Search This Blog

Showing posts with label karya tulis ilmiah. Show all posts
Showing posts with label karya tulis ilmiah. Show all posts

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD

(KODE : KEBIDANN-0082) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD

contoh kti kebidanan

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000 kelahiran hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu salah satunya adalah 53% ibu hamil menderita anemia. (Dinkes Jabar, 2006).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Hb adalah protein dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari paru kebagian tubuh yang lain.
Anemia merupakan masalah kesehatan lain yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara 2 ibu hamil di Indonesia menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan zat besi. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten X kejadian anemia ibu hamil mencapai 739 kasus dari 3458 ibu hamil (21,37%).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Selain itu, anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/di transfer ke seluruh tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan (Manuaba, 2003).
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab kematian ibu hamil dikarenakan adanya pendarahan pada saat persalinan. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Sedangkan persentase bayi dengan bayi berat lahir rendah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebesar 1,74% naik sedikit dibandingkan dengan persentase tahun 2004 yang sebesar 1,54%. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten X terdapat kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 370 kasus dari 2114 kelahiran (17,5%).
Sesuai dengan studi pendahuluan di RSUD X, tahun 2009 kematian ibu bersalin mencapai 5 kasus dari 1348 persalinan (0,37%), sedangkan kematian bayi 107 dari 1348 kelahiran (7,04%). Dari survei tersebut terdapat kasus anemia ibu hamil trimester III sebanyak 149 dari 1348 ibu hamil (11,05%) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 211 dari 1348 kelahiran (15,69%). Sehubungan dengan hal tersebut maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang “HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD X”.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM DENGAN KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS HARI KEENAM

(KODE : KEBIDANN-0081) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM DENGAN KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS HARI KEENAM

contoh karya tulis ilmiah kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.(Mochtar, 1998)
Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun pada multigravida dengan perineum yang kaku. Untuk mengendalikan robekan perineum spontan maka dilakukan episiotomi sehingga mengurangi rasa nyeri dan menjamin agar luka teratur (Manuaba, 2002).
Kebanyakan robekan pada perineum terjadi sewaktu melahirkan dan penanganannya merupakan masalah kebidanan. Robekan perineum dibagi atas empat tingkat/ derajat. Robekan terjadi bisa karena robekan spontan bisa juga karena tindakan episiotomi. Beberapa cidera jaringan penyokong, baik cidera akut maupun nonakut, baik telah diperbaiki atau belum, dapat menjadi masalah ginekologis di kemudian hari. Kerusakan pada penyokong panggul biasanya segera terlihat dan diperbaiki setelah persalinan (Bobak, 2005).
Luka laserasi jalan lahir biasanya terdapat sedikit jaringan yang hilang karena luka ini hasil tindakan episiotomi atau laserasi. Pada kenyataan fase-fase penyembuhan akan tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien, cara perawatan luka perineum yang tepat dan bantuan ataupun intervensi dari luar yang ditujukan dalam rangka mendukung penyembuhan (Moya, 2003).
Menurut Suwiyoga (2004) akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir.
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
Berdasarkan survey awal terdapat 23 orang pasien postpartum yang mempunyai luka laserasi jalan lahir. Dari hasil pengkajian, didapatkan 8 pasien postpartum yang mengalami keterlambatan penyembuhan luka, terdiri dari 5 pasien yang kurang kebersihan merawat diri; dan 3 pasien yang kurang memperhatikan nutrisi sehingga luka laserasi jalan lahir mengalami proses penyembuhan yang terlambat.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka mendorong peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan perawatan perineum dengan kesembuhan luka perineum pada ibu nifas hari keenam.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KECEMASAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP INFERTILITAS SEKUNDER

(KODE : KEBIDANN-0080) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KECEMASAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP INFERTILITAS SEKUNDER

