Search This Blog

Showing posts with label skripsi PGPAUD. Show all posts
Showing posts with label skripsi PGPAUD. Show all posts

SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE KARYA WISATA BAGI SISWA TK

(KODE : PG-PAUD-0092) : SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE KARYA WISATA BAGI SISWA TK


SKRIPSI-UPAYA-MENINGKATKAN-PRESTASI-BELAJAR-IPA-MELALUI-METODE-KARYA-WISATA-BAGI-SISWA-TK
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di Indonesia yang ditandai dengan adanya pembaharuan maupun eksperimen guna terus mencari kurikulum, system pendidikan, dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. 
Berbicara tentang pendidikan berarti berbicara tentang manusia dengan segala aspeknya. Nilai suatu bangsa terletak dari kualitas sumber daya manusia yang menjadi warga Negara. Semakin baik kualitas manusianya, bangsa tersebut semakin memiliki peluang besar menuju kemajuan dan kemakmuran.
Dalam rangka pencapaian tujuan nasional, khususnya pada bidang pendidikan, perlu adanya usaha untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yang memenuhi kebutuhan pembangunan dewasa ini dan masa akan datang. guna mencapai masyarakat adil dan makmur baik jasmani maupun rohani, perlu di tumbuhkan motivasi yang kuat untuk meraih sesuatu yang dicita-citakan, yakni motivasi yang tumbuh baik secara internal maupun eksternal. Dengan motivasi yang kuat diharapkan dapat memacu meningkatkan kualitas dan potensi sumber daya manusia, khususnya prestasi dalam bidang pendidikan sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan : Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 
Sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan tinggi, yang ditunjang oleh adanya sikap dan prilaku yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta budi pekerti yang luhur, sangat diharapkan dalam rangka mencapai tujuan nasional. 
Adapun langkah yang harus ditempuh dalam upaya membantu mewujudkan tujuan di atas adalah dengan menumbuhkan dan membina motivasi kepada para pelaku pendidikan, terutama motivasi para siswa yang merupakan harapan bangsa untuk memacu prestasi dalam segala bidang, agar menjadi generasi-generasi yang siap dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa yang akan datang. 
Masih banyak siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah dan mengecewakan, hal tersebut diduga karena salah satu faktor penyebabnya adalah motivasi belajar mereka yang lemah dan tidak adanya rasa tanggung jawab terhadap pendidikan yang sedang mereka tempuh. Karena tidak adanya visi ke depan sebagai motivasi belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal, perlu adanya motivasi yang kuat yang ditumbuhkan oleh pendidik, terutama oleh guru yang sebagai pengajar, agar para siswa selalu terdorong untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka, di sisi lain dalam diri para peserta didik terdapat kepribadian-kepribadian yang unik dan pasti berbeda satu sama lainnya yang semestinya dapat lebih dikembangkan berubah menjadi “robotisasi” ketika peserta didik dijadikan obyek pendidikan dan hanya diharuskan tiga D (duduk, diam, dengar) di dalam kelas, padahal sesungguhnya mereka adalah makhluk unik yang termulia yang Allah ciptakan dengan berbekalkan akal pikiran. 
Seyogyanya proses belajar mengajar jadi lebih hidup sebab ketika manusia berpikir maka merupakan cerminan jiwa dan gambaran kehidupan serta eksistensi kehidupan itu sendiri.
Dengan berpikir seperti itu maka sesungguhnya mereka telah memanusiakan manusia, ungkapan ini menggambarkan bahwa sesungguhnya banyak orang yang belum memperlakukan manusia secara manusiawi, maka manusia perlu dimanusiakan lagi agar pendidikan menjadi sebuah kualitas. 
