Search This Blog

Showing posts with label kemampuan koneksi. Show all posts
Showing posts with label kemampuan koneksi. Show all posts

TESIS MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

(KODE : PASCSARJ-0312) : TESIS MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED (PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA)



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended
Aliran konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu dibangun secara aktif oleh individu sendiri (Suparno, 1997). Piaget dalam Labinowicz (Depdiknas, 2003) memandang bahwa ilmu pengetahuan bukan sebagai hal yang diserap secara pasif dari lingkungan atau dibentuk dalam pikiran siswa. Namun, ia memandang bahwa ilmu pengetahuan sebagai suatu hal yang secara aktif dikonstruksi siswa dalam proses adaptasi terhadap lingkungannya. Sebagai konsekuensinya, hal tersebut mendorong ke arah terbentuknya suatu pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa dengan prinsip "konstruktif bukan menggunakan prinsip "transmission of knowledge".
Selanjutnya menurut Karli dan Yuliariatiningsih (Noor, 2007) bahwa dalam pembelajaran perolehan pengetahuan diawali dengan adanya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat di atasi melalui kegiatan kajian tugas mandiri. Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya (Karli dan Yuliariatiningsih dalam Noor, 2007). Oleh karena itu menurut pandangan ini, tujuan pembelajaran adalah membangun pemahaman, sehingga belajar tidak ditekankan untuk memperoleh pengetahuan yang banyak, tetapi yang utama adalah memberikan interpretasi melalui skemata yang dimiliki siswa (Hudoyo dalam Noor, 2007).
Salah satu pendekatan pembelajaran yang didasari oleh pandangan konstruktivisme adalah pendekatan open ended. Menurut Shimada dan Becker (1997) munculnya pendekatan open ended berawal dari pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif kemampuan berfikir tingkat tinggi matematika. Seperti diketahui bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, keterampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan pada siswa dalam langkah sistematis. Tentu saja rangkaian tersebut tidak diajarkan secara langsung terpisah-pisah atau masing-masing, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap setiap siswa.
Dalam pembelajaran siswa diberikan berbagai masalah dari suatu topik, kemudian diselesaikan dengan caranya sendiri dan berbagai cara. Masalah yang diambil untuk tugas matematika dapat diperoleh dari masalah yang kontekstual (real world) dan masalah dalam matematika (Shimada dan Becker, 1997). Masalah kontekstual dapat diambil dari masalah-masalah keseharian atau masalah-masalah yang dapat dipahami oleh pikiran siswa.
tesis pendidikan matematika-3
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan open ended, terlihat bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam pendekatan ini, sebagaimana dikemukakan Sawada (Shimada dan Becker, 1997) adalah sebagai berikut :
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih sering mengekspresikan ide.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
3. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4. Siswa secara intrinsic termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5. Siswa menjadi kaya akan pengalaman dalam menemukan dan menerima pengakuan dari siswa lainnya.
Adapun kelemahan dari pendekatan open ended adalah sebagai berikut :
1. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
2. Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara sempurna. Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami bagaimana caranya merespon atau menjawab permasalahan yang diberikan.
3. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena mereka merasa kesulitan dalam mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
Menurut Sawada (Shimada dan Becker, 1997) untuk mengembangkan rencana pembelajaran dengan pendekatan ini, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Tuliskan semua respon yang diharapkan muncul dari siswa (berupa jawaban yang beragam atas permasalahan yang diajukan oleh guru).
2. Tujuan permasalahan yang diajukan oleh guru kepada siswa, harus jelas.
3. Sajikan permasalahan semenarik mungkin.
4. Lengkapi prinsip "posing problem" sehingga siswa memahami dengan mudah maksud dari permasalahan itu.
5. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi jawaban.
Nohda (Suherman, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran open ended bertujuan untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang dapat digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berpikir dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh idea-idea matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu, pendekatan open ended dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pengajaran matematika. Sehingga siswa memahami bahwa proses dalam penyelesaian masalah berperan sama pentingnya seperti hasil akhir dari pemecahan masalah itu. Menurut Sawada (Suherman, 2003) bahwa sebenarnya tidak mudah dalam mengembangkan problem open ended yang tepat dan baik untuk siswa dengan beragam kemampuan. Melalui penelitian yang panjang di Jepang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkreasi problem tersebut, diantaranya :
1. Sajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2. Soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3. Sajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konektor.
4. Sajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
5. Berikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
6. Berikan beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasi dari pekerjaannya.