contoh kti kebidanan

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hamil merupakan salah satu kebahagiaan dalam siklus kehidupan seorang wanita. Ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak, secara mengejutkan dapat dialami oleh wanita dewasa sehat. Keadaan ini dapat menyebabkan trauma, baik secara fisik maupun emosional. Dengan adanya kehadiran anak ditengah-tengah keluarga, diharapkan dapat membangun keluarga yang aman, damai, bahagia dan sejahtera.
Setelah memiliki anak pertama dan berkeinginan untuk memiliki anak kedua, tidak sedikit para ibu yang mengalami kesulitan untuk hamil lagi. Kondisi ini dikenal dengan sebutan infertilitas sekunder. Kebanyakan orang percaya bahwa sekali punya anak, telah membuktikan kesuburan dan tidak akan mengalami masalah pada kehamilan berikutnya. Adapun kenyataannya tidak demikian, karena beberapa pasangan mengalami kesulitan untuk hamil berikutnya setelah mendapatkan anak sebelumnya. Infertilitas sekunder merupakan masalah nyata yang menyumbang sekitar 60% dari kasus ketidaksuburan (Neilsen, 2007)
Menurut penelitian Badan Statistik di Amerika Serikat pada tahun 2006, diperkirakan 3,3 juta orang pasangan di Amerika Serikat mengalami infertilitas sekunder. Di Indonesia dilaporkan oleh Nur Sibue (1999), pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sebesar 15,6% dan berdasarkan penelitian Elia Mashuri (2006), di Rumah Sakit Umum X ditemukan pasangan dengan infertilitas sekunder sebesar 9,68%.
Penemuan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sebagai pasangan yang telah memiliki satu anak sebelumnya, sering sekali tidak dianggap sebagai suatu masalah dibanding dengan pasangan yang mengalami infertilitas primer yaitu pasangan yang belum pernah mengalami kehamilan sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan banyak penyedia layanan kesehatan dan peneliti kurang memperhatikan infertilitas sekunder daripada infertilitas primer, sehingga terjadi kegagalan untuk melihat jenis infertilitas sekunder sebagai satu masalah.
Pada pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sering tidak mendapat bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan dari teman-teman dan keluarga, karena mereka dianggap benar-benar subur karena sudah memiliki anak. Kegagalan mengembangkan keluarga pada pasangan suami istri akan menyebabkan perasaan sedih dan cemas. Selain dengan bertambahnya usia, akan menambah perasaan cemas pada pasangan karena usia sangat berpengaruh terhadap kesuburan dan kehamilan. Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan sangat berkaitan dengan fungsi reproduksi yang dapat menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada saat koitus (Kartono, 2007:74).
Untuk dapat mengetahui masalah pada pasangan infertilitas sekunder, tidak hanya diperlukan penelitian yang menjelaskan tentang faktor penyebab terjadinya infertilitas sekunder pada setiap pasangan yang mengalaminya, tetapi lebih baik jika diimbangi dengan mengetahui kecemasan pasangan usia subur tersebut terhadap infertilitas sekunder. Untuk itulah peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang kecemasan pasangan usia subur terhadap infertilitas sekunder.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI PADA MASA PUBERTAS TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS DI SLTP

(KODE : KEBIDANN-0079) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI PADA MASA PUBERTAS TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS DI SLTP

karya tulis ilmiah (kti)

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan reproduksi remaja terkait erat dengan perkembangan seksualnya. Sebagian remaja tidak mengalami masalah dalam perkembangan seksualnya, tapi tidak sedikit dari mereka karena proses tersebut kehidupan mereka di hari tua menjadi kurang menguntungkan. Saat ini sebagian besar kaum remaja lebih berani mengambil resiko yang mengancam kesehatan reproduksinya, tetapi mereka tidak mengetahui banyak informasi mengenai apa itu reproduksi (Ayurai, 2009).
Masa pubertas remaja adalah masa dimana perkembangan fisik mereka yang menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini (Akhmad, 2009).
Dalam masa perkembangannya, pribadi para remaja mengalami banyak masalah dalam penyesuaian diri bila dibandingkan dengan masa sebelumnya, karena ternyata pada masa anak-anak cukup tenang dan bahagia. Adapun dalam masa pertumbuhannya ia mengalami ketegangan batin akibat ingin lepas dari ketergantungan dan pengawasan dari orang lain menuju kebebasan dari pengawasan dan pengekangan dari orang dewasa (Djaali, 2008).
Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja yaitu terjadi perubahan-perubahan fisik yang mempengaruhi perkembangan kehidupan seksualnya, ini ditandai masaknya organ seksual. Perkembangan fisik berjalan sangat cepat, sehingga pada masa berakhir mereka sudah memiliki organ seksual sebagaimana halnya orang dewasa. Masalah remaja hakikatnya bersumber pada perubahan organo-biologik akibat pematangan organ-organ reproduksi yang sering sekali tidak diketahui remaja itu sendiri (Soejoeti, 2001).
Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama) dan perubahan psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi hormon gonadotropin yang diproduksi kelenjar bawah otak. Pada saat yang sama kortex kelenjar supra renal mulai membentuk hormon androgen yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormon-hormon inilah yang menyebabkan pertumbuhan genitalia internal, eksternal dan ciri kelamin sekunder. Genitalia internal dan eksternal akan tumbuh terus untuk mencapai bentuk dan sifat seperti usia reproduksi. Secara psikis kedua hormon inilah yang membentuk karakter remaja menuju kedewasaan dan memunculkan libido (hasrat seksual) (Nurul, 2008).
Sejak lebih dari satu dekade terakhir ini telah terjadi perubahan dalam pandangan dan perilaku seks di kalangan remaja di Indonesia dan hasil penelitian telah menunjukan adanya perubahan tersebut. Pola pergaulan semakin bebas yang didukung oleh fasilitas, aktivitas seksual mudah dilakukan bahkan lebih mudah berlanjut ke hubungan seksual (Wimpie Pangkahila, 1997). Ironisnya, di sisi lain masyarakat khususnya remaja tidak menerima pendidikan seks yang benar dan bertanggung jawab atau pengetahuan mengenai masalah reproduksi yang sehat (Sunanti, 2001).
Perubahan-perubahan mendasar dalam sikap dan perilaku seksual reproduksi di kalangan remaja telah menjadi suatu masalah sosial yang memprihatinkan masyarakat Indonesia (Khesbiyah.Y.Dkk, 1997).
Data menunjukan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapatkan informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, 5% dari orang tua. Penelitian dari Synovate Research dari 450 remaja Surabaya, Jakarta, Bandung dan Medan menunjukkan 44% mendapat pengalaman seksual usia 16-18 tahun, 16%-nya usia 13-15 tahun. Remaja sering beranggapan bahwa makna seks dieksploitasikan oleh pandangan dan gaya yang di Islami. Remaja harus berani beda dengan fenomena gaya masa kini seperti gaul tidaknya seseorang dilihat dari pengalaman seksualnya, seks sebagai sesuatu yang menyenangkan dan perlu di coba (Nurul, 2009).
Perlunya remaja memahami organ reproduksinya merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Hal ini diselaraskan dengan kemampuan remaja untuk mencerna informasi seputar seks sehingga tidak berdampak penyalahgunaan informasi yang membahayakan pembentukan karakter moralnya. Pendidikan seks tidak hanya mencakup pertanyaan dan jawaban seputar seks. Keteladanan orang tua dan pendidik, pembiasaan akhlak yang baik, penghargaan terhadap anggota tubuh terutama organ reproduksinya serta penanaman tanggung jawab menjaga aurat organ reproduksinya (Nurul, 2008).
Pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat diharapkan para remaja mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat (Fitramaya, 2009).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang "PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI PADA MASA PUBERTAS TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS DI SLTP".

