Search This Blog

Showing posts with label Penelitian Tindakan Kelas. Show all posts
Showing posts with label Penelitian Tindakan Kelas. Show all posts

SKRIPSI PTK THE USE OF PICTURE SERIES TO HELP THE STUDENTS WRITE A RECOUNT TEXT

(KODE : PTK-0712) : SKRIPSI PTK THE USE OF PICTURE SERIES TO HELP THE STUDENTS WRITE A RECOUNT TEXT (MAPEL BAHASA INGGRIS KELAS X)

contoh ptk bahasa inggris kelas x

CHAPTER I 
INTRODUCTION

A. Background of the Study
English is well-known as a global language used by people to communicate with other people around the world. If someone does not know English, he will get difficulties in having communication with other people that use English. Therefore, mastering English language is very important.
The fact that mastering English is very important becomes the background for the government of Indonesia to put English in the formal education curriculum. The government of Indonesia has put English as a compulsory subject since the fourth grade of elementary school. It is expected that every student will be able to master English so the student does not find any obstacles dealing with language when the student is having communication with other people from around the world.
Feez (1998) argues that enabling learners to develop the knowledge and skills which will allow them to engage with whole texts appropriate to social context is the aim of English language teaching. Because of that, the government of Indonesia is implementing the School Based Curriculum which focuses on texts both in junior and senior high school levels. In the curriculum, senior high school students are obliged to learn English through different texts which have different function based on social context. Therefore, the syllabus used in the learning and teaching activities is text-based syllabus. The genre-based approach is one example of approaches used in text-based syllabus (Feez, 1998). Some texts to be taught in senior high schools are recount, narrative, procedure, descriptive, news item, report, analytical exposition, spoof, hortatory exposition, explanation, discussion, and review (BSNP, 2006).
Those texts should be learned by the students in all language skills which are listening, speaking, reading, and writing. However, each student has different types of difficulties related to those four skills. Some of them consider writing as the most difficult skill to be learnt. Tiedt (1989 : 6) states that "of all the language skills, writing is the most difficult and it is a hard work." As with speaking, the writer generates ideas. On the other hand, writing is important to be mastered to express ideas without the pressure of face-to-face communication (Raimes, 1983). 
Unfortunately, based on the researcher's experience and observation when he was doing his Program Pengalaman Lapangan (PPL), many English teachers usually do not give equal portion of teaching to the four language skills when they are teaching the students. Many English teachers usually assign the students to write a text at home and then they submit their writing in the following meeting. The teachers do not understand that writing has to be done after several stages of writing starting from brain-storming until final draft of writing. They even do not give any feedback on the students' writing so that the students cannot know whether their writing is good or not. It can be the obstacle for the students to improve their writing skills.
The students in SMAN X also considered writing as the most difficult skill to learn. The researcher asked the students to write down their simple opinion towards writing on the back side of their drafts while the researcher taught the students. From the data, there were more than 50% students who stated that writing is difficult. They found a lot of difficulties in writing. Based on the researcher's observation, the students had problem in writing a recount text. They needed much time to start writing because they did not have any idea to write and they had very limited English vocabulary. Besides, the result of the students' recount texts was not really satisfying. Their ideas were not organized well. They also made mistakes mostly on the use of past tense, minimum requirements, and even some of them did not write proper recount text based on the generic structure of a recount text. It was so ironic since recount is one of the texts that have more value in the context of schooling (Gerot and Wignell, 1994) as cited by Mulya (2007 : 17). Feez (1998) adds that recount is classified as the simplest story text.
The reasons motivated the researcher to conduct a classroom action research to help the students write a recount text. Besides, the researcher, who considers that writing is not really difficult, wants to help the students in that class write a recount text so that they will not think that writing is difficult anymore.
The research offered a solution in the form of instructional media to overcome the problem faced by the students by using picture series. Picture series were chosen because they have many advantages. Using what appears in the pictures, the students can get ideas and opportunity to write in a connected way (Kreidle, 1968). It will help the students write a text without spending much time only to find ideas. Well-chosen picture series also give motivation to the students in learning situation, especially in learning how to write (Kieffer and Cochran, 1985). Besides, picture series provide material that offers guidance on vocabulary, sentence structure, and organization yet lets the students write about new subject matter (Raimes, 1983).
Some previous research dealing with the use of picture series in teaching writing showed good results. One of them was done by Setiawaty in 2003. Setiawaty used the picture series to help her students write a narrative text. Based on Setiawaty's research, the use of picture series helped her students write a narrative text. Understanding the advantages provided by picture series and also the problems in writing a recount text faced by the students, the use of picture series can be a good solution in the form instruction media for the students in this research in writing a recount text.

SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN MELALUI METODE QUANTUM WRITING

(KODE : PTK-0711) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN MELALUI METODE QUANTUM WRITING (MAPEL BAHASA INDONESIA SMK KELAS XII)

contoh ptk bahasa indonesia smk kelas xii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi untuk menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan proses pembelajaran, metode pembelajaran, kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan agar relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa di masa yang akan datang, pemerintah perlu mengupayakan suatu pembaharuan terhadap sistem pendidikan.
Pembaharuan sistem pendidikan dapat dilakukan salah satunya melalui peningkatan mutu mata pelajaran Bahasa Indonesia karena merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting di SMK yang saat ini telah berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya. Hal ini perlu di tingkatkan, karena Bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan dan sebagai bahasa resmi yang telah disepakati bersama oleh seluruh bangsa Indonesia. Melalui bahasa manusia mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK juga harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, maupun dalam hal pemahaman dan penggunaan. Kemahiran bahasa lisan menekankan pada aspek bicara dan menyimak, sedangkan kemampuan bahasa tulis menekankan pada aspek menulis dan membaca. Sesuai dengan perkembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana yang menarik agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa adalah menulis surat karena surat merupakan suatu pernyataan tertulis maka pemakaian bahasa pada surat-menyurat sangat mempengaruhi informasi yang disampaikan. Khusus untuk pemakaian bahasa pada surat menyurat yang sifatnya resmi, maka penulisan harus sesuai dengan kaedah atau aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Menurut Tarigan (1994 : 1) keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak (listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill) dan Menulis ( Writing Skill). Penguasaan keempat aspek ini merupakan keterampilan dasar. Untuk menunjang keberhasilan tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia, maka siswa terampil dalam berbahasa yang mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan apresiasi sastra.
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, aspek keterampilan menulis merupakan aspek yang paling tinggi dan paling kompleks tingkatannya. Aspek keterampilan menulis jauh lebih sukar dan jauh lebih rumit dibandingkan aspek kebahasaan yang lainnya, seperti keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Menulis merupakan salah satu dari pokok bahasan bahasa Indonesia yang bertujuan memberikan bekal keterampilan dan kemampuan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide atau pesan. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan yang sulit dan rumit tetapi keterampilan menulis itu sangatlah penting untuk dipelajari dan dilakukan terus menerus. Keterampilan menulis harus didukung juga oleh keterampilan lainnya terutama keterampilan membaca, karena membaca dan menulis saling berkaitan. Menurut maksud dan menurut tujuannya surat dibagi menjadi empat macam surat yaitu : surat permohonan atau permintaan, surat keputusan, surat kuasa, dan surat lamaran.