Faktor-faktor pendidik itu ada lima macam, di mana faktor yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang erat.
Adapun kelima faktor tersebut yaitu : 
1. Anak didik 
2. Pendidik 
3. Tujuan pendidikan 
4. Alat-alat pendidikan 
5. Lingkungan. 
Dari kelima faktor-faktor tersebut antara yang satu dengan yang lain sangat erat hubungannya, kesemuanya menentukan berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan agama yang dilaksanakan. 
Dengan demikian, jika salah satu faktor tersebut tidak saling melengkapi, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan secara efektif, oleh sebab itu kelima faktor pendidikan tersebut dalam proses belajar harus ada, dan jika merujuk kepada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa; “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Bila tuntunan yang termaktub dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut dapat direalisasikan maka out put yang dihasilkan lebih optimal bila didukung dengan diberikannya ruang untuk berekspresi. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien tidak akan lepas dari cara atau metode mengajar yang diterapkan oleh seorang guru, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah menguasai materi yang diajarkannya dan mampu mengajarkannya. 
Ini berarti selain menguasai materi guru juga harus mampu menyampaikan materi tersebut secara baik sehingga siswa dapat menyerap materi yang akan disampaikan dengan baik pula. Ciri pengajaran yang berhasil dapat dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar, makin tinggi kegiatan belajar siswa makin tinggi pula peluang berhasilnya pengajaran.
Keaktifan siswa belajar sangat diperlukan baik di dalam maupun di luar kelas, menurut Alipandie, “Tanpa aktivitas belajar, pengajaran tidak akan memberikan hasil yang baik” Keberhasilan siswa belajar itu tidak hanya sekedar berhasil belajar, tetapi keberhasilan yang ditempuhnya dengan belajar aktif dan dapat menyebabkan ingatan yang kita pelajari lebih lama dan pengetahuan kita menjadi lebih luas dibandingkan dengan belajar pasif. 
Guru yang profesional akan mampu memberikan motivasi bagi anak didiknya dalam proses belajar mengajar, peningkatan motivasi belajar tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui metode karya wisata. Metode ini dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk memberikan suasana baru bagi anak didik, hal ini diterapkan karena untuk mengaplikasikan pelajaran yang didapat oleh siswa dalam kelas ke alam bebas terbuka, kegiatan belajar siswa melalui metode ini akan mendorong siswa agar lebih mencintai alam semesta serta menemukan konsep-konsep pokok dari suatu materi pembelajaran dan mencoba memikirkan hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. 
Keberhasilan metode karya wisata harus didukung adanya kerja sama antara guru dan siswa, maksudnya guru harus mampu memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan metode karya wisata ini, dan bagi siswa harus memiliki sikap yang positif terhadap pemberlakuan kebijaksanaan tersebut.
Sikap adalah cenderung relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. 5 Jadi dengan adanya sikap yang positif dari siswa terhadap pengajaran dengan metode karya wisata diharapkan dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Dengan melihat uraian di atas, metode karya wisata yang diterapkan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa, hal inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji lebih luas lagi sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul : “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI METODE KARYA WISATA BAGI SISWA TK“.