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA TRIMESTER I

(KODE : KEBIDANN-0078) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA TRIMESTER I

contoh karya tulis ilmiah kebidanan

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Kehamilan merupakan suatu hal yang sangat didambakan. Selama kehamilannya, tak jarang ibu hamil mengalami berbagai gejala fisik ringan yang sebenarnya merupakan perubahan normal dialami. Oleh karena itu merupakan suatu pengalaman baru dan ketidaktahuan akan terjadi perubahan tubuh, berbagai gejala tersebut kerap memicu kecemasan (Utami, 2008).
Gejala awal kehamilan pada beberapa wanita adalah mual, dengan atau tanpa muntah. Ini sering disebut morning sickness (mual pagi). Banyak wanita mengalami mual, biasanya tidak perlu perhatian medis. Akan tetapi, suatu keadaan yang disebut hiperemesis gravidarum (mual dan muntah yang parah) menyebabkan muntah yang sering sehingga kehilangan nutrisi dan cairan (Stoppard, 2009. hal. 73).
Koren (2000, dalam Tiran. 2008. hal. 2) menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering dalam kehamilan. Power et.al (2001) mencatat sekitar 51,4% wanita mengalami mual dan 9,2% wanita mengalami muntah. Sementara O’Brien dan Naber (1992) mengatakan bahwa 70% wanita mengalami mual dan 28% mengalami muntah. Gadsby et.al (2003) melaporkan ada 805 insidensi, yaitu 28% hanya mengalami gejala mual dan 52% mengalami muntah. Tinjauan mual antara 70 dan 85%, dengan sekitar setengah dari persentase ini mengalami muntah.
Broussard dan Richter (1998, dalam Tiran. 2008. hal. 3) menyatakan bahwa sampai dengan 90% wanita mengalami mual dan muntah dalam kehamilan dari tingkat yang ringan sampai sedang yang dapat sembuh dengan sendirinya, sampai dengan kondisi berat, yaitu hiperemesis gravidarum, yang mengakibatkan penurunan berat badan, gangguan elektrolit dan metabolik dan kemungkinan skala jangka panjang.
Kelli (1996;306, dalam Tiran, 2008. hal. 3) memperkirakan bahwa hiperemesis gravidarum sangat patologis terjadi dalam 1:500 kehamilan, dan Walters (1999) menyatakan bahwa insedensinya adalah tiga dan sepuluh per seribu kehamilan. Dalam studi Power et.al (2001) sekitar 2.4% wanita yang mengalami mual dan muntah memerlukan hospitalisasi untuk hiperemesis gravidarum.
Semua kehamilan yang terus berlanjut dan diinginkan memiliki makna khusus bagi wanita yang menginginkannya. Banyaknya kontribusi ilmu pengetahuan sosial dalam memahami reproduksi telah difokuskan pada pengalaman dan kebutuhan wanita berisiko rendah selama kehamilan dan Persalinan. Selain itu, wanita hamil juga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka selama hamil (Henderson, 2005).
Nausea (mual) dan hiperemesis gravidarum (muntah berlebihan) adalah keluhan yang paling sering dialami perempuan hamil. Kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada perempuan, yaitu adanya peningkatan kadar hormon esterogen dan progesteron, serta dikeluarkannya hormon human chorionic gonadothropin yang menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah pusing dan mual muntah terutama pada pagi hari. Biasanya mual muntah ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, namun tidak menutup kemungkinan juga sering terjadi pada trimester selanjutnya. Selain dengan komunikasi informasi dan edukasi tentang fisiologi kehamilan muda, diet dengan makan sedikit tapi sering serta pemberian obat atau vitamin B6 penanganan untuk mual dan muntah bisa juga dilakukan melalui hipnoterapi. Ini karena, hiperemesis gravidarum sering pula disebabkan pengaruh psikologis ibu (Aprillia, 2010. hlm. 78).
Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala "normal". Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi, dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama kecemasan terhadap hiperemesis gravidarum. Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan rentan terhadap masalah distress emosional menambah ketidaknyamanan fisik (Latrakis, et.al 1988). Syok dan adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar, atau kehamilan yang terjadi dalam waktu berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang membuat mual dan muntah menjadi lebih berat (Tiran, 2008. hal. 15). Hal ini juga bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan, informasi, dan komunikasi antara wanita dan pemberi asuhannya juga turut mempengaruhi persepsi wanita tentang keparahan gejala (Tiran, 2008. hal. 17).

