duduk dengan tenang maksimal sekitar 30 menit. 2) Senang bermain, dunia anak memang dunia bermain yang penuh kegembiraan, demikian juga dengan anak-anak usia sekolah dasar, mereka masih sangat senang bermain. Apalagi anak-anak SD kelas rendah. 3) Senang melakukan sesuatu secara langsung, anak-anak usia SD akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan guru jika ia dapat mempraktikkan sendiri secara langsung pelajaran tersebut. 4) Senang bekerja dalam kelompok, pada usia SD anak-anak mulai intens bersosialisasi. Pergaulan dengan kelompok sebaya, akan membuat anak usia SD bisa belajar banyak hal, misalnya setia kawan, bekerja sama, dan bersaing secara sehat. (Permendikbud No. 57 Tahun 2014). 
Namun di sisi lain, pembelajaran yang penuh dengan kegiatan yang menyenangkan dan menekankan pada pengalaman belajar, tidak seterusnya membawa dampak yang menguntungkan dari segi perkembangan kognitif siswa, jika tidak didukung oleh pemantapan materi berupa ringkasan atau latihan soal yang dapat mereka baca atau kerjakan secara mandiri. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan mengasosiasikan materi dari pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan panduan dari buku siswa, apabila tidak diimbangi dengan ringkasan materi yang ada di buku atau yang mereka buat sendiri. Namun permasalahan yang muncul adalah siswa SD masih mengalami kesulitan untuk menulis sendiri materi yang sudah didapat, baik berupa catatan atau rangkuman. Juga ditambah lagi dengan tidak adanya latihan soal terstruktur yang sesuai dengan pembelajaran pada panduan buku siswa. Selain kesulitan mengasosiasikan pembelajaran, minimnya materi yang tertulis pada buku siswa, dan tidak adanya latihan soal yang sesuai pembelajaran, banyak pula ditemui latihan soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan tidak sesuai dengan metode pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru maupun yang sudah ada pada buku guru yang diterbitkan pemerintah. 
Guru yang merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan metode sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu Saintifik, berisikan kompetensi yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak (Permendikbud No. 67 Tahun 2013). Tanpa adanya dukungan materi tambahan berupa ringkasan dan latihan soal, tidak akan cukup untuk syarat pemenuhan indikator pencapaian pembelajaran (Andi Prastowo, 2011). Tanpa adanya tindak lanjut berupa penambahan materi, ringkasan, dan latihan soal yang sewaktu-waktu dapat dibaca dan dikerjakan siswa secara mandiri, proses pembelajaran yang sudah dilangsungkan hasilnya pun akan kurang maksimal. 
Banyak guru yang tidak sempat untuk menulis materi pelengkap sehingga mereka hanya berpijak pada buku teks pelajaran Maman Suryaman dalam (Prastowo 2009 : 8), yang mana buku pedoman siswa di kurikulum 2013 yaitu, buku siswa sifatnya hanya gambaran secara umum dari pembelajaran. Di buku siswa tidak terdapat penjelasan materi secara detail dan terperinci, seperti yang sudah penulis buktikan dalam mata kuliah pembelajaran matematika, di mana penulis diberikan tugas untuk menganalisis buku guru dan siswa. Di dalam buku siswa masih banyak dijumpai materi yang terkesan sempit untuk dibaca atau ditelaah untuk siswa SD, sehingga diperlukan tambahan materi yang dapat membantu dalam penguatan materi. Menurut Depdiknas (2008 : 18), salah satu kelemahan buku teks jika dilihat dari strukturnya adalah tidak adanya komponen petunjuk belajar, informasi pendukung dan langkah kerja penyelesaian soal sehingga dalam penggunaannya, pemakaian buku teks hanya memungkinkan komunikasi satu arah yang berakibat pada kurangnya kesempatan siswa untuk mengembangkan pola pikir dan pembentukan konsep sehingga siswa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengembangan bahan ajar selain buku teks pelajaran (dalam bentuk LKS). 
Selama ini memang LKS sering digunakan guru untuk mengembangkan dan menambah pemahaman pembelajaran untuk siswa, seperti yang sudah penulis amati saat Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri X. Saat guru merasa materi yang didapat siswa sudah memadahi dan perlu adanya latihan secara mandiri, maka siswa langsung diminta untuk mengerjakan LKS yang sudah disediakan oleh pihak sekolah. Namun LKS yang dikerjakan siswa pada umumnya tidak dibuat sendiri oleh guru dan pada umumnya LKS yang mereka kerjakan, isinya sama sekali berbeda dengan materi pembelajaran yang terdapat pada buku siswa. Hal tersebut dapat membuat kerancuan berfikir siswa dalam memahami dan mengasosiasikan materi yang sudah mereka dapatkan dari proses pembelajaran. Ditambah lagi LKS yang sudah ada saat ini tidak tercantum petunjuk pengerjaan yang mudah untuk dipahami, yang mana sesungguhnya LKS diharapkan dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa dan membantu mereka dalam pendalaman materi pembelajaran. 
Pengerjaan LKS yang dijadikan pilihan terbaik untuk membantu pencapaian indikator pada akhirnya kurang maksimal, karena materi dan tugas yang dikerjakan siswa tidak dibahas secara rinci dan terstruktur sesuai pembelajaran yang sudah didapat siswa selama pembelajaran. Apabila siswa terus menerus dijejali dengan materi dan lembar kerja yang apa adanya, maka kreatifitas berfikir siswa tidak akan berkembang. Untuk meningkatkan kreatifitas berfikir siswa, diperlukan LKS yang menarik, terstruktur, petunjuk pengerjaan mudah dipahami dan disesuaikan tingkat berfikir siswa. Maka LKS yang sesuai dengan pembelajaran, yang dirancang dan dilaksanakan sesuai petunjuk dari buku guru maupun buku siswa, sangat dibutuhkan untuk memudahkan siswa untuk latihan berfikir secara mandiri dan kreatif. Pernyataan serupa terkait buku siswa dan LKS yang apa adanya, juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh guru kelas III, saat dilakukan wawancara mengenai implementasi dan sumber belajar pada K13 di SD tempat dilaksanakannya penelitian, yaitu SD Negeri X. 
Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti tergerak untuk mengembangkan LKS yang dapat digunakan siswa kelas 3 SD, sebagai alternatif yang menarik untuk menambah penguasaan materi. Isi dari LKS juga disesuaikan dengan pemetaan Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator pencapaian yang harus dipenuhi siswa, selain itu materi pada LKS juga disesuaikan dengan pembelajaran yang berbasis saintifik. Adapun isi dari LKS yaitu berupa ringkasan, tugas secara berkelompok maupun individu, dan latihan soal sesuai dengan pembelajaran, serta dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa. Sehingga diharapkan tingkat berfikir siswa lebih aktif, kritis dan kreatif dalam pemahaman materi ajar yang sudah mereka laksanakan.