Search This Blog

Showing posts with label bimbingan kelompok. Show all posts
Showing posts with label bimbingan kelompok. Show all posts

SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

(KODE : PTK-0568) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK (BIMBINGAN KONSELING KELAS X)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Ada 5 penelitian yang akan dipaparkan sebagai penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain : 
Penelitian yang terkait dalam percaya diri adalah penelitian dari Andayani dalam tesisnya tentang "Konsep Diri, Harga Diri, Dan Kepercayaan Diri Remaja" membuktikan secara empiris bahwa hubungan antara konsep diri, harga diri, dan kepercayaan diri adalah variabel-variabel yang saling berkaitan. Keterkaitan variabel-variabel ini mungkin saja merupakan akibat aspek-aspek yang diungkap saling tumpang tindih. Namun, sejauh yang dapat diungkap tampak bahwa variabel konsep diri merupakan prediktor yang lebih kuat dari pada harga diri terhadap kepercayaan diri. (Andayani : 1996)
Penelitian dari Ahmad Jaelani tentang "Hubungan Antara Kepercayaan diri dengan Interaksi Sosial Siswa Kelas III Pada Sekolah Di SLTP Negeri Kota Tegal Tahun Pelajaran 2002/2003" menjelaskan kepercayaan diri adalah keberanian beraktivitas yang didasari atas keyakinan dan kemampuan yang dimilikinya dan kemandirian beraktivitas yang ditunjukkan dan diakui orang lain dalam meraih prestasi yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan teknik korelasi product moment diperoleh rxy = 0,701. Oleh karena itu r hitung sebesar 0,701 sedangkan pada r tabel 0,344 pada taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95%. Dalam hal ini kedua Variabel kepercayaan dengan interaksi sosial siswa sangat erat hubungannya. Siswa yang mempunyai interaksi sosial aktif mampu mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Keterkaitan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti bahwa kepercayaan diri mempunyai hubungan korelasional dengan hubungan interaksi sosial, individu yang semakin banyak berinteraksi dengan sesama cenderung mempunyai kepercayaan diri yang tinggi (Ahmad Jaelani, 2000 : viii).
Penelitian dari Susanti tentang "Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Santa Maria Fatima" menjelaskan bahwa hasil penelitian ini memberi gambaran bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial siswa VIII SMP Santa Maria Fatima. Kepercayaan diri memiliki peran yang cukup besar dalam penyesuaian sosial remaja (Susanti, 2008 : 21).
Penelitian dari Nissa Kurniawati tentang "Meningkatkan Rendahnya Kepercayaan Diri Siswa Saat Maju Di Depan Kelas Melalui Konseling Realita Pada Siswa Kelas VII SMP Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2011/2012" menjelaskan bahwa hasil uji Wilcoxon diperoleh Zhitung = 2, 201 dan Ztabel = 1,96 sehingga Zhitung > Ztabel. Dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan diri siswa saat maju di depan kelas pada siswa kelas VII SMP Teuku Umar meningkat setelah memperoleh konseling realita 47.44% tergolong dalam kategori rendah dan setelah memperoleh konseling realita 76.28%, masuk dalam kategori tinggi. Perbedaan tingkat penyesuaian diri klien sebelum dan sesudah konseling realita sebesar 28.84%. Selain itu siswa mengalami perkembangan prilaku yang lebih baik dilihat dari meningkatnya indikator cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, berfikir positif, komunikasi, ketegasan, penampilan diri, pengendalian perasaan (Nissa Kurniawati, 2012 : viii).
Penelitian dari Kadek Suhardita tentang "Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa" menjelaskan bahwa program intervensi penggunaan teknik permainan dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan percaya diri siswa kelas XI SMA Laboratorium (percontohan) UPI Bandung tahun ajaran 2010/2011 ini terbukti bahwa pada setiap aspek percaya diri yang diteliti baik aspek percaya diri dalam bertingkah laku, percaya diri dalam mengekspresikan emosi, dan percaya diri dalam spiritual mengalami peningkatan prosentase yang signifikan setelah diberikan intervensi penggunaan teknik permainan dalam meningkatkan percaya diri siswa (Suhardita, 2011 : 127).
Dari beberapa penelitian terdahulu dapat dijadikan kajian untuk penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu peneliti berupaya meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam proses pembelajaran bahasa indonesia melalui bimbingan kelompok.