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEMBERIAN ASI BERSAMAAN MAKANAN TAMBAHAN OLEH IBU PADA BAYI 0-6 BULAN

(KODE : KEBIDANN-0077) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEMBERIAN ASI BERSAMAAN MAKANAN TAMBAHAN OLEH IBU PADA BAYI 0-6 BULAN

contoh karya tulis ilmiah (kti) kebidanan

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu di sayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyo, 2009).
Pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan ataupun minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Makanan atau minuman lain yang dimaksud misalnya seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, ataupun makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Bahkan air putih pun tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Kodrat, 2010).
WHO (World Health Organization) telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Rekomendasikan oleh WHO untuk memberikan ASI bukannya tanpa alasan. Para ahli menyatakan bahwa manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya di beri ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya. Peningkatan itu sesuai dengan pemberian ASI eksklusif, serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur enam bulan. Pedoman international yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup, pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama enam bulan pertama hidupnya (Yuliarti, 2010).
Kemala (2008, dalam Amiruddin dan Rostina, 2006) mengatakan bahwa setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF (United Nations International Children Education Found) memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama Word Health Assembly (WHA) adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Kajian WHO atas lebih dari 3000 penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Target pencapaian ASI eksklusif adalah 40% tahun 2005 dan 80% tahun 2010. Sedangkan target Indonesia 2010 bahwa persentase bayi mendapatkan ASI eksklusif adalah 80% (Kemala, 2008). Dan hanya 18% ibu di Indonesia memberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan. Persentase itu jauh dari target nasional 80%. (Setiawan, 2009)
Meskipun UNICEF sudah menyampaikan bahwa ASI harus diberikan pada enam bulan pertama si bayi, namun kenyataannya aplikasinya juga sangat sulit di laksanakan (Kodrat, 2010).
Menurut penelitian Hananto dan Kasniah, ditemukan bahwa 86% ibu-ibu memberikan makanan tambahan secara dini pada bayi baru lahir berupa pisang dan bubur. Pemberian makanan tambahan terlalu dini pada bayi akan mengakibatkan atau menimbulkan gangguan pencernaan dan keluhan sakit perut dan bahkan masalah yang serius seperti alergi dan diare, karena pencernaan bayi belum berkembang sempurna sehingga belum dapat mencerna makanan dengan baik. Apabila pemberian makanan tambahan terlalu lambat pada bayi, akan menyebabkan bayi kurang nutrisi dan terlambat untuk mengunyah makanan yang akan membantu perkembangan rahangnya (Suririnah, 2009).
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berbahaya bagi bayi karena dapat menyebabkan infeksi. Selain itu pemberian makanan tambahan pada usia 0-6 bulan adalah beban ginjal yang terlalu berat sehingga mengakibatkan hiperosmolaritas plasma, alergi terhadap makanan dan mungkin gangguan selera makan (Suharjo, 2004). Oleh karena itu pemberian makanan sebaiknya diberikan pada usia diatas enam bulan. Hal ini dapat memberikan keuntungan antara lain : perlindungan besar dari berbagai infeksi, pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima Makanan Tambahan, melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari (Soraya, 2005).
Namun kenyataannya masih banyak ibu yang memberikan makanan tambahan terlalu dini pada bayi mereka pada usia 0-6 bulan. Umumnya ibu beranggapan bahwa bayi akan tidur nyenyak apabila diberi makan yang kenyang karena kalau bayi menangis dianggap si bayi lapar (Soraya, 2005). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada usia 0-6 bulan yaitu : faktor kesehatan bayi, faktor iklan (Soetjiningsih, 1997), faktor pengetahuan ibu, faktor petugas kesehatan, faktor budaya dan faktor ekonomi (Suharjo, 1992).
Melihat fakta yang penulis temukan di lapangan maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEMBERIAN ASI BERSAMAAN MAKANAN TAMBAHAN OLEH IBU PADA BAYI 0-6 BULAN”.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II

