Search This Blog

Showing posts with label model kooperatif STAD. Show all posts
Showing posts with label model kooperatif STAD. Show all posts
SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REPRODUKSI ORGANISME MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REPRODUKSI ORGANISME MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(KODE : PTK-0114) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REPRODUKSI ORGANISME MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (BIOLOGI KELAS IX) 



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan cepatnya arus informasi di segala aspek dan sistem kehidupan manusia, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar tidak hanya sebagai konsumen teknologi, melainkan berperan sebagai produsen teknologi. Hal ini sangat bergantung pada upaya kita menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peran ilmu dan teknologi dalam pembangunan sangat besar, sehingga jalur utama untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan.
Prestasi yang diukur dengan NEM (Nilai Ebtanas Murni), rata-rata hasil belajar siswa yang berkaitan dengan IPTEK masih belum memuaskan walaupun ada sebagian kecil yang berprestasi sangat baik. Dunia pendidikan kurang menyentuh sumber daya manusia yang memiliki daya saing memadai, terampil, berpengetahuan, dan berakhlak mulia. Dunia pendidikan harus berusaha agar prestasi belajar siswa terus meningkat terutama untuk mata pelajaran yang erat hubungannya dengan IPTEK, sehingga diharapkan mereka menjadi tenaga-tenaga ahli yang mampu bersaing dengan tenaga asing (Sukardi, 2005).
Guru merupakan salah satu komponen sistem yang menempati posisi sentral pada sistem pendidikan. Betapapun baiknya program pendidikan yang dikembangkan oleh para ahli, apabila guru tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, maka pelaksanaan dan hasil belajarnya menyimpang dari tujuan. Menurut Washton dan Klopfer (Rustaman, N. et al., 2005) banyak faktor yang mempengaruhi pelajaran Sains seperti guru, jumlah siswa dalam kelas, peralatan laboratorium, dan staf administrasi, ternyata guru yang merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembelajaran Sains, bagaimana pun Sains diajarkan guru lah yang terutama menentukan apa yang dipelajari siswa.
Pendidikan di Indonesia diharapkan mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya, sehingga sekolah seharusnya benar-benar menjadi tempat peserta didik mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat (1) mengamanahkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003).
Rendahnya mutu pendidikan lebih banyak disebabkan karena belum efektifnya proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, pembelajaran yang dilakukan guru lebih berorientasi pada penguasaan materi pelajaran sehingga guru cenderung 'mengajar' dan bukan membantu siswa 'belajar' (Marjani, 2000). Pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered), dengan demikian tidak tercipta suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, sehingga berlangsung secara kaku, kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang berupa UAS (Ujian Akhir Sekolah) khususnya IPA rata-rata masih belum memuaskan.
Penyebabnya rendahnya hasil belajar adalah pelaksanaan kurikulum yang belum optimal, khususnya KBM. Maka diperlukan berbagai upaya yang dapat menunjang proses belajar IPA sehingga dapat mencapai ketuntasan materi secara maksimal sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dalam proses pembelajaran, persiapan materi merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh seorang guru agar mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara kreatif dan inovatif.
Pembelajaran inovatif yang relevan dengan kondisi sekarang adalah teknik pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yaitu pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Guru harus merancang kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan awal siswa (Marjani, 2000). Ausubel dalam Dahar (1989) menyatakan, bahwa faktor paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa, yaitu agar terjadi proses belajar yang bermakna telah ada dalam struktur kognitif siswa.
