tag:blogger.com,1999:blog-61512253895846402342024-03-13T22:16:52.644-07:00GUDANGMAKALAHPUSAT SKRIPSI, PTK, TESIS SEJAK 2009Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comBlogger1629125tag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-37501379916118785972018-08-22T19:55:00.000-07:002018-08-22T19:55:16.306-07:00TESIS KINERJA GURU PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MI X<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : PASCSARJ-1160) : TESIS KINERJA GURU PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI MI X (PROGRAM STUDI : PGMI)</b></h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Penelitian</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Abad 21 yang dikenal dengan abad pengetahuan, abad dimana pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Untuk meningkatkan pengetahuan tidak akan terlepas dari dunia pendidikan. Karena pendidikan adalah jalur utama menuju masyarakat yang berpengetahuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam sebuah pendidikan yang bermutu untuk menuju masyarakat yang berpengetahuan. Faktor-faktor tersebut antara lain : guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan dan kurikulum. Kelima faktor tersebut memegang peranan dan wewenang masing-masing yang saling mendukung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Guru adalah pelaku utama dalam pendidikan karena guru yang bersinggungan langsung dengan peserta didik. Sarana dan prasarana merupakan pendukung dalam tercapainya tujuan pendidikan, begitu juga dengan kurikulum yang berperan sebagai menu wajib bagi siswa untuk dipelajari sesuai dengan tingkatan dan kompetensinya. Sehingga faktor-faktor tersebut harus berjalan dengan baik dan saling menguatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, sering kali pendidikan di Indonesia mengasumsikan bahwa apabila ada kemerosotan dalam pendidikan, memposisikan kurikulum, sarana dan prasarana sebagai penyebab utama merosotnya pendidikan di Indonesia. Hal tersebut tercermin dengan adanya perubahan kurikulum mulai kurikulum 1975 sampai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana Nasanius menjelaskan bahwa pada realita yang ada ternyata kemerosotan pendidikan bukan dikarenakan oleh lemahnya kurikulum dan sarana-prasarana, melainkan oleh kurangnya kompetensi guru. Sehingga pendidikan kita belum menemukan model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi anak didik kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor guru apabila kita cermati merupakan faktor yang sangat penting dan tidak dapat diganti oleh apapun, karena guru sebagai subyek pendidik dan sebagai penentu keberhasilan dalam pendidikan itu sendiri. Nana Sudjana menyebutkan bahwa prestasi siswa sangat dipengaruhi oleh guru dan guru merupakan pelaku utama dalam peningkatan prestasi belajar siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peran guru dalam meningkatkan prestasi siswa akan semakin kelihatan apabila berada pada keterbatasan sarana dan prasarana. Sejalan dengan penelitian Nana di atas dari hasil study yang dilakukan oleh Heyneman dan Loxly dalam Dedi Supriyadi menjelaskan bahwa dari 16 negara berkembang guru memberikan kontribusi besar terhadap prestasi siswa sebesar tiga puluh empat persen.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan hasil penelitian di atas, tergambar secara jelas bahwa peran guru sangat penting dalam peningkatan prestasi siswa dalam pendidikan. Meskipun sarana dan prasarana sudah begitu lengkap dan canggih, namun apabila tidak di tunjang oleh keberadaan guru yang kompeten dan profesional maka mustahil pendidikan bisa berjalan dengan maksimal. Guru adalah faktor kunci bagi terlaksananya pendidikan nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai landasan yuridis untuk peningkatan kualifikasi dan profesional guru, dengan asumsi bahwa guru sebagai profesi yang profesional dengan segala kompetensi yang harus dimiliki akan berdampak dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, output maupun outcome. Setiap pendidik dan tenaga kependidikan layaknya memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Pendidik yang profesional tidak akan lepas dari kemampuan pedagogiknya, karena pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh guru, khususnya guru madrasah atau sekolah dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tugas guru bukan hanya mengajar untuk menyampaikan, atau mentransformasikan pengetahuan kepada para anak di sekolah, melainkan guru mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan hati nurani anak, sehingga anak akan sensitif terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat, derajat manusia, dan menghargai sesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup di masyarakat sehingga mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kompetensi pedagogik tersebut didapat dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Namun untuk mencapai hal tersebut dan menjadi seorang guru yang profesional tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada lima syarat yang harus dilewati untuk menjadi guru profesional, yaitu : 1) Seorang guru bisa dikatakan sebagai seorang profesional apabila dia memiliki latar belakang pendidikan sekurang-sekurangnya setingkat sarjana; 2) Guru adalah seorang ahli. Sebagai seorang ahli, maka dalam diri guru harus tersedia pengetahuan yang luas dan mendalam (kemampuan kognisi atau akademik) yang terkait dengan substansi mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, 3) Guru dituntut untuk menunjukkan keterampilannya secara unggul dalam bidang pendidikan dan pembelajaran (kemampuan pedagogik), seperti : keterampilan menerapkan berbagai metode dan teknik pembelajaran, teknik pengelolaan kelas, keterampilan memanfaatkan media dan sumber belajar, dan sebagainya. Sehingga akan timbul motivasi dan gairah berprestasi pada diri siswa, 4) Guru bekerja dengan kualitas tinggi. Pekerjaan guru termasuk dalam bidang jasa atau pelayanan (service). Pelayanan yang berkualitas dari seorang guru ditunjukkan melalui kepuasan dari para pengguna jasa guru yaitu siswa, dan 5) Guru dapat berperilaku sejalan dengan kode etik profesi serta dapat bekerja dengan standar yang tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan uraian di atas, kita ketahui bahwa untuk menjadi guru dengan predikat sebagai profesional tampaknya tidaklah mudah, tidak cukup hanya dinyatakan melalui selembar kertas yang diperoleh melalui proses sertifikasi. Namun guru dituntut untuk memiliki kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran dan penilaian yang menyenangkan dan sesuai dengan kriteria yang berlaku dengan tujuan agar dapat mendorong peningkatan dan tumbuhnya prestasi, motivasi, dan kreatifitas pada diri siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peningkatan prestasi pada siswa dipengaruhi oleh faktor lingkungan, internal dan eksternal siswa, selain itu faktor utama peningkatan prestasi siswa terletak pada bagaimana kualitas proses pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi siswa, proses pembelajaran di kelas harus berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kemampuan profesional (tersertifikasi), karena guru merupakan faktor utama dalam tercapainya pelaksanaan pendidikan. Guru profesional atau yang telah tersertifikasi tentu akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk dapat menumbuhkan kualitas dan prestasi siswa, guru tersertifikasi akan berupaya untuk mempengaruhi emosi dan minat siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa akan selalu termotivasi dan pada akhirnya akan tercipta pembelajaran yang berdaya guna. Apabila dalam sebuah pembelajaran sudah berdaya guna tentu akan mudah bagi guru tersertifikasi untuk dapat meningkatkan prestasi siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kurangnya tenaga pendidik yang profesional, menjadi penyebab permasalahan keilmuan yang dihadapi lembaga pendidikan saat ini, umumnya mengalami kekurangan guru yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan subyek atau guru bidang studi yang kompeten dan sesuai dengan latar belakang guru. Akhirnya sekolah terpaksa menempuh kebijakan yang tidak populis bagi anak, guru mengasuh pelajaran yang tidak sesuai bidangnya. Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesional yang ditunjang dengan sertifikasi belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas. Dan permasalahan inilah yang menjadi faktor awal merosotnya prestasi dalam dunia pendidikan di Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan adanya guru yang sudah tersertifikasi diharapkan dapat menjadikan guru sebagai guru yang profesional. Sehingga permasalahan kebijakan sekolah yang tidak populis dapat dicegah. Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kenyataannya saat ini guru yang sudah tersertifikasi belum dapat menjalankan amanahnya dengan sebenar-benarnya sebagaimana kriteria yang telah ditetapkan. Ada indikasi bahwa guru yang telah tersertifikasi tidak lagi seproduktif ketika mereka belum mendapatkan tunjangan profesi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan hal tersebut Madrasah Ibtidaiah (MI) Al Fattah Malang memiliki beberapa kelebihan terkait dengan program sertifikasi yang telah dilakukan dan prestasi siswa baik prestasi akademik maupun non akademik. Dengan ditunjang sarana dan prasarana yang cukup memadai yaitu dengan adanya laboratorium multimedia satu-satunya yang ada di kawasan gugus enam dan perlengkapan komputer serta alat-alat kegiatan non akademik. Peningkatan prestasi siswa diharapkan dapat tercapai dengan baik. Tercapai dan tidaknya peningkatan prestasi siswa tentu tidak akan terlepas dari kinerja lembaga pendidikan dan khususnya para guru profesional (tersertifikasi). Sebagaimana uraian di atas yang secara teoritis menjelaskan bahwa mutu pendidikan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh guru yang profesional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun apakah benar guru yang tersertifikasi mampu meningkatkan prestasi siswa di MI X. Kemudian upaya apa yang dilakukan guru tersertifikasi di MI X dalam meningkatkan prestasi siswa. Pernyataan-pernyataan inilah yang membuat peneliti ingin mengetahui secara riil bagaimana kinerja dan upaya guru tersertifikasi dalam meningkatkan prestasi siswa di MI X.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-53455122876135209402018-08-21T19:50:00.000-07:002018-08-21T19:50:00.993-07:00TESIS PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BACAAN AL-QURAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : PASCSARJ-1159) : TESIS PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BACAAN AL-QURAN (PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM)</b></h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Di era globalisasi, media merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana menurut Oemar Hamalik mendefinisikan media sebagai teknik yang digunakan untuk lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran sekolah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Y dan SMK X, guru menghadapi fenomena yang terjadi bahwa semakin anak tumbuh menjadi dewasa mereka akan malu dan enggan dalam hal mempelajari Al Qur'an, salah satunya mempelajari Baca Tulis Al-Qur'an. Pada anak usia remaja termasuk didalamnya siswa SMK, tujuan mereka akan terfokus kepada apa yang akan mereka jalani esok setelah mereka lulus yaitu dunia kerja. Banyak kasus yang terjadi pada siswa SMK sebagian besar belum bisa membaca Al-Qur'an dikarenakan banyak faktor yang telah diuraikan diatas. Berbagai upaya dilakukan oleh guru tetapi hasilnya belum maksimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Media pembelajaran interaktif yang menarik dan efektif yang berbasis teknologi dan informasi sangat dibutuhkan untuk mengenalkan materi supaya dikenal oleh guru dan siswa. Sehingga dengan adanya media pembelajaran yang menarik dapat mempermudah guru dalam melakukan penjelasan materi-materi yang akan disampaikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di SMK X masih menggunakan kurikulum KTSP sedangkan SMK Y sudah menggunakan kurikulum 2013 dimana peserta didik dituntut untuk aktif dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam. Guru semestinya memanfaatkan dan menggunakan alat yang murah dan efisien, dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Guru pendidikan agama Islam Di SMK Y dan SMK X berupaya mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran yang sudah lengkap meliputi ketersediaan Gadget, laptop dan kelas yang sudah terpasang LCD Proyektor, speaker aktif serta kabel VGA. </div>
<div style="text-align: justify;">
Penelitian Dwi Purwanto (2009, 50-51) berjudul Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa, difokuskan pada masalah rendahnya motivasi belajar siswa. Adapun hasilnya adalah media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, penelitian Ahmad Hasyim Fauzan (2015 : 27), “Pola Pembinaan Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) Sebagai Upaya Peningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran”, bahwa penelitian tersebut difokuskan untuk mencari tahu tujuan dari Kurikulum Baca Tulis Quran (BTQ). Hasil dari penelitian ini adalah Dengan adanya BTQ sistem pembelajaran untuk anak didik atau warga belajar menjadi bertambah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu mengajar. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran berupa materi pembelajaran kepada siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Media pembelajaran meliputi alat pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, gambar bingkai (slide), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media yang digunakan dalam pembelajaran dapat dipilih oleh pendidik untuk menunjang pembelajaran yang dilaksanakan pada hari tersebut. Media yang digunakan sebaiknya sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga media berfungsi dengan tepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Manfaat media pembelajaran yaitu : 1) Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka, 2) Makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran, 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata, 4) Siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Teknologi dan informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi adalah alat perantara teknologi berupa (hardware, software) yang digunakan untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna untuk memperoleh informasi yang berkualitas yang digunakan dalam proses pembelajaran.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-13821153414828457712018-08-20T19:43:00.000-07:002018-08-20T19:43:07.539-07:00TESIS MANAJEMEN FINGER PRINT DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU MTSN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : PASCSARJ-1158) : TESIS MANAJEMEN FINGER PRINT DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU MTSN (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM)</b></h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Abad ke-21 ditandai dengan globalisasi teknologi dan informasi, telah membawa dampak yang luar biasa bagi peran guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Peran lama guru sebagai satu-satunya sumber informasi dan sumber belajar, sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Guru harus memerankan peran-peran baru yang lebih kontekstual dan relevan. Tugas penting guru adalah menyiapkan generasi muda untuk menghadapi abad baru yang penuh dengan goncangan dan ketidakpastian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di era globalisasi saat ini terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya melahirkan era informasi global, tetapi juga melahirkan media informasi dan telekomunikasi yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Dampak global juga dirasakan pada bidang ekonomi dan manajemen yang sangat berkaitan dengan teknologi, yakni dengan munculnya peralatan-peralatan teknologi canggih yang memudahkan usaha manusia dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas untuk menghadapi persaingan diantara perusahaan atau institusi. Disamping kecanggihan teknologi tersebut, perusahaan atau institusi dituntut untuk mampu