(KODE : KEBIDANN-0076) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II


BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satunya adalah sektor pendidikan. Posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun (Rosyada, 2007). Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam hal proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, anak di paksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya sehingga anak didik ketika lulus sekolah mereka pintar secara teoritis, namun mereka tidak mampu untuk mengaplikasikan teori yang mereka peroleh tersebut (Sanjaya, 2011).
Pendidikan yang seharusnya mampu menanamkan kemandirian kerja keras dan kreativitas peserta didik agar dapat berhasil dan berguna dalam masyarakat, malah menghasilkan peserta didik yang bermental benalu, yakni lulusan pendidik formal hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan formal semata. Hal ini dilatarbelakangi sistem pendidikan kita yang top down (dari atas ke bawah) menganggap bahwa pendidikan sebagai proses pemindahan ilmu dari dosen kepada mahasiswa. Kognitif mahasiswa dipandang sebagai safe deposit box, yakni pengetahuan dianggap berasal dari dosen dan ditransfer kepada mahasiswa. Dalam arti lain mahasiswa hanya menampung apa yang disampaikan dosen (Elmubarok, 2009).
Di samping keteladanan sebagai dosen yang utama pengajaran di universitas perlu juga menggunakan metode pembelajaran yang menyentuh emosi dan keterlibatan para mahasiswa seperti permainan, stimulasi dan imajinasi. Dosen hendaknya menjadi fasilitator bagi peserta didiknya, sehingga timbul kebutuhan dari dirinya untuk memperoleh keterampilan dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya (Elmubarok, 2009).
Pembelajaran aktif mengkoordinasikan agar mahasiswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukan selama pembelajaran. Konsep pembelajaran aktif berkembang setelah sejumlah institusi melakukan riset tentang lamanya ingatan mahasiswa terhadap mated pembelajaran terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel Maine (1954), Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok berbasis dosen {teacher centered learning) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi dosen dengan audiovisual dan bahkan demonstrasi oleh dosen, mahasiswa hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30% (Warsono & Haryanto, 2012). Universitas sebagai suatu tempat pendidikan seharusnya mengajarkan pembelajaran cooperative learning melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada mahasiswa untuk bekerja sama dengan sesama mahasiswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan menjadikan mahasiswa sebagai sumber belajar bagi teman lainnya (Wena, 2011).
Menurut hasil penelitian Wirahana (2012) menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning type talking stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 65,28% (cukup aktif) meningkat pada siklus II menjadi 85,41% (sangat aktif), dengan peningkatan sebesar (20,13%). Sementara itu nilai rata-rata kinerja guru pada siklus I yaitu 68,21 (cukup baik) meningkat pada siklus II menjadi 87.5 (sangat baik). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53.06 kemudian meningkat menjadi 85,28 pada akhir siklus II.
Dalam konteks ini kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu jigsaw, number head together, group investigation, student teams achievement division dan metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif seperti talking stick, snowball drilling, everyone is teacher here dan lain sebagainya. Dalam hal ini peneliti mengambil pembelajaran talking sticky ang bertujuan lebih efektif dan bermakna. Karena dengan pembelajaran talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam hal ini peserta didik harus mampu mengerti makna belajar, manfaat pembelajaran, dan bagaimana para peserta didik mampu mencapai proses pembelajaran dengan baik. Seyogyanya diharapkan kepada peserta didik selain terdapat peningkatan hasil belajar secara kognitif dan afektif, juga terdapat nilai-nila yang bisa diaplikasikan atau diterapkan peserta didik ke dalam kehidupan sehari-hari.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAHIRKAN SECARA SEKSIO SESAREA