Berdasarkan empat macam surat di atas, pelajaran menulis surat lamaran pekerjaan merupakan salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia yang pembelajarannya tidak difokuskan secara sungguh-sungguh, maka peneliti mengambil satu bentuk surat yang dijadikan penelitian yaitu surat lamaran pekerjaan karena dalam menulis surat lamaran pekerjaan siswa masih sangat sulit dalam menggunakan isi gagasan, pilihan kata, kalimat, paragraf, dan ejaan. Materi menulis surat lamaran pekerjaan ini diberikan pada siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan, khususnya dalam proses pembelajaran diperlukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pemilihan metode yang tepat. Dalam upaya meningkatkan hasil menulis surat lamaran pekerjaan siswa kelas XII TFL SMKN X, penulis perlu melakukan inovasi kreatif, yaitu dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa, sehingga menimbulkan proses pembelajaran yang aktif.
Hasil observasi awal yang dilakukan di SMKN X terungkap dari keluhan guru bahasa Indonesia, menjelaskan bahwa pokok bahasan menulis surat mereka rendah.
Rendahnya kemampuan menulis siswa dipengaruhi beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat pada kurang terampilnya siswa mempergunakan ejaan dan memilih kata sehingga penyusunan kalimat masih banyak mengalami kesalahan. Faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi dan pendekatan yang digunakan guru. Guru masih terikat pada pola pembelajaran tradisional dan monoton. Kondisi seperti ini dapat menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif sehingga menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Sistem pembelajaran dengan pendekatan tradisional yang masih diterapkan guru tidak mampu menciptakan anak didik yang diidamkan, terutama untuk bidang keterampilan menulis. Hal ini dikarenakan dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional lebih menonjol dan dikuasai guru, sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar sehingga para siswa cenderung pasif. Jika keadaan tersebut terus berlanjut, tanpa ada solusi penanggulangannya secara tepat dikhawatirkan lama-kelamaan akan menurunkan kemampuan dan kualitas siswa dalam menulis.
Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus betul-betul dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran.
Dalam meningkatkan partisipasi aktif fisik dan mental siswa, guru hendaknya tidak mendominasi aktivitas belajar-mengajar, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan materi pelajaran maupun dengan sesama manusia. Demikian juga siswa hendaknya diberi kesempatan berlatih pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berupa suatu keterampilan. Untuk itu agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan hasil menulis surat lamaran pekerjaan siswa menjadi lebih aktif maka guru menerapkan metode pembelajaran Quantum Writing karena merupakan sebuah proses interaksi yang terjadi lewat proses menulis. Seseorang yang menjalankan konsep “Quantum writing”, akan merasakan bahwa dirinya sedang berinteraksi dengan dirinya yang unik, materi tulisan yang sedang ditulisnya, dan dengan pikiran-pikiran orang lain yang telah dibicarakannya sebelum dia menulis.
Pembelajaran dengan metode Quantum Writing mempunyai tahap-tahap dalam proses pembelajaran dalam menulis, tahap-tahap tersebut, yaitu tahap persiapan, draft kasar, berbagi, revisi, penyuntingan, penulisan kembali, dan evaluasi.
Dari latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul yang akan memperbaiki kemampuan belajar Bahasa Indonesia dengan menulis surat lamaran pekerjaan yaitu berupa “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN SISWA DI KELAS XII JURUSAN TEKNIK FABRIKASI LOGAM (TFL) SMKN X”.

SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR

(KODE : PTK-0710) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR (MAPEL IPS KELAS IV)

contoh ptk ips kelas iv

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Belajar tentunya tak lepas dari pendidikan, pelajaran yang dikemas dengan menarik tentunya dapat membantu siswa lebih menyenangi pelajaran tersebut sehingga pelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa. pembelajaran yang menarik tentunya dapat diberikan kepada siswa apabila guru menggunakan media belajar.
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan atau sikapnya. Azhar Arsyad (2011 : 1).
Sedangkan Hujair (AH Sanaky 2013 : 11) mengemukakan proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu. Proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada pembelajar atau sebaliknya. Pesan atau informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya.
Melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati oleh penerima pesan. Maka agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi pembelajaran yang disebut dengan media pembelajaran.
Pendidikan IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan meningkatkan dan menumbuhkan pengetahuan, kesadaran dan sikap sebagai warga negara yang bertanggung jawab, menuntut pembelajaran menarik dengan menggunakan media pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap belajar yang menyenangkan dan dapat memancing siswa menjadi aktif.
Dwi Siswoyo (2007 : 119) menyatakan bahwa guru merupakan pendidik yang berada di lingkungan sekolah. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada interaksi guru dengan siswa. interaksi guru dengan siswa akan muncul apabila guru dapat mengelola kelasnya dengan baik.
Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Menurut Hisyam Zaini (2008 : xiv) belajar aktif merupakan salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian disimpan dalam otak. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti siswa yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya mental tapi juga fisik.
Konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang aktif. Dalam proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam suasana pembelajaran yang aktif tersebut siswa tidak terbebani secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling bertanya dan berdiskusi sehingga beban belajar yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka. (Hamzah dan Nurdin Mohamad 2011 : 10).
Sedangkan Warsono dan Hariyanto (2012 : 12) mengemukakan pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang dilakukannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif merupakan strategi yang dapat diberikan kepada siswa supaya siswa memperoleh pelajaran yang bermakna, menemukan ide-ide, dan mengungkapkan apa yang telah diterima dalam proses pembelajaran.
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011 : 33) tentang ciri atau kadar dari proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa yaitu : 
a. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan.
b. Adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa.
c. Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri.
d. Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.
Menurut Nana Sudjana (2005 : 61), keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dalam
1. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;
2. terlibat dalam pemecahan masalah;
3. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;
4. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;
5. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya;
6. melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;
7. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Pembelajaran yang jika hanya gurunya saja yang aktif tanpa melibatkan siswa merupakan siswa pembelajaran kurang berhasil. Siswa yang tidak aktif cenderung hanya duduk dan diam saja. Jika guru memberi pertanyaan hanya siswa yang dikatakan pandai saja yang bias menjawab pertanyaan guru.
Menurut hasil observasi dengan guru bernama pak AHB hal inilah yang terjadi pada siswa kelas IV SD pada saat pembelajaran siswa kurang menunjukkan sikap yang aktif dalam belajar. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kurang efektifnya pembelajaran IPS, ketika pembelajaran berlangsung banyak siswa yang berbicara sendiri serta adanya beberapa anak yang kurang memperhatikan guru dengan mated yang diajarkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri X kelas IV, selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut.
Pada mata pelajaran IPS, siswa dalam mengikuti pelajaran belum sepenuhnya dapat berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, bertanya, serta dalam menanggapi beberapa pertanyaan yang disampaikan guru. yang terlihat pada mata pelajaran IPS, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran kurang bervariasi dalam arti guru hanya menggunakan buku pedoman siswa, sehingga siswa menjadi tidak memiliki motivasi tinggi untuk aktif belajar. Hal ini dibuktikan pada saat dilakukan observasi, proses pembelajaran yang berlangsung guru menggunakan buku pelajaran IPS dan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru serta mengerjakan tugas. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton yang membuat siswa merasa tidak bersemangat. Pembelajaran yang seperti ini kurang memberikan kesan untuk siswa dan pengalaman yang bam. Pembelajaran yang berpusat pada guru juga tidak memberikan sikap aktif pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 
Penggunaan metode yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran juga menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, akibatnya siswa hanya dapat membayangkan apa yang disampaikan guru, siswa tidak dapat melihat wujud dari apa yang sudah disampaikan guru. Berdasarkan permasalahan di kelas IVA, maka peneliti menerapkan penggunaan media pembelajaran yang dapat membuat aktif. Terdapat berbagai media salah satunya yang dapat membuat siswa aktif. Salah satunya adalah media gambar dimana siswa akan lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Dengan menggunakan gambar kita akan merasa lebih dekat, seolah-olah kita menyaksikan sendiri. Media gambar digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan menunjuk objek (benda) yang sebenarnya. Media gambar adalah salah satu media yang paling tepat untuk siswa, media gambar yang diberikan kepada siswa sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu siswa belum mampu berpikir secara abstrak, sehingga media yang paling tepat untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah media gambar.
Media gambar dapat membuat pembelajaran lebih menarik, Oemar Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011 : 2) menjelaskan untuk mewujudkan pembelajaran menarik tersebut, seharusnya menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Sudah saatnya pengajaran mata pelajaran menggunakan media. Sebab diyakini bahwa dengan memiliki media pembelajaran yang baik dan efekif dapat menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna. Oleh karena itu maka peneliti ini menerapkan penggunaan media pembelajaran dan media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas IV bahwa siswa masih dalam tahap operasional kongkrit karena siswa belum bisa berpikir abstrak dan media yang cocok untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah media gambar. Dengan menggunakan media gambar dapat membuat siswa lebih tertarik karena untuk mempelajari apa yang telah ditampilkan dalam gambar.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul "PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI X".

SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN PAJAK PPH 21

(KODE : PTK-0709) : SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN PAJAK PPH 21 (MAPEL AKUNTANSI KELAS XI SMK)

contoh ptk akuntansi kelas xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan itu sendiri berlaku seumur hidup dan dilakukan dalam lingkungan, keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan masyarakat. Untuk itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan Negara.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa : 
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara simbang.
Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus berorientasi pada siswa (student active learning) dan peserta didik harus dipandang sebagai seorang yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Sedangkan tugas pendidik adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 poin (a) "Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah".
Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah memahami pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam aktivitas pembelajaran, dan pengelolaan proses pembelajaran. Kondisi tersebut diperburuk dengan minimnya sosialisasi kurikulum sebelum kurikulum baru dijalankan. Problematika pendidikan itulah yang menjadi tanggung jawab dan membutuhkan keseriusan lebih untuk mencari solusinya.
Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif serta kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rangka mengembangkan iklim belajar mengajar seperti menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran) dan sumber belajar, materi, metode maupun alat evaluasi saling bekerjasama untuk mewujudkan proses belajar yang kondusif. Oleh karena itu komponen-komponen dalam pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan karena memiliki keterkaitan yang penting, sehingga akan membentuk suatu sistem yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Dalam skripsi Amroni yang berjudul Efektifitas pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada prestasi mata pelajaran ekonomi akuntansi siswa kelas XI SMA Nurul Islami Semarang halaman 3 menyatakan "belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya". Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah seringkali membuat masyarakat kecewa. Kondisi ini dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam menyajikan materi melalui bahan hafalan semata, akan tetapi memahami dan mengerti secara dalam mengenai pengetahuan. Kondisi ini ditandai dengan siswa belum mampu menghubungkan materi pembelajaran di sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan dan belum mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran, motivasi sangat diperlukan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2010 : 75). Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2010 : 75).
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai sumber daya memiliki peranan yang penting karena merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 2002 : 36).
Menurut Yunus Abidin (2014 : 122), model pembelajaran proses saintifik merupakan model yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Proses belajar secara saintifik mencakup beberapa aktivitas, diantaranya mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan.
Salah satu proses belajar saintifik yang dapat diterapkan di kelas adalah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, memiliki strategi belajar sendiri, serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Pernyataan ini pernah ada dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Elfrida Gita (2014) yang menyatakan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.
Pelaksanaan proses saintifik bertujuan agar dapat menumbuhkan keterampilan sikap kritis siswa selama proses interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa menghasilkan pertimbangan, keputusan yang tepat, dan menjawab secara lebih lengkap. Sependapat dengan penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh Sri Wahyuni (Program Studi Kimia PMIPA FKIP-UT) tentang mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning menerangkan bahwa keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, dan berpikir logis sehingga menumbuhkan sikap kritis dalam diri siswa terutama dalam mata pelajaran Kimia (IPA).
Proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pola berpikir siswa untuk lebih kritis dalam memecahkan materi pelajaran yang sudah disediakan. Dengan berpikir kritis akan berpikir lebih mendalam tentang materi-materi yang diajarkan dan motivasi siswa bertambah sehingga diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat dengan model ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : "PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK X".