menghadapi tingkat persaingan yang tinggi tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya terpenting di setiap organisasi atau institusi. Memiliki sumber daya manusia yang mempunyai produktivitas dan kinerja tinggi merupakan impian dari setiap perusahaan. Selain itu peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan aset yang paling berharga bagi perusahaan atau institusi. Sumber daya ini banyak memegang peranan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Apabila sumber daya manusia yang dimiliki berkualitas dan sesuai dengan harapan perusahaan, maka perusahaan tersebut memiliki daya saing yang nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai melalui upaya pengembangan SDM yang terarah dan terencana. Upaya pengembangan SDM ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap organisasi agar kemampuan serta sikap SDM semakin meningkat sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan kebutuhan institusi. Program pengembangan SDM dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan pemberian penghargaan atas prestasi kerja, promosi dan mutasi, pemberian insentif, pengembangan karir, serta pemberian pendidikan dan pelatihan. Salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan kualitas SDM adalah melaksanakan peraturan dan disiplin yang tinggi oleh setiap karyawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Disiplin merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu organisasi atau perusahaan dan mempertahankan atau melangsungkan kehidupannya. Hal ini disebabkan hanya dengan disiplin yang tinggi suatu organisasi dapat berprestasi tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjaja (1986 : 29), bahwa “Dengan perkataan lain disiplin adalah unsur yang penting yang mempengaruhi prestasi dalam organisasi. Tidak ada organisasi yang berprestasi lebih tinggi tanpa melaksanakan disiplin dalam derajat yang lebih tinggi”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada awal tahun 2005, Institut Pertanian Bogor mulai menerapkan absensi karyawan dengan menggunakan sidik jari. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korupsi waktu yang sering dilakukan oleh karyawan dengan cara menitip absen kepada karyawan lain. Untuk itu Direktorat Sumber Daya Manusia dan Administrasi Umum IPB menyediakan di masing-masing fakultas atau kantor sebuah alat finger print, yaitu peralatan absensi canggih yang merekam sidik jari pegawai saat jam datang dan jam pulang. Para karyawan tidak bisa lagi menitip absen kepada temannya, karena peralatan ini hanya merekam sidik jari karyawan yang bersangkutan, selain itu peralatan ini bekerja secara online dan dapat dipantau dari komputer yang terhubung dengan peralatan tersebut. Finger print ini juga memudahkan bagi administratornya untuk merekap absensi para karyawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem pengidentifikasian sidik jari dulu hanya digunakan di kalangan aparat keamanan untuk menemukan jati diri korban atau tersangka kejahatan. Kini kegunaannya telah bergeser hingga ke perusahaan-perusahaan komersial. Sidik jari manusia merupakan bukti materi yang sangat penting. Tidak ada sidik jari yang identik di dunia ini sekalipun di antara dua saudara kembar. Dalam dunia sains pernah dikemukakan bahwa jika ada lima juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian (Ulfa Dewi Hasnita, 2012 : 2).</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat betapa akuratnya mengidentifikasi seseorang lewat sidik jari, diciptakanlah sebuah alat pendeteksi sidik jari dengan sistem elektronik. Alat ini pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation atau lebih populer dengan sebutan FBI di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Meski lebih populer untuk melacak pelaku kejahatan, alat pendeteksi sidik jari ini ternyata juga digunakan untuk mengetahui latar belakang seorang calon pekerja. Sejak tahun 1970-an, beberapa perusahaan sedikitnya sepuluh negara di dunia sudah menggunakan teknologi ini. Efisiensi menjadi dasar penggunaan sistem identifikasi sidik jari di perusahaan atau instansi, alat ini mendorong perusahaan untuk menghemat waktu, tenaga, sekaligus menjamin keamanan (Faisal Ali Ahmad, 2006 : 2).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, bukti kehadiran karyawan (absensi) bisa didapat melalui alat ini. Tentu saja hal ini sangat membantu divisi sumber daya manusia untuk mengevaluasi kinerja para karyawan. Kelemahan sistem konvensional adalah terbukanya peluang manipulasi, kesalahan pencatatan, maupun hilangnya catatan kehadiran seorang karyawan. Selain itu kemungkinan terjadinya kecurangan dimana rekan sekerja yang lain mencatatkan waktu kerja yang bukan dirinya sangat besar. Hal ini membuat pencatatan waktu kehadiran karyawan menjadi tidak akurat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kualitas mutu pendidikan sekarang ini masih membutuhkan banyak perhatian dari segi tenaga kependidikan. Dalam hal ini khususnya guru sebagai tenaga profesional yang menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik akan dapat diterima dengan baik ketika guru memiliki kinerja yang baik. Tidak kalah pentingnya juga kepala sekolah sebagai manajer yang mengatur suatu lembaga pendidikan yang harus memiliki kecakapan dan wawasan yang layak dalam memimpin institusi pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional (Mulyasa, 2007 : 5). Sebagai tenaga profesional sudah selayaknya guru memperoleh jaminan hidup yang layak dan memadai, sebab hal ini bukan saja akan menyebabkan kepuasan kerja, tetapi juga memungkinkan seorang profesional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru (Muhlisin, 2010 : 2).</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada mutu pendidikan?. Dilihat sistem pendidikan nasional kita, dengan sering terjadinya pergantian kurikulum secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri, sehingga perubahan tersebut dapat menjadi beban psikologis bagi guru yang dapat membuat guru frustasi. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal dan tidak demikian halnya guru professional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 menyebutkan bahwa terdapat empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang harus dikuasai guru. Oleh karena itu, guru harus senantiasa meningkat kompetesinya agar dapat tercapai tujuan pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, empat kompetensi dasar guru di atas dapat digunakan sebagai indikator penilaian kinerja guru.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dipandang perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang lebih berperan dan urgen yang mempengaruhi kinerja guru (Muhlisin, 2010 : 5). Salah satu yang perlu dikaji adalah kedisiplinan melalui penerapan absensi elektronik seperti yang telah ada di MTsN X.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijakan penerapan absensi elektronik ini merujuk pada PP No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Adanya kebijakan absensi ini memiliki peran penting dalam peningkatan kedisiplinan aparatur Kemenag. Kedisiplinan ini sudah seharusnya ditegakkan di kalangan aparatur Kemenag. Selain merupakan kewajiban sebagai PNS seperti yang diatur dalam PP No. 53 Tahun 2010, kedisiplinan sangat besar artinya bagi peningkatan kinerja aparatur Kemenag. Kedisiplinan merupakan kunci bagi keberhasilan program-program Kemenag. Dengan disiplin pelayanan terhadap masyarakat pun dapat diberikan secara profesional dan maksimal. Hal ini sejalan dengan harapan untuk meningkatkan kinerja Kemenag dengan integritas dan profesionalitas.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Sebagai abdi negara dan masyarakat yang digaji oleh negara sudah seharusnya segala tugas dan kewajiban dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai aturan yang telah ditetapkan. Tidak bisa kita sekehendak hati dengan mengabaikan aturan yang ada. Oleh karenanya seorang PNS baik pegawai maupun guru harus masuk kerja sesuai dengan jam dinas. Fakta di lapangan seringkali dijumpai PNS tidak mengikuti aturan ini, dengan kata lain masuk kerja terkadang terlambat begitu pula pulangnya lebih cepat. Demikian pula di kalangan guru, banyak yang tidak berangkat ke sekolah ketika tidak ada jam mengajar. Bahkan sering ditemui seorang PNS sering tidak masuk tanpa alasan dan tanpa ada surat izin karena model presensi yang konvensional melalui tanda tangan. Jelas ini merupakan pelanggaran yang tidak seharusnya dilakukan PNS dan segera harus ditangani.