(KODE : KEBIDANN-0075) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAHIRKAN SECARA SEKSIO SESAREA

contoh karya tulis ilmiah kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli banyak menemukan berbagai penemuan bam, khususnya dibidang kesehatan. Seperti halnya cara melahirkan, yang semula dengan cara pervaginam yang kita kenal dengan melahirkan normal, ternyata juga bisa dilakukan perabdominal, yang disebut sectio caesar atau operasi sesarea.
Menurut Kasdu (2003) pada awalnya seksio sesarea dikembangkan sebagai salah satu metode modern dibidang kedokteran khususnya di kebidanan untuk membantu menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan. Dalam sejarah kedokteran, operasi sesarea baru disebut sebagai cara untuk melahirkan bayi, tepatnya tahun 1794, yaitu ketika dokter Virginia Amerika Serikat melakukan operasi pada istrinya. Saat itu, tercatat sekitar 10% wanita yang dapat hidup setelah persalinan dengan operasi. Hal ini disebabkan prosedur operasi yang tidak steril, efek obat bius, antibiotik, teknik pembedahan, perdarahan, pemantauan pasca operasi, manajemen, serta kontrol rasa sakit yang belum ada.
Banyak hal yang menjadi penyebab atau indikasi seorang ibu harus melakukan operasi seksio. Baik itu karena pertimbangan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayinya, maupun karena pertimbangan nonmedis yang lebih bertujuan pada pemenuhan keinginan ibu atau permintaan ibu yang tidak tahan sakit jika harus melahirkan normal.
Menurut Pritchard, Macdonald dan Gant (1991) pada umumnya, tindakan seksio sesarea akan dilaksanakan dalam keadaan di mana penundaan kelahiran akan memperburuk keadaan janin, ibu atau bahkan keduanya. Sedangkan kelahiran secara normal tidak mungkin dilakukan dengan aman.
Menurut Stoppard (2008) jika kelahiran bayi dilakukan secara normal melalui vagina bisa membahayakan atau bahkan tidak memungkinkan bagi ibu bisa dikarenakan kondisi kehamilan ibu tidak diperbolehkan untuk melahirkan normal seperti adanya perdarahan akibat letak plasenta yang tidak normal maka, bayi akan dilahirkan dengan cara operasi caesar, walaupun si ibu dan keluarga tetap bersikeras ingin melalui jalan normal, pihak dokter pasti tidak akan mengizinkan, karena akan membahayakan keselamatan ibu, janin bahkan keduanya.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran dan kebidanan, maka kini operasi sesarea sudah banyak dimanfaatkan sebagai alternatif untuk melahirkan tanpa rasa sakit. Bahkan, bagi sebagian orang operasi dilakukan sebagai cara tercepat untuk persalinan yang mudah dan aman, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika, pada tahun 1994, menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sesarea yang tercatat, secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya, tidak ada kegawatdaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Hasil serupa yang dilakukan setahun kemudian berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Amerika, sebanyak 25% dari angka kelahiran yang tercatat pada tahun itu diseluruh Amerika merupakan kelahiran sesarea yang dilakukan oleh ibu-ibu yang tidak memiliki risiko tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi persalinan lain (Kasdu, 2003).
Indikasi lain yang sulit dipercaya tetapi nyata dan hampir atau sama sekali tidak berhubungan dengan faktor 3P (power, passenger dan passage) yaitu karena adanya indikasi nonmedis yang berasal dari pasien sendiri, suami bahkan keluarga, di antaranya karena ibu tidak ingin keadaan vaginanya agak longgar, atau karena terlalu sayang pada anak sehingga tidak tega membiarkan anak menunggu lahir atau bersusah payah melewati jalan lahir. Atau, karena percaya adanya hubungan antara saat kelahiran dengan perjalanan nasib. Nasib seakan-akan bisa diatur dengan merekayasa waktu persalinan, dengan cara menentukan tanggal, bulan yang tepat sesuai dengan yang diyakini oleh ibu dan keluarga, hal ini terjadi akibat adanya pengaruh budaya, agama, adat istiadat yang berkembang di masyarakat dan hal tersebut masih berkembang sampai saat ini, walaupun zaman sudah semakin canggih (Dewi & Fauzi, 2007).
Tidak jauh berbeda dengan di Amerika Serikat, di Indonesia pada awalnya masih banyak orang yang khawatir bila mendengar melahirkan melalui operasi sesarea karena prosesnya yang menakutkan atau karena faktor biaya yang sangat mahal dibandingkan jika hanya melahirkan normal. Akan tapi, sekarang sudah banyak masyarakat yang mengenal operasi sesarea.