Dalam merancang kegiatan belajar IPA sebaiknya guru memperhatikan pengetahuan awal siswa tentang konsep IPA. Salah satu pendekatan yang bertolak dad pengetahuan awal siswa adalah pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran yang berlandaskan rujukan belajar konstruktivisme ialah model pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995).
Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan konstruktif, demokratis dan kolaboratif perlu diadakan perbaikan dalam pembelajaran, sehingga suasana interaksi dalam kelas dapat berkembang dengan baik untuk kelangsungan proses belajar mengajar. Peran guru harus lebih dikembangkan sebagai fasilitator atau mediator dalam belajar, sehingga akan tumbuh cara-cara belajar kerjasama melakukan kegiatan belajar mengajar secara gotong royong yang disebut pembelajaran kooperatif.
Sebagian guru tidak menerapkan sistem kerja kelompok dalam pembelajaran karena beberapa alasan, salah satunya adalah penilaian yang dianggap kurang adil. Siswa yang tekun dan pandai merasa dirugikan karena temannya yang kurang mampu dan kurang berusaha hanya tergantung pada hasil jerih payah mereka. Siswa yang kurang mampu, merasa seperti 'benalu' (Lie, 2002). Ketidakadilan ini sebenarnya tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru benar-benar menerapkan prosedur sistem pengajaran kooperatif.
Cooperative Learning merupakan suatu model pengajaran yaitu siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Melalui Cooperative Learning dapat mendukung hasil belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran kreatif dan inovatif merupakan solusi yang efektif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang berkualitas dapat memotivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Meningkatnya hasil belajar siswa dikarenakan pada pembelajaran kooperatif setiap kelompok dituntut untuk bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya baik secara individu maupun kelompok.
Terdapat beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya : Student Team Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw, Think Pair Share (TPS), dan Number Head Together (NHT).
Dari beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang paling mudah diimplementasikan yaitu tipe STAD. Keunggulan STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling langsung dari model pembelajaran kooperatif, sehingga dapat digunakan oleh guru yang akan mulai menerapkan pembelajaran kooperatif (Fauziah, 2005). Para siswa di dalam kelas di bagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, maupun kemampuannya. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru pada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Tipe pembelajaran ini dapat digunakan untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran konsep yang sulit antara lain konsep reproduksi organisme.
Konsep reproduksi organisme merupakan konsep yang perlu dikuasai untuk konsep biologi selanjutnya. Akan tetapi konsep reproduksi organisme dianggap sulit, terutama konsep reproduksi pada tumbuhan.
Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa pada konsep reproduksi organisme. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa tipe STAD yang paling sederhana diantara tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang lain, sehingga dapat digunakan oleh guru yang baru mulai menerapkan pembelajaran kooperatif. 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 
"Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep reproduksi organisme ?"
Secara lebih khusus, untuk mempermudah penyelesaian permasalahan penelitian dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 
a. Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif pada konsep reproduksi organisme ?
b. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?
c. Bagaimana aktifitas siswa selama bekerja dalam kelompok ?
d. Bagaimana aktifitas guru selama pembelajaran berlangsung ?
e. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep reproduksi organisme ?