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Kenyataan di MTsN X bahwa pemakaian absensi finger print telah dimulai. Penerapan sistem absensi berbasis sidik jari (biometrics) dalam proses pengambilan informasi diharapkan kehadiran guru bisa mencapai 100% akurat karena didasarkan pada sidik jari masing-masing guru, serta proses pencatatan dan pelaporannya menjadi otomatis oleh software khusus. Kesalahan maupun manipulasi catatan dapat dihilangkan karena intervensi pegawai administrasi menjadi minimal. Informasi yang akurat merefleksikan kondisi yang sebenarnya menjadi landasan untuk pengambilan keputusan serta kebijakan dan kemajuan suatu instansi atau lembaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perjalanannya, MTsN X pernah mengalami pasang surut baik secara kuantitas maupun kualitas. MTsN X pernah meraih nilai akreditasi B. Hal ini tentunya belum cukup membuat bangga segenap warga madrasah. Seluruh keluarga besar MTsN X berusaha agar mampu meraih nilai akreditasi A. Perkembangan siswa MTsN X sangat bervariasi. Pernah jumlah siswa mencapai lima kelas paralel dengan jumlah siswa kurang lebih 450 orang. Namun demikian pernah juga terjadi jumlah siswa menurun drastis hingga hanya berjumlah 150 orang saja. Secara kualitas lulusan dari MTsN X telah banyak yang sukses meskipun tidak sedikit juga yang masih belum berhasil.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peningkatan kinerja guru di MTsN X melalui presensi sidik jari juga perlu di dukung dengan motivasi yang tinggi. Akan tetapi, masih ada juga beberapa guru MTsN X yang memiliki motivasi rendah seperti belum mau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, malas mengerjakan administrasi, maupun belum termotivasi dalam mengembangkan IT.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebetulnya, melalui motivasi yang muncul dari dalam diri guru maka dapat mendorong atau menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dengan demikian motivasi tentunya dimiliki oleh setiap individu tak terkecuali individu. Motivasi kerja guru yaitu suatu kekuatan potensial (baik itu dorongan internal maupun dorongan eksternal) yang menggerakkan (to move) perilaku seorang guru untuk berbuat atau bekerja terhadap sesuatu ataupun tujuan tertentu. Motivasi kerja guru adalah kondisi yang membuat guru mempunyai kemauan/kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelaksanaan suatu tugas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesetiaan atau loyalitas guru terhadap kinerja dapat menimbulkan rasa tanggung jawab. Di mana rasa tanggung jawab tersebut dapat menciptakan semangat kerja untuk dapat menimbulkan loyalitas guru terhadap sekolah, dengan berdasar uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian tentang <b>“MANAJEMEN FINGER PRINT DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN KINERJA GURU MTSN X”.</b></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-50527048128808518472018-08-19T19:36:00.000-07:002018-08-19T19:36:07.044-07:00TESIS HUBUNGAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU SISWA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : PASCSARJ-1157) : TESIS HUBUNGAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH DENGAN PEMBENTUKAN PERILAKU SISWA (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM)</b></h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada umumnya, anak-anak semenjak dilahirkan sampai menjadi manusia dewasa, menjadi orang yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri dalam masyarakat, serta mengalami perkembangan. Baik atau buruknya hasil perkembangan anak itu terutama bergantung kepada pendidikan yang diterima anak itu dari berbagai lingkungan pendidikan yang dialaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun menurut Ngalim, macam-macam lingkungan (tempat) pendidikan itu adalah : </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Lingkungan keluarga,</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Lingkungan sekolah,</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Lingkungan kampung,</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Lingkungan perkumpulan pemuda,</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Lingkungan negara dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kelima macam lingkungan tersebut dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Lingkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, dan sikap mental yang sehat, serta akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik formal (di sekolah) maupun informal (di rumah oleh orang tua). Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterima akan ikut menentukan pembinaan pribadinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang tua adalah Pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan tak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Sikap anak terhadap guru agama dan pendidikan agama di sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap agama dan guru agama khususnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hubungan orang tua sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa pada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik, karena ia mendapat kesempatan yang cukup dan baik untuk tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, hubungan orang tua yang tak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan membawa anak pada pribadi yang sukar dan tak mudah dibentuk, karena ia tak mendapatkan suasana yang kondusif untuk berkembang. Tentunya, semua itu akan berpengaruh pada jenjang pendidikan berikutnya di sekolah, yang terealisasi dalam sikapnya terhadap guru, termasuk dalam guru agamanya.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Guru agama mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu ikut membina pribadi anak di samping mengajarkan pengetahuan agama kepada anak. Guru agama harus membawa anak didik ke arah pribadi yang sehat dan baik. Setiap guru agama di sekolah harus menyadari bahwa segala yang terefleksi dari dirinya akan menjadi unsur pembinaan yang lebih dominan bagi anak didik daripada pengajarannya secara langsung.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Islam memandang bahwa sesungguhnya keluarga adalah pondasi bagi masyarakat. Sesungguhnya pernikahan adalah pondasi bagi keluarga. Oleh karena itu Islam menganjurkan pernikahan, memudahkan jalanya, menghilangkan faktor ekonomi yang menjadi penghalang bagi jalanya, baik dengan pendidikan maupun dengan perundang-undangan. Allah dan Rasul-Nya membenci semua hal tersebut. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Rum (30) : 21 : </div>
<div style="text-align: justify;">
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. 30 : 21)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : </div>
<div style="text-align: justify;">
“Wanita itu dinikahi karena empat faktor, yaitu : karena hartanya, karena kecantikannya, karena kedudukannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang berpegang pada agama, niscaya engkau akan bahagia”. (HR. Abu Daud).</div>
<div style="text-align: justify;">