SKRIPSI STUDI KORELASI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU TK

(KODE : PG-PAUD-0091) : SKRIPSI STUDI KORELASI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU TK

SKRIPSI-STUDI-KORELASI-LATAR-BELAKANG-PENDIDIKAN-DAN-KESEJAHTERAAN-TERHADAP-KINERJA-GURU-TK
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus selalu diperhatikan, dijaga, dan dikembangkan. Sumber daya manusia perlu dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh sumber daya manusia yang bermutu dalam arti sebenarnya yaitu pekerjaan yang dilaksanakan akan menghasilkan sesuatu yang dikehendaki. Bermutu bukan hanya pandai saja tetapi juga memenuhi syarat kualitatif yang dituntut dari pekerjaan sehingga pekerjaan benar-benar dapat diselesaikan sesuai rencana.
Adanya usaha peningkatan pembangunan, maka masalah penyiapan tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dalam bidang ilmu. pengetahuan dan teknologi mutlak diperlukan. Di pihak lain sangat disadari permasalahan ketenagakerjaan kita masih dianggap memiliki mutu yang rendah.
Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya ada pada faktor guru. Analisis terakhir menunjukkan bahwa “guru tetap merupakan faktor kunci yang paling menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pendidik dan peserta didik” (Falah Yunus, 2005 : 3). Hal ini mencerminkan betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, bahwa faktor utama yang menjamin sekolah lebih adalah apabila sekolah tersebut memiliki guru-guru yang baik, karena itu harapan untuk memiliki sekolah yang baik dalam arti berkualitas tinggi harus didahului dengan pembinaan terhadap gurunya.
Kualifikasi guru yang diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan adalah mereka yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam dua lingkungan besar yaitu sekolah dan masyarakat. Hal ini memberi arti bahwa guru yang profesional adalah guru yang mampu menunjukkan performansi mengajar yang tinggi dalam tugasnya, dan berinteraksi dengan anak didik, kepala sekolah, sesama guru, staf administrasi sekolah, dan masyarakat di luar sekolah. Di samping itu guru yang profesional juga diharapkan mampu berkomunikasi dengan orang tua anak didik, masyarakat sekitarnya, dan organisasi atau institusi terkait dengan lembaga pendidikan. Untuk dapat menghasilkan guru-guru yang performanya bagus, maka guru-guru harus memiliki kemampuan dalam bahan pelajaran, profesi, penyesuaian diri, sikap-sikap nilai dan kepribadian. Menurut Undang-undang tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu : “1. kompetensi Pedagogik, 2. kompetensi kepribadian, 3. kompetensi profesional, dan 4. kompetensi sosial”.
Kemampuan profesional adalah guru yang bertanggung jawab, mampu melaksanakan perannya, mampu bekerja untuk mencapai tujuan pendidikan dan mampu melaksanakan perannya dalam mengajar di kelas.
Studi tentang aspek pendidikan dan latihan guru, telah banyak dilakukan hal ini untuk membantu guru-guru baru mengembangkan kompetensinya ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, untuk mengetahui performansi guru dalam melaksanakan performanya adalah perlu. Bagi guru yang memiliki performansi mengajar yang kurang, sehingga menghasilkan siswa yang kurang bermutu, maka perlu ditanggulangi dengan upaya pengembangan staf atau pembinaan profesi guru. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, pemerintah telah banyak melakukan upaya dengan jalan penataran, dan peningkatan pendidikan guru. Hal ini didasarkan pada program pengembangan pendidikan guru. Walaupun demikian masih banyak sorotan tentang rendahnya mutu guru. Sehingga dirasa perlu dilakukan upaya berkelanjutan (terus menerus) meningkatkan tingkat pendidikan para guru, diadakan kegiatan penataran, serta dapat memberikan motivasi para guru guna mendorong meningkatkan performansi mengajarnya. Sebagai seorang pengejawantah ilmu pengetahuan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini adalah tingkat pendidikan guru yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran atau mutu pendidikan.
Prestasi kerja (kinerja) guru tidak cukup hanya dicapai dengan peningkatan pendidikan dan pelatihan saja, tetapi juga bisa karena faktor kesejahteraan guru yang bersangkutan. Jika hal tersebut terpenuhi, maka guru akan giat bekerja sehingga prestasi kerja (kinerja) dapat meningkat. Kinerja (prestasi kerja) guru TK X tentu dipengaruhi oleh kebutuhan seperti yang dimaksud di atas, dan mereka akan bekerja keras jika pekerjaannya dapat memenuhi kebutuhan. Faktor kesejahteraan sebagai guru ikut mempengaruhi kinerja dalam pelaksanaan tugas di sekolah. Seorang guru yang sudah sejahtera akan lebih fokus dan totalitas dalam bekerja dibandingkan dengan guru yang belum sejahtera.
Di Kecamatan X terdapat guru Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 62 orang. Mereka mempunyai latar belakang pendidikan dan latar belakang ekonomi yang beragam. Dengan kondisi seperti itu secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja mereka. Hal ini terlihat antara lain : masih banyak guru TK yang mempunyai pekerjaan lain (entah sebagai pekerjaan sampingan atau utama) selain mengajar, jam berangkat mengajar mereka lebih banyak terlambat. Dalam hal manajemen kelas dan administrasi kelas mereka terkesan asalan-asalan atau apa adanya, dan tidak kreatif.
Semua orang perlu kesejahteraan, demikian pula guru yang keseharian bergumul dan terikat dengan waktu dan tempat. Sebutan mulia yang sudah tersandang di pundak masing-masing sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bekerja keras tanpa membedakan si kaya dan si miskin, lelaki atau perempuan, anak pejabat atau bukan, yang jelas semua anak didik dibinanya agar menjadi anak yang cerdas, berkualitas dan bertanggungjawab. Dengan tanggungjawab moral yang dipercayakan oleh Negara kepada mereka sesuai dengan amanah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa guru bertanggung jawab untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kinerja (prestasi kerja) guru TK di Kecamatan X tentu dipengaruhi oleh kebutuhan seperti yang dimaksud di atas, dan mereka akan bekerja keras jika pekerjaannya dapat memenuhi kebutuhan. Faktor kesejahteraan sebagai guru ikut mempengaruhi kinerja dalam pelaksanaan tugas di sekolah. Seorang guru yang sudah sejahtera akan lebih fokus dan totalitas dalam bekerja dibandingkan dengan guru yang belum sejahtera.
Secara hirarki sejahtera tidak dapat diukur, sejahtera berarti terpenuhi kebutuhan lahir maupun batin, sandang, pangan, dan papan. Dahulu orang sudah dapat makan pagi dan malam dan rumah serta pakaian seadanya sudah boleh dikatakan sejahtera. Lain hal dengan sekarang, ukuran sejahtera sudah berubah polanya. Tidak hanya cukup sandang, pangan, dan papan, akan tetapi lebih dari itu.
Atas dasar uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang “STUDI KORELASI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU TK”.