B. Kepercayaan Diri
Pada sub kepercayaan diri akan diuraikan beberapa hal, meliputi : pengertian kepercayaan diri, proses terbentuknya rasa percaya diri, ciri percaya diri, jenis-jenis kepercayaan diri, ciri-ciri orang yang tidak percaya diri, sumber rasa tidak percaya diri, dan cara mengembangkan kepercayaan diri.
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Orang yang dikatakan memiliki kepercayaan diri adalah orang yang puas dengan dirinya. Orang yang puas dengan dirinya ialah orang yang merasa mengetahui dan mengakui ketrampilan dan kemampuan yang dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan bersosial (Lindenfield dalam Ediati. K, 1998 : 3)

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA SD

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA SD

(KODE : PTK-0147) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA SD (BIMBINGAN KONSELING KELAS V)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
SDN X adalah salah satu SD yang menyelenggarakan pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah pendidikan dengan si stem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah umum yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
Berdasarkan data yang diberikan pihak sekolah, diketahui bahwa ada sejumlah 25 siswa berkebutuhan khusus yang ada di SDN X. Secara rinci mereka tersebar pada kelas-kelas sebagai berikut : pada kelas satu terdapat 1 siswa berkebutuhan khusus yang berada di kelas IA, di kelas dua terdapat 1 siswa yang berada di kelas IIA, di kelas tiga terdapat 4 siswa, yang berada di kelas IIIA sebanyak 3 siswa dan di kelas IIIB sebanyak 1 siswa. Pada kelas empat terdapat 4 siswa yang tergabung pada kelas IVA sebanyak 3 siswa dan sisanya 1 siswa pada kelas IVB. Pada kelas empat terdapat 10 siswa yang tergabung pada kelas 5A sebanyak 7 siswa dan 3 siswa pada kelas IVB. Kelas enam terdapat 5 siswa, pada kelas VIA sebanyak 2 siswa, kelas VIB sebanyak 3 siswa. Di SDN X masing-masing kelas memiliki dua paralel, yaitu kelas A dan B. Keduanya merupakan kelas inklusi, karena anak berkebutuhan khusus di tiap tingkat pendidikannya tidak dijadikan satu kelas, namun disebar secara random di tiap kelasnya. 
Dari staf tata usaha sekolah diketahui bahwa, jenis ketunaan di sini dibagi menjadi delapan macam, yaitu : gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, lamban belajar, gangguan pemusatan perhatian, tuna laras/gangguan emosi, autis, gangguan belajar, dan kecerdasan luar biasa. Namun, mayoritas siswa disini tergolong dalam gangguan belajar. Gangguan belajar yang dimaksudkan di sekolah ini adalah underachiever. (Gustian, 2002 : 30) "Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya".
Selama kegiatan belajar mengajar sangat terasa sekali perbedaan motivasi belajar pada siswa yang normal dengan siswa yang tergolong dalam underachiever. Siswa underachiever cenderung pasif dan tidak memiliki ketertarikan mengikuti pelajaran yang berlangsung. Jarang mengerjakan tugas rumah, lamban jika menyelesaikan tugas di sekolah, dan kurang cepat menangkap apa yang dikatakan oleh guru, merupakan beberapa ciri yang ada pada anak-anak underachiever di SDN X.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang rendah yang dimiliki siswa underachiever mengakibatkan rendahnya prestasi belajar mereka. Dan apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka siswa akan semakin kurang bersemangat belajarnya.
Pemberian motivasi telah dilakukan bagi di setiap kelas dengan berbagai cara, ceramah bimbingan, pemberian reward dan punishment sampai pelaksanaan pendampingan khusus bagi anak yang berkebutuhan khusus telah dilakukan guna meningkatkan motivasi belajar siswa underachiever. Akan tetapi, upaya tersebut tidak memberikan perubahan, pasalnya hasil belajar siswa underachiever lebih rendah dari kemampuannya.