Islam mempermudah jalan-jalan halal, menutup rapat pintu-pintu menuju perbuatan haram, termasuk perbuatan asusila, mempertontonkan diri dan perhiasan, dalam audio dan visual, kisah, drama yang lainnya. Terlebih lagi alat-alat komunikasi-informasi yang hampir memasuki setiap rumah dan sampai kepada semua mata dan telinga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Islam juga membangun hubungan antara orang tua dan anak berupa kewajiban untuk membimbing anak dengan sempurna, baik dari segi materi, moril maupun akhlak. Ini merupakan kewajiban orang tua. Adapun dari pihak anak, kewajibannya adalah berbuat baik kepada orang tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati, ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini, timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral, keduanya merasa terkena beban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi, dan membimbing keturunan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dijelaskan dalam Hadis Rasulullah SAW., fungsi dan peran orang tua bahkan mampu membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya bergantung pada bimbingan, pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tri pusat pendidikan. Fungsi dan peranan tri pusat pendidikan itu, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan Pembangunan Nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka dalam hal ini Keluarga merupakan tempat pertama dan sebagai dasar dalam menerapkan pendidikan agama, sehingga terlahir anak-anak yang agamis sebagai generasi penerus dan juga merupakan tanggung jawab bersama dalam menerapkan nilai-nilai agama, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun Sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya merupakan lingkungan kedua yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembinaan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak atau generasi muda Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena semakin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawab sebagian kepada lembaga sekolah ini. Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tugas guru dan pemimpin sekolah disamping memberikan ilmu pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, juga mendidik anak beragama. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Pendidikan budi pekerti dan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah haruslah merupakan kelanjutan, setidak-tidaknya jangan bertentangan dengan apa yang diberikan dalam keluarga.<br />Bagi setiap muslim yang benar-benar beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, mereka berusaha untuk memasukan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang diberikan pendidikan agama, atau ke sekolah umum yang memberikan pendidikan agama secara terpisah pada jam-jam tertentu.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini mereka mengharapkan agar anak didiknya kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam atau dengan kata lain berkepribadian yang seluruh aspeknya baik tingkah lakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup akan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepadaNya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kewajiban sekolah adalah membantu keluarga dalam mendidik anak-anak. Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kenyataannya, banyak remaja dalam hal ini pelajar yang sedang belajar di SMK Negeri X sebagai generasi penerus yang memiliki beban tanggung jawab besar di masa yang akan datang, sebagai calon-calon pemimpin, ada sebagian siswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai pelajar dengan perilaku yang tidak baik dengan melanggar tata tertib sekolah atau bertindak indisipliner, misalnya terlambat ke sekolah, tidak memakai atribut sekolah, judi, premanisme, membolos dan pelanggaran tata tertib yang lainnya. Padahal, disamping memperoleh bimbingan dari sekolah, mereka juga memperoleh bekal bimbingan dari orang tua mereka di rumah. Disamping belajar di sekolah, mereka juga sedang dalam proses pendewasaan diri. Dalam proses pendewasaan tersebut banyak mengalami pergolakan dalam diri mereka yang apabila dibiarkan tanpa adanya bimbingan/perhatian dari keluarga dan sekolah maka akan hidup penuh dengan kegelisahan, kecemasan, ketidakpastian serta kebingungan apalagi di era globalisasi saat ini. Dengan demikian, ada masalah yang menarik untuk diteliti, yaitu <b>APAKAH PERILAKU SISWA SMK NEGERI X YANG KURANG BAIK ITU, ADA HUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA DAN SEKOLAH ?</b>.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-20387528378220262262018-08-18T19:35:00.000-07:002018-08-18T19:35:09.371-07:00TESIS MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT) DI SD NEGERI X<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : PASCSARJ-1156) : TESIS MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT) DI SD NEGERI X (PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN)</b></h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Penelitian</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Laporan terbaru United Nation Development Programme (UNDP) tahun 2013 menyatakan, “Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2012 menduduki peringkat 121 dari 187 negara dengan skor 0,629”. Laporan tersebut juga menyebutkan, di antara negara ASEAN, IPM Indonesia masih di bawah Malaysia yang menempati peringkat 64 dengan skor 0,769; Singapura 18 (0,895); Thailand 103 (0,690); atau Brunei Darussalam yang berada di posisi 30 (0,855). Begitu pula jika dibandingkan IPM negara berkembang lainnya, seperti China yang menduduki peringkat 101 dengan skor 0,699; Meksiko di 61 (0,755); Korea di 12 (0,909); Turki di 90 (0,7222); Kolumbia di 91 (0,719); dan Mesir di 112 (0,662) (Whisnu, 2013 : 1). Masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dibanding dengan negara-negara ASEAN tersebut menunjukkan bahwa tingkat kualitas pendidikan di Indonesia belum juga menuju perbaikan yang signifikan. Berbagai masalah pendidikan berkaitan dengan masih rendahnya mutu pembelajaran yang dilaksanakan, baik mengenai kualitas pengajaran guru, kompetensi guru, output yang dihasilkan, kurikulum yang digunakan, bahkan mengenai kepemimpinan kepala sekolah masih menjadi sorotan utama. Kritik mengenai kualitas pendidikan di Indonesia banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan, peneliti bidang pendidikan, dan pemerhati pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tilaar (2006 : 5-6) mengemukakan bahwa, kemerosotan mutu pendidikan nasional tidak terletak kepada kemampuan intelegensi para siswa Indonesia, tetapi disebabkan oleh kesempatan yang tidak merata dalam memperoleh pendidikan yang baik pada anak-anak bangsa ini. Selain itu, kualitas pembinaan para guru, kesempatan belajar yang tersedia di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat, serta biaya-biaya yang dibutuhkan di dalam pendidikan berkualitas rupa-rupanya belum secara merata dapat dinikmati oleh anak-anak bangsa. Sebagaimana telah diketahui bahwa kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum (standar isi), tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti : penguasaan para siswa terhadap isi yang telah digariskan di dalam kurikulum serta tersedianya sumber-sumber belajar yang memadai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasairin (2008 : 10) menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara di dunia tetangga dan tidak terlepas dari tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia. Komponen yang harus bertanggung jawab adalah semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam dunia pendidikan, baik guru, orang tua siswa, Dinas Pendidikan, Departemen Agama, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), maupun DPR yang membawahi bidang pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Umaedi (1999 : 1) juga menyebutkan bahwa mutu pendidikan selama ini kurang berhasil disebabkan strategi dan pengelolaannya tidak tepat sasaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan (penyediaan buku-buku/materi ajar, alat-alat belajar, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya telah dipenuhi, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah) melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Secara singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitas cakupan permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan, bangsa Indonesia secara nyata telah melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk perbaikan mutu pendidikan. Kondisi nyata dari usaha perbaikan mutu sumber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan dapat kita lihat dalam bentuk program wajib belajar 9 tahun (6 tahun pada jenjang Sekolah Dasar dan 3 tahun pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Upaya ini lebih jauh dilakukan melalui berbagai cara seperti peningkatan sarana prasarana, perbaikan kualitas tenaga kependidikan, penyempurnaan manajemen, pembaharuan kurikulum, peningkatan anggaran, dan lain-lain. Namun hingga saat ini mutu pendidikan di Indonesia belum menunjukkan adanya perkembangan yang signifikan.