Sebagaimana menurut Dewi dan Indarwati (2010), salah satu alasan dilakukan operasi seksio sesarea yang dilakukan tanpa pertimbangan dari segi medis di antaranya karena permintaan pasien. Tidak sedikit kasus yang ditemui di rumah sakit tentang seorang ibu yang tidak ingin merasakan sakit sewaktu melahirkan secara normal akibat kontraksi rahim. Biasanya tanpa pertimbangan, mereka meminta untuk dilakukan seksio agar ibu tidak merasakan sakit pada saat melahirkan bayinya.
Alasan lainnya adalah menjaga keharmonisan suami istri agar tetap mesra karena ada anggapan jika melahirkan melalui jalan normal akan mengendurkan otot-otot di vagina sehingga akan mengganggu hubungan suami istri. Hal lain yang menyebabkan ibu memilih operasi sesarea adalah pekerjaan, sebab ibu yang bekerja memiliki keterikatan waktu sehingga ia harus dapat mengatur jadwal kapan ia akan melahirkan dan kapan ia harus dapat kembali bekerja, tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Namun, tidak sedikit pula persalinan sesarea tersebut dilakukan karena kondisi ibu maupun janin tidak memungkinkan untuk melahirkan secara alami. Adapun tanda-tanda umum yang menjadi indikasi dilakukan bedah caesar yaitu adanya masalah kesehatan ibu seperti distosia (keadaan yang sulit pada suatu persalinan), plasenta previa/letak plasenta abnormal yang menutupi jalan lahir), cephalopelvic disproportion kepala bayi tidak sepadan dengan panggul ibu), sedangkan masalah dari janin seperti, gamelli (bayi kembar), malpresentasi (seperti letak sungsang, letak lintang) (Ventura, et al. 2000).
Setiap intervensi atau tindakan apapun pasti memiliki risiko, tetapi alangkah lebih baik jika risiko yang akan timbul dapat diminimalisasi. Tidak menutup kemungkinan tindakan operasi sesarea juga dapat menimbulkan risiko. Menurut Bensons dan Pernolls (dalam Dewi & Fauzi, 2007, hal. 23) angka kematian pada operasi sesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Komplikasi tindakan anastesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu. Komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan operasi sesarea dengan frekuensi diatas 11% antara lain: cedera kandung kemih, cedera pada rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan dapat pula cedera pada bayi. Pada operasi sesarea yang direncanakan angka komplikasinya kurang lebih 4,2%. Operasi sesarea darurat berangka kurang lebih 19%.
Apapun kategori yang akan dilaksanakan dalam bedah sesarea, baik itu kategori bedah sesarea yang direncanakan, maupun kategori bedah sesarea darurat, sangatlah penting sekali agar pihak yang berkaitan dengan tindakan operasi tersebut khususnya di bagian kebidanan dan anastesi pada semua rumah sakit harus memiliki protokol yang tersusun dengan baik untuk pelaksanaan bedah sesarea yang hasilnya tidak akan mengecewakan (Rayburn, 2001).
Jika proses persalinan normal memang tidak dimungkinkan untuk dilakukan, karena adanya alasan medis maka operasi sesarea adalah jalan terbaik. Namun, kebanyakan operasi seksio sesarea bukan karena alasan medis. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengalaman ibu primipara yang melahirkan secara seksio sesarea.
Beberapa pertanyaan yang muncul sehubungan dengan keadaan ini ialah mengapa para ibu yang baru pertama melahirkan sudah harus operasi? Apakah karena alasan medis atau bukan. Dengan alasan yang tepat tindakan sesarea dapat dilakukan dan mengurangi angka kejadian seksio sesarea yang tidak perlu.
Diharapkan para ibu dapat lebih cerdas dalam menentukan pilihan untuk kelahiran bayinya, bagi tenaga medis diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan asuhan sayang ibu dan berupaya untuk menurunkan angka kejadian seksio sesarea yang tidak perlu. Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian tentang pengalaman ibu primipara yang melahirkan secara seksio sesarea.
Dalam proses penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, karena data yang diperoleh merupakan fenomena sosial dan masalah manusia secara alamiah. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian fenomenologi. Pada penelitian ini dijelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Fenomenologi diartikan sebagai, pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang.