Berdasarkan masalah yang terjadi di SDN X ini, penulis memandang perlu menggunakan layanan bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dari beberapa layanan bimbingan konseling, bimbingan kelompok lah yang diduga paling tepat digunakan, karena dengan bimbingan kelompok siswa yang tergolong dalam underachiever tidak akan merasa di "bedakan" sebab dalam bimbingan kelompok nanti mereka akan berbaur dengan teman lainnya dalam kelompok kecil yang santai namun tetap serius dan terarah. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SDN X.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah seperti di atas, maka masalah yang muncul adalah "Apakah bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa underachiever SDN X ?"
Dari rumusan di atas, maka selanjutnya dijabarkan pertanyaan penelitian yang lebih spesifik sebagai berikut :
1. Siapa saja yang menjadi anggota bimbingan kelompok ? Apakah hanya siswa under achiever atau campuran ?
2. Siapa yang menjadi pemimpin kelompok ? Apakah guru, praktikan, motivator, atau yang lainnya ?
3. Bagaimana teknis pelaksanaan bimbingan kelompok ? Apakah dengan ceramah, penggunaan alat media, atau berupa apa ?
4. Apa hambatan dalam melaksanakan bimbingan kelompok ? Apakah pesertanya yang hiperaktif atau justru pasif, atau keterbatasan ruang dan waktu atau yang lainnya ?
5. Kapan bimbingan kelompok dilaksanakan ? Sewaktu jam pelajaran, di waktu istirahat, sepulang sekolah, atau di hari libur sekolah ?
6. Dimana bimbingan kelompok dilaksanakan ? Di lingkungan sekolah, seperti ruang kelas, taman sekolah, atau kantor guru ? Atau justru di luar lingkungan sekolah seperti di rumah siswa, taman umum, atau yang lainnya ?
7. Apa peran anggota kelompok ? Ikut aktif berperan serta dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, ataukah hanya duduk mendengarkan pemimpin kelompok ?
8. Apa peran pemimpin kelompok ? Apakah hanya memimpin jalannya bimbingan kelompok atau juga sambil mengamati aktivitas dan perubahan peserta bimbingan kelompok ?
9. Apa peran pihak sekolah dalam pelaksanaan bimbingan kelompok ? Apakah pihak sekolah berperan aktif dalam kegiatan bimbingan kelompok atau hanya sebagai fasilitator saja ? 
10. Adakah pembahan tingkat motivasi belajar siswa underachiever setelah diberikan layanan bimbingan kelompok ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat ditentukan tujuannya adalah "Mengetahui apakah bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa underachiever SDN X".

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok utamanya bagi siswa underachiever.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi konselor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan konselor dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa underachiever di SDN X.
b. Bagi siswa
Bagi siswa yang mengikuti layanan bimbingan kelompok, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajarnya.

E. Sistematika Penulisan Skripsi
Gambaran singkat mengenai seluruh sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
a. Bagian awal, berisi : judul skripsi, lembar pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
b. Bagian isi skripsi, meliputi :
Bab 1 :Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan garis besar sistematika skripsi.
Bab 2 :Landasan Teori, berisi tentang penelitian terdahulu, teori mengenai motivasi belajar, underachiever, bimbingan kelompok, anak sekolah dasar.
Bab 3 Metode dan Prosedur Penelitian, menjelaskan tentang jenis penelitian, rancangan penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, focus penelitian, metode pengumpulan data, keabsahan data, dan analisis data.
Bab 4 :Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab 5 :Penutup, yang berisi simpulan dan saran.
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran yang memuat tentang deskripsi pelaksanaan bimbingan kelompok.