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Mutu pendidikan sendiri pada dasarnya dapat dilihat dari aspek proses pendidikan, outcome pendidikan, dan isi atau konten pendidikan (Hamzah, 2006 : 14). Ketiganya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Bila proses pendidikan berkaitan dengan bagaimana pendidikan itu berlangsung dengan mengikutsertakan segenap potensi dan sumberdaya yang tersedia maka outcome pendidikan lebih mencerminkan apa yang sudah dicapai oleh proses tersebut. Proses pendidikan menentukan kualitas hasil pendidikan yang akan diperoleh, sedangkan kualitas hasil pendidikan menjadi indikator dan feedback bagi perbaikan mutu pendidikan yang akan dilaksanakan selanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Standar mutu bagi pelanggan memberikan jaminan produk atau jasa yang dihasilkan pemasok secara konsisten sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan. Dalam ISO 9001 : 2001, ada delapan elemen persyaratan, yaitu fokus pelanggan, kepemimpinan, partisipasi karyawan, pendekatan proses, pendekatan sistem, perbaikan terus-menerus, pendekatan faktual dalam pengambilan keputusan dan hubungan timbal baik yang menguntungkan dengan pemasok. Di sini terlihat, filosofi mendasar standar mutu ISO adalah menekankan pencegahan daripada pengobatan, sedangkan landasan konsepnya adalah Plan, Do, Check, dan Action.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan konsepsi mutu dan standar mutu di atas, dalam upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu, kebutuhan akan pengelolaan atau manajemen yang memiliki fokus terhadap mutu menjadi suatu keharusan. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan jawaban atas kebutuhan di atas. MMT merupakan proses kontinyu yang melibatkan segenap pegawai melalui organisasi dalam pemecahan masalah secara kreatif untuk meningkatkan kualitas atau mutu atas output dan proses. Ada tiga karakteristik utama dalam MMT yaitu customer focus, commitment to increment improvement dan emphasis on problem solving.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada lima aspek yang menjadi tolok ukur penerapan MMT dalam pendidikan yaitu : fokus pelanggan internal maupun eksternal, adanya keterlibatan total, standar baku mutu lulusan, komitmen, dan perbaikan yang berkelanjutan. Usaha untuk mengimplementasikan MMT pendidikan pada sekolah-sekolah perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain : kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, budaya (iklim organisasi), fokus pelanggan, metode ilmiah dan alat-alatnya, data-data yang bermakna, serta tim penyelesaian masalah (Syafarudin, 2002 : 57).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa : </div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini berari bahwa melalui pendidikan setiap orang akan dapat meningkatkan pengetahuan, penguasaan nilai-nilai dan keterampilan. Mutu menjadi penting dalam rancangan pendidikan sekolah oleh karena output yang dipersiapkan adalah sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan memecahkan masalah. Sekolah merupakan satuan pendidikan formal yang berfungsi sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan potensi peserta didik) melalui berbagai kegiatan di sekolah sehingga akan meningkat pengetahuan, nilai-nilai kehidupan, dan keterampilan yang bermanfaat dalam hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Studi pendahuluan di SD Negeri X menunjukkan bahwa mayoritas siswa berasal dari masyarakat dengan latar belakang pendidikan, dan ekonomi orangtua tergolong kelas bawah. Menurut Kepala Sekolah hal tersebut mempengaruhi tingkat perhatian terhadap belajar anak kurang intensif sehingga perhatian terhadap belajar anak cenderung rendah. Mereka menyerahkan pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah. Berbicara mutu pendidikan bagi orangtua adalah jika anak-anak mereka telah lulus dan dapat diterima di sekolah lanjutan sesuai dengan harapan. Tetapi jika tidak dapat diterima di sekolah yang mereka inginkan berarti sekolah tidak bermutu. Kepala sekolah menangkap peluang kepercayaan orangtua sebagai potensi yang harus dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada mereka, agar sekolah tidak kehilangan pelanggan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Upaya kepala sekolah untuk mewujudkan harapan pelanggan merupakan bagian dari tugas dan fungsinya sebagaimana disebutkan pada pasal 12 ayat 1 PP 28 Tahun 2009 bahwa : </div>
<div style="text-align: justify;">
Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tugas dan tanggungjawab kepala sekolah sebagaimana kutipan di atas, sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah memiliki peran dan fungsi selain sebagai Manajer, seorang kepala sekolah juga sebagai Leader (Pemimpin), Educator (Pendidik), Inovator, dan Motivator. Untuk menjalankan peran dan fungsinya diperlukan suatu sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi atau Manajemen Mutu Terpadu. Melalui Manajemen Mutu Terpadu pada institusi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul <b>“MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT) DI SD NEGERI X”</b>.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-7579722652013067192018-07-12T20:06:00.000-07:002018-07-12T20:06:07.572-07:00TESIS INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : PASCSARJ-1155) : TESIS INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA (PROGRAM STUDI : LINGUISTIK)</h3>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era globalisasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan bahasa. Mudahnya informasi yang diperoleh, baik melalui media cetak, elektronik, maupun interaksi sosial dapat menyebabkan terjadinya perubahan bahasa. Adanya kontak antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain dapat memungkinkan terjadinya interferensi bahasa. Dengan demikian, salah satu perubahan bahasa adalah adanya interferensi bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejalan dengan itu, Alwasilah (1985:132) mengatakan bahwa setiap bahasa akan mengalami perubahan selama bahasa itu masih dipakai. Seringkali perubahan ini tidak kita sadari. Salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya perubahan bahasa karena pengaruh pemakaian bahasa lain. Hal ini sesuai dengan makna interferensi yang berarti adanya saling mempengaruhi antar bahasa. Pengaruh ini biasanya terlihat dalam peminjaman kosa kata dari bahasa lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Zabadi (2009:2) dalam makalahnya yang disampaikan pada Seminar Nasional di Hotel Grand Antares X, menyatakan masyarakat Indonesia yang berada dalam situasi kedwibahasaan sehingga memungkinkan terjadinya alih kode (code-switching), campur code (code-mixing), atau interferensi (interference). Di dalam keadaan seperti inilah bahasa Indonesia yang mereka pakai sering tidak lagi baik dan benar berdasarkan ukuran pemakaian kaidah bahasa Indonesia. Gejala ini menyebabkan perubahan situasi tindak tutur dari penggunaan bahasa daerah ke nasional, nasional ke daerah, nasional ke asing, atau asing ke nasional.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan bangsa sehingga mengakibatkan adanya multibahasa. Di samping itu bangsa Indonesia tergolong bangsa yang terbuka terhadap pengaruh budaya bangsa asing. Adanya multibahasa bahasa dan pengaruh budaya bangsa asing dapat mengakibatkan kontak bahasa antara bahasa yang satu dengan bahasa lain sehingga tidak terelakkan terjadi interferensi bahasa.