SKRIPSI POLA BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI PADA KELUARGA

(KODE : PG-PAUD-0090) : SKRIPSI POLA BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI PADA KELUARGA

contoh skripsi pgpaud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan psikolog tidak terlepas dari pembinaan dan pendidikan orangtua, masyarakat dan lembaga pendidikan. Para pakar dan ahli berpendapat bahwa anak usia nol sampai enam tahun merupakan area masa peka atau masa keemasan (golden age), sekaligus masa kritis dari seluruh siklus kehidupan manusia. Artinya pada usia-usia tersebut selain gizi yang cukup dan layanan kesehatan yang baik, rangsangan-rangsangan intelektual-spiritual juga amat diperlukan, karena akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan yang tepat untuk meletakan dasar-dasar pembangunan fisik, bahasa, sosio-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal.
Pengaruh paling besar selama lima tahun pertama kehidupannya terjadi dalam keluarga. Orangtua, khususnya ibu mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak, walaupun kualitas kodrati dan kemampuan anak akan ikut menentukan proses perkembangannya. Sedang kepribadian orangtua sangat besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi anak. Saat ini di masyarakat telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial budaya berkaitan dengan peranan ayah dan ibu berkaitan dengan fungsinya di dalam keluarga. Isu-isu kesetaraan gender yang mulai digulirkan sejak saat era R.A Kartini sampai dengan saat ini mengakibatkan semakin banyak wanita yang ikut terlibat secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, dan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Sehingga hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kualitas pola asuh terhadap sang anak.
Di sisi lain sosok ayah belum tentu telah siap menggantikan ataupun membantu peran ibu dalam mengasuh anak baik dari segi psikologis, fisiologis maupun sosial. Dalam situasi demikian untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan anak muncullah sosok-sosok yang lain seperti kakek, nenek, kakak, saudara, bahkan mungkin seorang pengasuh anak profesional (baby sitter). Namun demikian sosok pengasuh ini dalam banyak hal kenyataannya tidak sebaik apabila pengasuhan dilakukan oleh orang tua kandung, walaupun keberadaannya dalam konteks saat ini sangat dibutuhkan untuk membantu dalam pengasuhan anak. Dengan kata lain sosok pengasuh anak berfungsi untuk membantu orang tua kandung, sedangkan fungsi utama pengasuhan anak bagaimanapun juga merupakan peran dan tanggung jawab orang tua kandung. Bagi orang tua kandung (ayah dan ibu) yang mempunyai pekerjaan ataupun kegiatan rutin di luar rumah harus kompak berbagi tugas. Seorang ibu tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan suami dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di rumah.
Adanya persamaan persepsi dan komunikasi yang baik dalam hal pembagian tugas dan tanggung jawab ini merupakan kunci, sehingga diperoleh suatu kerja sama yang baik dalam melaksanakan peran ayah dan ibu sebagai orang tua. Adanya pembagian tanggung jawab pengasuhan anak dan mengurus rumah tangga antara istri dan suami, berdampak positif bagi si kecil. Dengan keterlibatan seorang ayah dalam mengurus dan mengasuh si kecil maka akan tercipta pula hubungan yang erat dan hangat antara ayah dan anak. Hal ini akan membawa pengaruh yang baik pula bagi proses tumbuh kembang anak. Keterlibatan ayah dan ibu yang bersama-sama dalam mengasuh anak akan membuat pertumbuhan dan perkembangannya semakin sehat.
Pengasuhan juga lebih seimbang bila pekerjaan kedua orang tua berada pada tingkat yang sejajar. Oleh karena itu sebetulnya, keberadaan ibu di dunia kerja bukan alasan rendahnya kualitas pengasuhan ibu. Pembagian tanggung jawab bersama ini akan berhasil tidak saja oleh komunikasi dan kesepakatan kedua orang tua, tetapi juga bergantung pada beberapa hal, seperti sikap setuju dan sikap mendukung yang ditunjukkan ayah kepada ibu yang bekerja, sikap dan fleksibilitas tempat bekerja, dan sistem pendukung misalnya pengasuh anak, nenek, kakek, atau kerabat yang dilibatkan dalam pengasuhan anak. 
Selain itu seluruh komponen masyarakat bersama dengan pemerintah harus memberikan apresiasi yang positif dalam hal pengasuhan anak. Sekali lagi masyarakat harus disadarkan akan arti penting proses pengasuhan anak ini. Bahwa untuk kemajuan bangsa dan negara, untuk kualitas hidup yang lebih baik, ditengah-tengah dunia yang semakin mengglobal, agar bangsa kita bisa hidup sejajar dengan bangsa-bangsa yang lain di dunia ini perlu dipersiapkan dengan sedini dan sebaik mungkin. Jangan sampai pada saatnya nanti bangsa ini menjadi bangsa yang lemah, hanya menjadi penonton ditengah-tengah kancah kehidupan dunia, hanya bersikap konsumtif dengan produktifitas dan kualitas yang rendah yang pada akhirnya “siap” untuk terjajah dalam segala hal.
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluarga lah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya.
Kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Islam menawarkan metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah atau keyakinan, norma atau akhlak serta fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya bisa dilakukan dalam keluarga. 
Berkaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan di antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan hidup dan adab berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang mencakup pembacaan azan dan iqamat pada telinga bayi yang baru lahir, teknik (meletakkan buah kurma pada langit-langit bayi, mendoakan bayi, memberikan nama yang bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan dibagikan kepada fakir miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah seharga emas atau perak yang ditimbang dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini sangat berpengaruh pada jiwa anak. Orang tua sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak dengan cara mengembangkan pola komunikasi dan interaksi dengan sesamanya agar menjadi pribadi yang mantap dan kaffah (utuh).
Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, dalam arti keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawa mendidik anak-anaknya. Pendidikan yang diberikan orangtua pada anak seharusnya memberikan dasar bagi pendidikan, proses sosialisasi dan kehidupannya di masyarakat. Dalam hal ini keluarga tetap menjadi kelompok pertama (primary group) tempat meletakan dasar kepribadian di dalam keluarga. Orang tua memegang peranan membentuk sistem interaksi intim dan berlangsung lama yang ditandai loyalitas pribadi, cinta kasih dan hubungan yang penuh kasih sayang. Peran orang tua adalah dengan membenahi mental anak. Terbentuknya kepribadian dan aktivitas anak merupakan modal bagi penyesuaian diri anak dan lingkungannya dan tentunya memberikan dampak bagi kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.
Sebagai keluarga inti yang merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terbentuk berdasarkan pernikahan dan terdiri dari suami (ayah), seorang istri (ibu) dan anak-anak mereka. Kedua orangtua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapat cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orangtuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan terbiasa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orangtua terlalu ikut campur dalam urusan mereka memaksakan anak-anaknya untuk mentaati mereka, maka prilaku kedua orangtua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.
Ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orangtua disini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka sendiri harus mengamalkannya. Peran orang tua atau lingkungan terhadap tumbuhnya kemandirian pada anak sejak usia dini merupakan hal yang penting. Hal ini mengingat bahwa kemandirian pada anak tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Anak perlu dukungan, seperti sikap positif dari orang tua dan latihan-latihan keterampilan menuju kemandiriannya.
Selain itu, untuk menjadi pribadi mandiri, seorang anak juga perlu mendapat kesempatan untuk berlatih secara konsisten mengerjakan sesuatu sendiri atau menghabiskannya melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan tahapan usianya. Orang tua atau lingkungan tidak perlu bersikap cemas, terlalu melindungi, terlalu membantu atau bahkan selalu alih tugas-tugas yang seharusnya dilakukan anak, karena hal ini dapat menghambat proses pencapaian kemandirian anak. Kesempatan untuk belajar mandiri dapat diberikan orang tua atau lingkungan dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan pada anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya. 
Namun demikian peran orang tua atau lingkungan dalam mengawasi, membimbing, mengarahkan dan memberi contoh teladan tetap sangat diperlukan, agar anak tetap berada dalam kondisi atau situasi yang tidak membahayakan keselamatannya. Bagi anak-anak usia dini, latihan kemandirian ini bisa dilakukan dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan praktis sehari-hari di rumah, seperti melatih anak mengambil air minumnya sendiri, melatih anak untuk membersihkan kamar tidurnya sendiri, melatih anak buang air kecil sendiri, melatih anak menyuap makanannya sendiri, melatih anak untuk naik dan turun tangga sendiri, dan sebagainya.
Semakin dini usia anak untuk berlatih mandiri dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, diharapkan nilai-nilai serta ketrampilan mandiri akan lebih mudah dikuasai dan dapat tertanam kuat dalam diri anak. Untuk menjadi pribadi mandiri, memang diperlukan suatu proses atau usaha yang dimulai dari melakukan tugas-tugas yang sederhana sampai akhirnya dapat menguasai ketrampilan-ketrampilan yang lebih kompleks atau lebih menantang, yang membutuhkan tingkat penguasaan motorik dan mental yang lebih tinggi. Dalam proses untuk membantu anak menjadi pribadi mandiri itulah diperlukan sikap bijaksana orang tua atau lingkungan agar anak dapat terus termotivasi dalam meningkatkan kemandiriannya. Seseorang yang berkepribadian mantap adalah orang yang menguasai lingkungan secara aktif, memperhatikan kesatuan dan segenap kepribadiannya. Memiliki kesanggupan menerima secara tepat dunia lingkungannya dan dirinya sendiri, bersifat mandiri tanpa terlalu banyak terpengaruh orang lain.