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH KEBIDANAN

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH KEBIDANAN

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH KEBIDANAN

  • (KODE : KEBIDANN-0002) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUANG KEBIDANAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT X
  • (KODE : KEBIDANN-0003) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI KEBIDANAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0005) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA AKIBAT INKOMPATIBILITAS ABO DI RSU X
  • (KODE : KEBIDANN-0006) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN KETEPATAN JADWAL IMUNISASI DASAR BAYI DI POLINDES X
  • (KODE : KEBIDANN-0007) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERIAN TABLET MERAH TERHADAP PENINGKATAN HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN
  • (KODE : KEBIDANN-0008) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN TENTANG SINDROM KLIMAKTERIUM PADA WANITA USIA 40-60 TAHUN DI DESA X 
  • (KODE : KEBIDANN-0009) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN PERSALINAN DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA
  • (KODE : KEBIDANN-0010) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DENGAN PENAMBAHAN VITAMIN C TERHADAP KENAIKAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
  • (KODE : KEBIDANN-0011) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH ANEMIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU DAN DUA SMP X
  • (KODE : KEBIDANN-0012) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PILIHAN IBU MENJADI AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPS X
  • (KODE : KEBIDANN-0013) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM DI RS X
  • (KODE : KEBIDANN-0014) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI D IV KEBIDANAN DI UNIVERSITAS X
  • (KODE : KEBIDANN-0015) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA D IV KEBIDANAN UNIVERSITAS X
  • (KODE : KEBIDANN-0016) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEBIDANAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0017) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI TETANUS TOKSOID DENGAN STATUS IMUNISASI TETANUS TOKSOID WANITA USIA SUBUR DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0018) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH ANEMIA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP X
  • (KODE : KEBIDANN-0019) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH MASA TROTZALTER TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU X
  • (KODE : KEBIDANN-0020) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN ASUPAN KALSIUM PADA WANITA PREMENOPAUSE DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0021) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERILAKU MEMBACAKAN CERITA PADA ANAK DI DUSUN X 
  • (KODE : KEBIDANN-0022) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN BANYAKNYA MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SMU X 
  • (KODE : KEBIDANN-0023) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) 
  • (KODE : KEBIDANN-0024) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA X 
  • (KODE : KEBIDANN-0025) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG DI RUMAH BERSALIN X 
  • (KODE : KEBIDANN-0026) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL KEBIDANAN PADA BADAN RSUD X 
  • (KODE : KEBIDANN-0027) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PIJAT BAYI TERHADAP PRAKTIK PIJAT BAYI DI POLINDES X 
  • (KODE : KEBIDANN-0028) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH ANEMIA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP X 
  • (KODE : KEBIDANN-0029) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI BPS X 
  • (KODE : KEBIDANN-0030) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PEMBERIANNYA DI WILAYAH PUSKESMAS X 
  • (KODE : KEBIDANN-0031) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU MENYUSUI DI KECAMATAN X 
  • (KODE : KEBIDANN-0032) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERUBAHAN POLA MENSTRUASI PADA 9 BULAN PERTAMA KB SUNTIK DMPA DI KLINIK X
  • (KODE : KEBIDANN-0033) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) MOTIVASI MAHASISWA MENGIKUTI PROGRAM PENDIDIKAN BIDAN PENDIDIK
  • (KODE : KEBIDANN-0034) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT III DALAM MATAKULIAH PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN DI AKADEMI KEBIDANAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0035) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI MENJADI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
  • (KODE : KEBIDANN-0036) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES X
  • (KODE : KEBIDANN-0037) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) EFEKTIFITAS PEMIJATAN PERINEUM TERHADAP RUPTUR PERINEUM DI KLINIK BERSALIN X
  • (KODE : KEBIDANN-0038) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI PREMATUR
  • (KODE : KEBIDANN-0039) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR
  • (KODE : KEBIDANN-0040) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BAYI DI KLINIK X
  • (KODE : KEBIDANN-0041) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RB X
  • (KODE : KEBIDANN-0042) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA REGULER SEMESTER IV
  • (KODE : KEBIDANN-0043) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0044) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PREMATURITAS DI RSUD X
  • (KODE : KEBIDANN-0045) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN CARA PENANGANAN PREMENSTRUAL SYNDROME
  • (KODE : KEBIDANN-0046) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN FAKTOR RISIKO MULTIPARITAS DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RS X
  • (KODE : KEBIDANN-0047) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN RAWAT INAP DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RS X
  • (KODE : KEBIDANN-0048) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI BPS X
  • (KODE : KEBIDANN-0049) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN LINGKUNGAN PERGAULAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJA
  • (KODE : KEBIDANN-0050) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL
  • (KODE : KEBIDANN-0051) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG ANTENATAL CARE TERHADAP PELAKSANAAN K4
  • (KODE : KEBIDANN-0052) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-8 BULAN DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0053) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAKNYA DI SD X
  • (KODE : KEBIDANN-0054) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SMAN X
  • (KODE : KEBIDANN-0055) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PERAN DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKBID X
  • (KODE : KEBIDANN-0056) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0057) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR BAYI
  • (KODE : KEBIDANN-0058) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KETAATAN KUNJUNGAN IMUNISASI BAYI DI POSYANDU
  • (KODE : KEBIDANN-0059) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN PERILAKU PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI PUSKESMAS X
  • (KODE : KEBIDANN-0060) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG METODE KONTRASEPSI
  • (KODE : KEBIDANN-0061) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN NYERI HAID PRIMER DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI SDN X
  • (KODE : KEBIDANN-0062) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA X
  • (KODE : KEBIDANN-0063) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG
  • (KODE : KEBIDANN-0064) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE
  • (KODE : KEBIDANN-0065) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SADARI DENGAN PERILAKU SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA MAHASISWI
  • (KODE : KEBIDANN-0066) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA
  • (KODE : KEBIDANN-0067) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI DEPOPROVERA TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR
  • (KODE : KEBIDANN-0068) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN AKSEPTOR SUNTIK TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK DI KLINIK BERSALIN X
  • (KODE : KEBIDANN-0069) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PIJAT BAYI DI RUMAH SAKIT X
  • (KODE : KEBIDANN-0070) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DI SMA X
  • (KODE : KEBIDANN-0071) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) TINDAKAN PRIA PESERTA KB AKTIF DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI BAGI KB
  • (KODE : KEBIDANN-0072) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI KEC X
  • (KODE : KEBIDANN-0073) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) IBU HAMIL DAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
  • (KODE : KEBIDANN-0074) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PENGUASAAN MATA KULIAH INTI KEBIDANAN DENGAN SIKAP TERHADAP PROFESI BIDAN DI STIKES
  • (KODE : KEBIDANN-0075) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAHIRKAN SECARA SEKSIO SESAREA [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0076) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PERBANDINGAN METODE CERAMAH DENGAN TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PADA MATA KULIAH ASKEB II [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0077) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEMBERIAN ASI BERSAMAAN MAKANAN TAMBAHAN OLEH IBU PADA BAYI 0-6 BULAN [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0078) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGALAMAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA TRIMESTER I [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0079) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI PADA MASA PUBERTAS TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS DI SLTP [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0080) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) KECEMASAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP INFERTILITAS SEKUNDER [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0081) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN PERAWATAN PERINEUM DENGAN KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS HARI KEENAM [[ LIHAT BAB I ]]
  • (KODE : KEBIDANN-0082) : KARYA TULIS ILMIAH (KTI) HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS [[ LIHAT BAB I ]]