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Kota X merupakan kota besar yang tidak menutup kemungkinan terjadinya interferensi bahasa. Masyarakat Kota X termasuk masyarakat bilingual dan multilingual yang dapat mengakibatkan adanya interferensi bahasa. Di dalam pengamatan sepintas ada kecenderungan masyarakat kota besar, termasuk Kota X, menggunakan bahasa asing, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Begitu pula halnya interferensi bahasa tidak hanya terjadi pada bahasa lisan tetapi bahasa tulisan. Tidak dapat dipungkiri bahwa interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia sangatlah tinggi, baik pada tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Contoh interferensi pada tataran fonologi antara lain singkatan ‘acc’ diucapkan [a-se-se] seharusnya dalam bahasa Indonesia diucapkan [a-c-c], singkatan ‘ac’ diucapkan [a-se] seharusnya dalam bahasa Indonesia [a-c]. Singkatan acc dan ac merupakan interferensi dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Ada pula bahasa Indonesia yang ter interferensi fonologi bahasa asing, contohnya ‘kecapnya kecap abc’ di mana pengucapan ‘a-b-c’ diucapkan dengan [a-b-se,] seharusnya [a-b-c]. Contoh pada tataran morfologi adalah nama badan usaha perhotelan antara lain ‘Garuda Hotel’ seharusnya ‘Hotel Garuda’, dan ‘Hotel Grand Angkasa’ seharusnya ‘Hotel Angkasa Agung’. Contoh lain, Rumah Makan ACC. Banyak orang mengucapkannya Rumah Makan [a-se-se]. Contoh pada tataran sintaksis banyak terlihat pada penggunaan bahasa di tempat umum, seperti ‘No Smoking’ yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesianya adalah ‘Dilarang Merokok’</div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu, dalam sejarah pemberian Anugerah Bahasa bernama Adibahasa yang diberikan oleh Pusat Bahasa, ternyata Provinsi Y tidak pernah mendapatkannya. Hal ini disebabkan Provinsi Y, khususnya Kota X, dinyatakan tidak tertib dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam surat-menyurat kedinasan maupun penulisan nama badan usaha. Khususnya, pemakaian bahasa pada nama badan usaha, masih banyak yang menggunakan bahasa asing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Balai Bahasa X. Syarfina, dkk. (2009:61) menyebutkan masyarakat Kota X banyak melihat kata/istilah asing pada papan nama, papan reklame, nama gedung, spanduk dan lain-lain. Sebenarnya, mereka kurang bangga dengan banyaknya penggunaan kata asing di Kota X atau di sekitar tempat tinggalnya. Walaupun mereka suka menggunakan kata/istilah asing, mereka setuju pemerintah mengimbau para usahawan dan masyarakat menggunakan kata dari bahasa Indonesia untuk menamai papan nama atau papan reklame.</div>
<div style="text-align: justify;">
Data di atas menunjukkan bahwa interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia tidak dapat dihindari. Tingginya interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia mengakibatkan melemahnya jatidiri bahasa Indonesia. Hal itu karena interferensi bahasa akan mengakibatkan penyimpangan kaidah bahasa Indonesia, baik kaidah fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengindonesiaan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini merupakan pertaruhan harga diri bahasa Indonesia, seperti diungkapkan Badudu (1995:19) dengan adanya interferensi tersebut, kadang-kadang menguntungkan bahasa Indonesia, namun ada juga yang merugikan karena menyimpang dari struktur bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejalan dengan itu, dalam UUD 1945, Pasal 36, menyebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahasa Indonesia harus dipelihara dan setiap warga negara wajib turut membinanya. Secara kelembagaan, pemerintah mendirikan Pusat Bahasa sebagai lembaga resmi untuk melakukan pembinaan bahasa Indonesia, seperti dengan membuat Rancangan Undang-Undang Kebahasaan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Ruang lingkup kebahasaan terdiri dari lima bab. Bagian kesatu, Umum tertuang dalam pasal 25; bagian kedua, Penggunaan Bahasa Indonesia tertuang dalam pasal 26-40; bagian ketiga, Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Bahasa Indonesia, tertuang dalam pasal 41-43; bagian keempat, Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia tertuang dalam pasal 44; bagian kelima, Lembaga Kebahasaan tertuang dalam pasal 45.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya undang-undang yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia pada nama badan usaha terdapat dalam pasal 36 ayat 3 berbunyi, “Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks, perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika diamati saat ini, adanya kecenderungan penulisan papan nama badan usaha swasta di Kota X menggunakan bahasa asing, baik dalam tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Secara kualitatif, penulisan nama badan usaha dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan peraturan yang berlaku dalam penggunaan bahasa asing di Indonesia. Hal ini disebabkan kecenderungan menggunakan bahasa asing pada nama badan usaha memiliki alasan tersendiri bagi pengusaha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara kuantitatif, penggunaan bahasa yang ter interferensi tersebut bergantung pada sikap bahasa pengusaha yang senang menggunakan bahasa asing, meniru jenis usaha lain, mengikuti tren masa kini, tidak mengetahui padanan bahasa asing dalam bahasa Indonesia, memudahkan masyarakat dalam mengingat nama usaha, tuntutan zaman dan teknologi, memiliki nilai prestise, dan mengundang ketertarikan konsumen. Oleh karena itu, penyelidikan faktor yang menyebabkan interferensi dari segi usia dan penghasilan, jenis kelamin, pendidikan, dan keturunan menjadi bagian dari kajian ini. Dengan demikian, penggunaan bahasa asing di wilayah Indonesia, khususnya Kota X, sebagai kajian interferensi menemukan alat bukti yang konkret dalam usaha penertiban bahasa asing di tempat umum, sekaligus usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam penulisan nama badan usaha, kawasan, dan bangunan serta nama dan merek dagang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan interferensi dan sikap bahasa asing pengusaha dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota X.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-17584867916497063622018-07-11T20:01:00.000-07:002018-07-11T20:01:05.291-07:00TESIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENYULUHAN KESEHATAN LANGSUNG, DAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN MALARIA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : PASCSARJ-1154) : TESIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENYULUHAN KESEHATAN LANGSUNG, DAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN MALARIA (PROGRAM STUDI : KEPERAWATAN)</h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang banyak terjadi di negara-negara tropis. Penyakit ini pun masih menjadi masalah kesehatan di dunia (Kemenkes RI, 2010) dan dikategorikan “re-emerging disease”. WHO (World Health Organization) dalam Malaria Report 2011 menyatakan bahwa malaria cenderung selalu meningkat dari tahun ke tahun. Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2005 terdapat 83.551.210 kasus, tahun 2006 terdapat 85.573.379 kasus, tahun 2007 terdapat 86.746.527 kasus, tahun 2008 terdapat 74.585.630 kasus dan tahun 2009 terdapat 82.485.969 kasus. WHO (2011), melaporkan dari 106 negara yang dinyatakan endemis malaria terdapat 94.299.637 kasus malaria, 345.960 meninggal karenanya dan 2.426 kasus terjadi di Asia Tenggara selama tahun 2010.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi ini juga terpapar di Indonesia, populasi penduduk Indonesia hampir setengahnya tinggal di daerah endemik malaria (kecuali Pulau Jawa-Bali). WHO (2011) melaporkan bahwa terdapat 1.849.062 kasus dan 432 kasus meninggal selama tahun 2010. Terdapat 424 kabupaten/ kota endemis dari 576 kabupaten/ kota yang ada di Indonesia (Kemenkes, 2010).</div>
<div style="text-align: justify;">