SKRIPSI POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

(KODE : PG-PAUD-0089) : SKRIPSI POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

contoh skripsi pgpaud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu selama hidup di dunia, pendidikan menjadi suatu faktor yang paling penting atau utama diantara kebutuhan manusia lainnya.
Jalur pendidikan di negara kita tentang Sistem Pendidikan Nasional terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah) sedangkan jalur pendidikan nonformal di dapat melalui lembaga-lembaga di masyarakat yang bertujuan untuk memberikan pendidikan, serta pendidikan informal didapat dari keluarga.
Pemerintah mengelompokkan bentuk satuan pendidikan anak usia dini menjadi tiga, yaitu : Pertama, jalur pendidikan formal, terdiri atas Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal. Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal dapat diikuti anak usia lima tahun ke atas. Kedua, jalur pendidikan nonformal, terdiri atas Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan satuan Pendidikan usia Dini. Kelompok Bermain dapat diikuti anak usia dua tahun ke atas, sedangkan Penitipan Anak dan satuan Pendidikan Usia dini diikuti anak sejak usia empat sampai enam tahun. Ketiga, jalur pendidikan informal, terdiri atas pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan lingkungan tetangga. Ini menunjukan bahwa pemerintah melindungi hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, meskipun mereka tidak masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini, baik formal maupun informal.
Dengan demikian keluarga memegang peranan dan posisi penting dalam membentuk kepribadian anak seperti membentuk karakter, sifat, pengetahuan, penalaran dan sebagainya, sehingga lingkungan keluarga di rasakan penting, karena kehidupan keluarga sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat, keadaan serta perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar di samping berpengaruh terhadap pendidikan keluarga. Keluarga mempunyai fungsi sebagai pendorong anaknya menjadi anak yang mandiri, karena itu keluarga merupakan sasaran agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka dalam keluargalah upaya orang tua untuk menumbuhkan kreatifitas anak
Menurut Djuju Sudjana (1996 : 48) bahwa pendidikan kehidupan keluarga muncul didasarkan atas dua fenomena. Pertama, kehidupan keluarga berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan kedua, keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar mempunyai pengaruh pula pada kehidupan keluarga. Kedua fenomena diatas menunjukan bahwa kehidupan keluarga senantiasa berhadapan dengan berbagai macam permasalahan yang tumbuh di lingkungan sekitar, yang satu sama lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Apabila keluarga dibina dengan baik maka kehidupan masyarakat akan baik pula. Upaya pembinaan keluarga ini tergantung pada kearifan para anggota keluarga (terutama orang tuanya) dalam mengembangkan kehidupan keluarga.
Upaya yang efektif untuk mengembangkan kehidupan keluarga tersebut adalah melalui pendidikan. Maraknya pelanggaran nilai moral dan keterbelakangan oleh remaja dapat di pandang sebagai perwujudan rendahnya kreatifitas pada anak. Di duga pemicu utamanya adalah pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kreatifitas anak.
Kondisi dalam keluarga yang mempengaruhi kreatifitas pada anak diantaranya adalah pola asuh yang diterapkan orang tua. Pada umumnya pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya dapat digolongkan dalam bentuk pola asuh otoriter, laizez faire (acuh tak acuh), memanjakan dan pola asuh demokratis. Setiap pola asuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari akibat yang dihasilkan melalui sifat dan tingkah laku yang ditampilkan sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, pola asuh orang tua yang diterima oleh anak, akan mengembangkan kreatifitas dirinya untuk membentuk sikap dan tingkah laku tertentu sesuai dengan pola asuh yang terapkan oleh orang tua.
Pola asuh orang tua yang cenderung otoriter, memanjakan, laizes faire serta orang tua yang memberi kebebasan penuh kepada anak-anaknya diduga menjadi faktor pendorong bagi anak untuk berprilaku agresif. Sedangkan pola asuh orang tua yang cenderung demokratis di duga tidak memberikan andil terhadap prilaku anak untuk agresif melainkan sebagai pendorong terhadap perkembangan anak ke arah yang lebih positif.
Sebagai orang tua yang mempunyai anak, kewajiban mendidik itu merupakan salah tugas utama. Orang tua akan merasa sangat senang bila melihat putra putrinya kreatif dalam segala hal. Tentu tingkat kreatifitas ini disesuaikan dengan umur dan tingkat kedewasaannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kreatifitas anak sangat penting, maka penulis merasa tertarik untuk lebih memahami dan mengetahui tentang pola asuh yang diterapkan orang tua (keluarga). Khususnya pola asuh secara Demokratis, sehingga penulis merasa perlu untuk di adakan penelitian tentang “POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KREATIFITAS ANAK”.