C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, masalah penelitian ini dibatasi sebagai berikut : 
a) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b) Konsep yang dipelajari adalah reproduksi organisme, sub konsep reproduksi vegetatif dan generatif pada tumbuhan, reproduksi vegetatif dan generatif pada hewan serta reproduksi manusia.
c) Data hasil belajar dari hasil kognitif dan afektif.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah : 
a. Menerapkan salah satu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya perbaikan pembelajaran.
b. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep reproduksi organisme.
c. Mendapat gambaran tentang aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran kooperatif tipe STAD.
d. Memperoleh informasi mengenai respon siswa selama mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep reproduksi tumbuhan, hewan dan manusia.

E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kepada guru IPA, terutama guru IPA kelas IX di SMPN X. Meningkatnya kemampuan guru mengajar, maka mutu pembelajaran di sekolah dan hasil belajar siswa akan meningkat.
Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan siswa dalam belajar kelompok dan pembelajaran lebih berpusat pada siswa (Student Centered).
Bagi guru diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas dan aktifitas dalam melaksanakan tugas pembelajarannya, memberikan alternatif strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi.

SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

(KODE : PTK-0111) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (FISIKA KELAS VIII) 



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada jaman sekarang merupakan suatu rangkaian peristiwa yang sangat penting bagi semua orang. Peristiwa tersebut diawali dengan interaksi antar manusia yang sedang belajar untuk mendapatkan sesuatu. Dalam proses belajar, dibutuhkan seorang pengajar untuk membantu proses belajar tersebut. Sebagai seorang pengajar jika berbicara tentang belajar maka tidak dapat lepas dari kegiatan mengajar. Karena belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan strategi pembelajaran yang diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Salah satu tolok ukur keberhasilan guru adalah bila dalam pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar. Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang maksimal. Untuk mencapai kondisi yang demikian maka perlu adanya fasilitator yaitu guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi siswa.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru Fisika di SMPN X, diketahui bahwa siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Hasil belajar siswa juga kurang dari nilai KKM yang telah ditentukan di SMPN X. Hal tersebut mungkin terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi. Kebanyakan para guru menggunakan model pembelajaran ceramah dan diskusi kelas saja. Sehingga memungkinkan siswa akan mempunyai dampak yang negatif, seperti : 
1. Siswa menjadi pasif, hanya menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru.
2. Siswa sering bosan sehingga terjadi keramaian di kelas.
3. Siswa kurang berinteraksi dengan teman yang lain ketika membahas pelajaran, sehingga tidak ada rasa kebersamaan antar siswa yang nilainya diatas nilai KKM dengan siswa yang nilainya di bawah nilai KKM.
4. Siswa banyak yang kurang paham.
Dari kemungkinan dampak negatif tersebut, para guru di SMPN X telah melakukan upaya tersendiri seperti memberikan tugas rumah setiap akhir pertemuan, mengajak siswa untuk berdiskusi bersama di kelas. Siswa membutuhkan metode pengajaran yang berbeda dari biasanya untuk membuat siswa lebih aktif dan tidak bosan selama pelajaran berlangsung. Metode-metode pembelajaran yang masih menampilkan guru sebagai tokoh sentral di muka kelas seharusnya ditinggalkan, selain itu pembelajaran tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa juga bisa saling mengajari dengan sesama siswa lainnya, dengan melibatkan siswa yang berprestasi tinggi (tutor sebaya) dalam kelompok-kelompok belajar di kelas untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif selain membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif yang lebih baik diantara siswa, juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Pembelajaran dengan tutor sebaya juga dapat melatih siswa untuk saling membantu satu sama lain. Siswa yang sebenarnya tidak paham dengan pelajaran yang dijelaskan guru, dapat bertanya dengan teman sebayanya.
Ada berbagai model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah : STAD (Student Team Achievement Division), Jigsaw, Investigasi Kelompok, TGT (Teams Game Tournament), dan sebagainya. STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang heterogen, beranggotakan 4-5 orang, dengan memperhatikan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan sebagainya. Siswa mempelajari materi bersama-sama melalui tutorial dan diskusi kemudian dilakukan kuis secara individual. Kuis diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan, kemudian berdasarkan skor perkembangan setiap anggota didapat skor tim sehingga dapat digunakan untuk menentukan kategori tim untuk tiap kuis.
Hasil penelitian Ong Eng Tek (1997) menyatakan bahwa model pembelajaran STAD mampu meningkatkan prestasi siswa di kelas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti berupaya menerapkan model pembelajaran STAD dengan modifikasi tutor sebaya agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran tipe STAD dengan tutor sebaya diharapkan agar siswa mampu memperoleh suatu pengetahuan baru yang dapat memotivasi siswa untuk mengasah kemampuan yang dimiliki. Selain itu, model ini juga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN X terhadap mata pelajaran Fisika. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul ‘’PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM-ACHIEVEMENT DEVISION) DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMPN X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana proses tindakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya ?
2. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu
1. Untuk mengetahui proses tindakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tutor sebaya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 
1. Guru
a. Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa.
b. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memilih metode serta model pembelajaran yang bervariasi.
c. Memperbaiki kinerja guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
2. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam pembelajaran bagi peneliti selain digunakan untuk menyelesaikan tugas pembelajaran.
3. Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Fisika.
b. Menambah rasa percaya diri dalam menyelesaikan soal-soal.
c. Menumbuhkan kemampuan dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengembangkan keterampilan berpikir yang tinggi.
4. Sekolah
a. Memberikan sumbangan yang positif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Memberi masukan yang baik bagi sekolah untuk pembaharuan pembelajaran berikutnya.
c. Dapat dipertimbangkan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas para siswa.

E. Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar sistematika skripsi ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : bagian awal, bagian isi dan bagian akhir yang masing-masing diuraikan sebagai berikut.
1. Bagian awal skripsi
Berisi judul, abstrak, lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi
a. Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.
b. Bab II Landasan Teori
Berisi uraian teoritis, atau teori-teori yang mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul skripsi
c. Bab III Metode Penelitian
Berisi tentang populasi, sampel penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode analisis data.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi semua hasil penelitian dan pembahasannya.
e. Bab V Penutup
Berisi simpulan dan saran-saran. 
3. Bagian akhir skripsi
Berisi daftar pustaka untuk memberikan informasi tentang semua buku sumber dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran dari hasil perhitungan-perhitungan statistik, ijin penelitian, dan instrumen penelitian