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI TATA CARA HAJI MENGGUNAKAN METODE SIMULASI (MAPEL PAI KELAS V)

(KODE : PTK-0708) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI TATA CARA HAJI MENGGUNAKAN METODE SIMULASI (MAPEL PAI KELAS V)


contoh ptk penelitian tindakan kelas

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan. Pendapat tentang belajar yang dikemukakan oleh Gregory A. Kimble (1997) bahwa, "Learning is a relatively permanent change in behavior or in behavioral potentiality that result from experience and cannot be attributed to temporary body states such as those induced by illness, fatigue, or drugs". Definisi ini secara sederhana diterjemahkan sebagai berikut : Belajar adalah perubahan relatif permanen dalam tingkah laku atau potensi perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan tidak berhubungan dengan kondisi tubuh pada saat tertentu semacam penyakit, kelelahan atau obat-obatan. Setelah melalui proses belajar, maka akan ada hasil yang dicapai yaitu berupa hasil belajar. hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Sistem nilai tersebut meliputi ranah pengetahuan, kebudayaan dan nilai keagamaan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Untuk itu penyampaian proses pembelajaran hendaknya dikemas menjadi proses yang membangun pengalaman baru berdasar pengetahuan awal, membangkitkan semangat kerjasama, menantang dan menyenangkan. Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan peserta didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar agar mampu berkembang dan berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bermoral tinggi.
Untuk mewujudkan capaian tersebut salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif.
Sebelum melakukan proses belajar mengajar, seorang guru menentukan metode yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai. Pemilihan suatu metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat mated yang akan menjadi objek pembelajaran. Tujuan belajar mengajar dapat dicapai secara efektif dan efisien jika seorang guru secara nalar mampu memperkirakan dengan tepat metode apa yang harus digunakan. Metode mengajar harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena suatu pelajaran bisa diterima dengan mudah oleh siswa tergantung bagaimana cara atau metode yang digunakan oleh seorang guru. Seperti dikutip oleh ismail, bahwa metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Hal ini ditambahkan oleh Umiarso, bahwa metode mengajar tersebut hams sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak ingin dicapai.
Penggunaan dari sebuah metode yang tepat untuk materi yang akan disampaikan, dapat memberi motivasi pada diri siswa pada saat menerima materi pelajaran. Siswa dengan sendirinya akan termotivasi jika materi yang akan disampaikan menarik dan guru tidak perlu lagi mendorong siswanya untuk belajar, karena mereka sendiri telah termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, penggunaan metode yang tepat itu sangat mempengaruhi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. Dan guru juga sangat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui metode-metode yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran.
Pada tahun pelajaran ini penulis mengajar kelas V MI X yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Selama tahun ini penulis merasa kurang berhasil dalam mengajar Mata Pelajaran Fiqih. Hal ini didasarkan pada rendahnya hasil belajar mata pelajaran tersebut, yaitu pada ulangan harian diperoleh nilai rata-rata kelas 58,67 padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 65, dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi dasar yang diajarkan secara keseluruhan belum tuntas. Dari data yang ada, 6 anak mendapat nilai di atas KKM selebihnya (15 anak) memperoleh nilai di bawah KKM.
Setelah penulis melakukan perenungan kembali terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan pemberian dari saran dari Kepala Madrasah serta teman sejawat maka dapat penulis identifikasi penyebab rendahnya hasil belajar tersebut. Dari beberapa penyebab rendahnya hasil belajar tersebut yang dapat penulis catat adalah peserta didik kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran, penyampaian mated oleh guru kurang menarik, kegiatan belajar monoton yaitu ceramah dan mencatat, guru belum memanfaatkan alat peraga yang sesuai dengan materi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua guru mengharapkan peserta didiknya dapat memperoleh nilai hasil belajar yang lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada awal tahun pelajaran. Untuk mencapai harapan tersebut diperlukan kreativitas guru dalam merancang pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik, yaitu dengan melakukan inovasi pembelajaran.
Dari kondisi MI X dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada dua masalah yang dihadapi guru yaitu rendahnya hasil belajar Mata Pelajaran Fiqih dan guru belum menemukan metode yang tepat dalam mengajar.
Dengan meminta masukan dari Kepala Madrasah dan teman sejawat maka penulis hendak mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). yaitu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran sehingga hasil belajar meningkat. Dengan pertimbangan tersebut penulis mengambil judul : "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI TATA CARA HAJI MENGGUNAKAN METODE SIMULASI BAGI SISWA KELAS V MI X".