SKRIPSI PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA ANAK USIA DINI DI TK

(KODE : PG-PAUD-0088) : SKRIPSI PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA ANAK USIA DINI DI TK

contoh skripsi pgtk
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Merosotnya kualitas pendidikan banyak mendapat sorotan dari masyarakat, peserta lulusan kependidikan, para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan dan penyempurnaan di bidang pendidikan. Sebagai langkah antisipasi, maka pendidikan banyak diarahkan pada penataan proses belajar, penggunaan dan pemilihan media belajar secara tepat. Kesemuanya dimaksudkan untuk pencapaian hasil belajar semaksimal mungkin.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar suatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya melalui proses belajar mengajar. Dimana guru bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangatlah penting.
Melihat sedemikian kompleksnya masalah proses belajar mengajar dan peran guru, maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam proses belajar mengajar perlu dikembangkan iklim kondusif yang dapat menumbuhkan sikap dan perilaku belajar secara wajar. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan media, khususnya media gambar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk hal tersebut.
Dengan penggunaan media gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar, serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks. Demikian pula pemahaman pengertian mengenai kemasyarakatan bisa diperoleh dari gambar, dan dalam situasi tertentu gambar merupakan sumber terbaik untuk tujuan penelitian atau penyelidikan.
Media gambar dapat menolong dan banyak digunakan dalam pengajaran, khususnya dalam pembelajaran anak usia dini. Bukan dikarenakan gambar itu banyak dan murah, melainkan gambar-gambar itu mudah dipahami oleh anak-anak ketimbang kata-kata atau pengertian verbal. Anak-anak zaman sekarang ini tumbuh dan berkembang bersama gambar atau tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan gambar dan mereka belajar membaca arti yang terkandung dalam gambar sejak usia anak-anak. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, gambar sekarang dibuat lebih menarik dan lebih atraktif, sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Dalam pembelajaran setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda ada yang unggul dalam aspek verbal ada yang unggul dalam aspek nonverbal. Oleh karena itu, Edge Dale dalam Azhar Arsyad mengemukakan bahwa prosentase keberhasilan pembelajaran sebesar 75% berasal dari indera pandang, melalui indera dengar sebesar 13% dan melalui indera lainnya sebesar 12%.
Oleh karena itu gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas pengertian, sehingga dengan menggunakan gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan pelajaran. Penggunaan media gambar juga dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah serta besar artinya untuk mempertinggi nilai pelajaran, karena gambar pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik.
Menurut H. Carl Witherington “Good teaching maintains fitness and freshness in the classroom as opposed in the drab, dull, deadly routine of a hypertrophied intellectual attitude”. Pengajaran yang baik selalu mengusahakan adanya kejelasan dan kesegaran di dalam kelas. Usaha ini sebagai hal yang berlawanan dengan suasana yang membosankan serta menjemukan yang terdapat pada sikap intelektual yang berlebihan.
Karena itulah kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses pembelajaran, terutama Pendidikan Agama Islam. Segala ketidakjelasan dan kerumitan bahan yang disampaikan dapat dibantu dan disederhanakan dengan menghadirkan media sebagai perantara. Selain itu anak didik tidak merasa bosan dan dapat menghidupkan pelajaran.
Media juga dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak didik akan lebih mudah mencari bahan yang akan dipelajari melalui media.
Tidak diragukan lagi, pemilihan media pembelajaran diarahkan kepada suatu upaya untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap sekaligus menekankan kepada pengalaman lapangan kepada siswa terutama mengenai pembelajaran Agama Islam.
Untuk itu dalam sistem pendidikan yang baru diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, kinerja dan sikap baru, peralatan yang lebih lengkap dan administrasi yang teratur.
Oleh karena itu, di dalam pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat mempertinggi mutu hasil belajar yang dicapai oleh siswa maka dengan penggunaan media gambar sebagai alternatif media pembelajaran sangat efektif dalam proses belajar siswa dan dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa di TK X. TK ini menerapkan program peningkatan pendidikan dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, diharapkan membantu kemajuan dalam hal pendidikan. Terutama dalam menumbuhkan minat belajar pada siswa taman kanak-kanak, disamping itu dapat mempermudah proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Agama Islam dengan menggunakan media gambar khususnya dalam pembelajaran agama di taman kanak-kanak dengan harapan dapat meningkatkan mutu hasil belajar.