Malaria juga merupakan penyakit yang mempengaruhi tingginya kematian terutama kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia (Kemenkes, 2010). Secara tidak langsung, malaria menyebabkan melemahnya perekonomian masyarakat. GF (Global Fund AIDS, Tuberculosis, and Malaria) (2009), menyatakan bahwa penyakit ini dianggap sebagai keadaan berbahaya yang mempengaruhi setengah dari populasi dunia dan menjadi lingkaran kemiskinan di beberapa negara berkembang. Menurut perhitungan para ahli ekonomi kesehatan, kasus malaria saat ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi mencapai sekitar 3,3 triliun rupiah sebagai akibat dari tidak dapat bekerja selama satu minggu, biaya pengobatan dan lain-lain, belum termasuk biaya sosial seperti menurunnya tingkat kecerdasan anak dan menurunnya kualitas sumber daya manusia yang berdampak pada penurunan produktifitas (Kemenkes, 2010).</div>
<div style="text-align: justify;">
Penanggulangan penyakit malaria telah menjadi kerangka kerja pembangunan nasional, kerangka kerja ini sebagai implikasi dari kesepakatan MDGs (Millennium Development Goals) tahun 2015. Penanggulangan malaria dideklarasikan pula sebagai agenda kesepuluh Sidang WHA (World Health Assembly) di Swiss tahun 2011 (Kemenkes RI, 2011). Penurunan angka kejadian malaria menjadi 1 per 1000 penduduk merupakan indikator yang harus dicapai setiap negara yang menyepakati MDGs tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular dilakukan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi individu atau masyarakat, dan ditegaskan pula bahwa pencegahan penyakit menular wajib dilakukan oleh masyarakat melalui perilaku hidup sehat (Kemendagri, 2009). Artinya penanggulangan penyakit ini perlu dilakukan secara komprehensif sesuai dengan paradigma sehat pembangunan kesehatan saat ini, yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah KLB (Kejadian Luar Biasa). Pencapaian hasil yang optimal dilakukan dengan upaya preventif dan kuratif yang berkualitas dan terintegrasi dengan lintas sektor, lintas program, dan lintas daerah (Kemenkes RI, 2010). Hal ini disebabkan karena malaria tidak mengenal batas-batas wilayah administratif (Bappenas, 2006).</div>
<div style="text-align: justify;">
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular menjadi upaya wajib (Kemenkes, 2004). Upaya wajib berarti upaya yang ditetapkan sebagai komitmen nasional dan global yang dianggap mampu menjadi daya ungkit tinggi dalam peningkatan derajat kesehatan manusia. Artinya penyakit malaria menjadi prioritas utama program di puskesmas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 telah ditetapkan target penurunan angka kejadian kasus malaria (Annual Parasite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk (Kemenkes, 2010). Angka kejadian malaria berdasarkan API sejak tahun 2005–2006 cenderung meningkat dari 2,93-3,14, namun tahun 2007-2011 dengan berbagai upaya pemerintah terjadi penurunan yang sangat tajam dari 2,87-1,75 (Kemenkes, 2012).</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap individu dapat terinfeksi plasmodium malaria, akan tetapi dalam keadaan vulnerable, risiko terinfeksi akan lebih tinggi. Keadaan ini akan bertambah lagi bila dipicu dengan faktor-faktor lain seperti usia, jenis, kelamin, ras, riwayat malaria sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, status gizi dan imunitas (Kemenkes, 2004). Sehingga, kondisi vulnerable yang dipicu dengan beberapa faktor di atas akan menyebabkan individu mudah terinfeksi malaria.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penduduk yang tinggal di daerah endemik pun lebih rentan terkena penyakit malaria. Keadaan semacam ini akan meningkatkan risiko memburuknya status kesehatan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004). Populasi yang rentan merupakan kelompok yang paling membutuhkan dilakukannya tindakan pencegahan dan proteksi terhadap penyakit (Jaspers dan Shoham, 1999; Webb dan Harinarayan, 1999). Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah menghindari/ memproteksi dari agent penyebab malaria.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus plasmodium. Bila terjadi kontak yang efektif, agent ini akan lebih mudah menginfeksi pada individu/ keluarga vulnerable. Sedangkan, lingkungan di Indonesia cukup mendukung keberadaan penyakit malaria, seperti: lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian, angin), lingkungan biologis dan lingkungan sosial-budaya (Kemenkes, 2004). Kondisi semacam ini semakin memudahkan agent malaria untuk menginfeksi individu/ keluarga yang vulnerable tersebut.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Suryantoro (2008) menemukan bahwa karakteristik lingkungan daerah endemis berpengaruh terhadap ada tidaknya kasus malaria di suatu daerah, adanya danau genangan air, kolam, pembenihan ikan merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk anopheles sebagai vektor malaria. Begitu juga Darundiati (2010) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna dari faktor lingkungan dengan angka kejadian malaria. Sedangkan Kurniawan (2008) menemukan bahwa faktor risiko kejadian malaria adalah keberadaan genangan air dekat rumah dan tingkat pengetahuan. Keadaan lingkungan yang endemis dapat meningkatkan angka kejadian penyakit malaria.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penduduk yang tinggal di daerah endemis termasuk dalam kategori populasi rentan. Populasi ini sangat sensitif terhadap risiko yang berasal dari faktor biologis dan didukung dengan faktor ekonomi, sosial, dan gaya hidup. Interaksi hasil beberapa faktor risiko dalam meningkatkan kerentanan terhadap faktor-faktor lain, yang juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan individu (Sebastian & Burshy, 2000 dalam Rita Hammer, Barbara dan Pagliaro, 2006). Keluarga rentan pun memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terjangkitnya penyakit. Keadaan ini disebabkan karena keluarga rentan mempunyai keterbatasan sumber daya fisik dan emosional yang dapat mengancam tugas dan fungsi keluarga. Upaya yang dilakukan keluarga rentan dalam menyelesaikan masalah cenderung tidak tepat bahkan menyimpang (Hitchcock, 1999).</div>
<div style="text-align: justify;">
Penduduk yang tinggal di daerah endemik malaria tergolong dalam aggregate vulnerable. Swanson dan Nies (1997), rentan merupakan kondisi tidak terlindunginya dari pengaruh lingkungan. Peneliti juga mengemukakan karakteristik rentan terdiri atas fisik, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Penduduk yang tinggal di daerah endemik malaria, dalam kondisi fisik yang kurang optimal akibat gizi kurang, terpaparnya dengan lingkungan rawa tempat berkembang biak vektor malaria, ditunjang pula dengan interaksi sosial yang kurang pemahaman tentang malaria dan pencegahannya kurang, diperberat lagi dengan kondisi ekonomi yang menyebabkan penduduk termasuk populasi rentan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keluarga dengan salah satu anggota keluarganya yang mempunyai pekerjaan di wilayah endemis akan mempunyai risiko lebih tinggi tertular penyakit malaria (Kemenkes, 2004). Hasil wawancara peneliti dengan pengelola Program P2 Malaria Puskesmas X, didapatkan data bahwa selama kurun waktu tahun 2011 terdapat 149 kasus malaria klinis dari 28.328 penduduk dan lebih dari 75% nya disebabkan lokal yang bekerja di wilayah endemis. Karakteristik lain keluarga rentan adalah person with communicable disease atau penderita penyakit menular. Transmisi penularan penyakit malaria begitu mudah dan cepat, sehingga prevalensinya dapat mempengaruhi sosial ekonomi kesehatan masyarakat. Semakin banyak pekerja yang sakit, maka akan makin sedikit keluarga yang mampu bekerja untuk mempertahankan fungsi keluarganya (Stanhope & Lancaster, 2004).</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara epidemiologis, transmisi penularan malaria merupakan hasil interaksi dari host, agent, dan environment (Kemenkes, 2004). Blum (1974, dalam Notoatmojo, 2010) berpendapat bahwa faktor perilaku manusia merupakan determinan utama dan paling sukar ditanggulangi disamping faktor lain, yaitu: lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik. Hal ini disebabkan, faktor perilaku mempengaruhi lingkungan hidup manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malaria merupakan penyakit menular yang berkaitan erat dengan perilaku. Perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga rentan perilakunya berisiko tinggi memburuknya status kesehatan (Chesney dan Barbara, 2008). Hasil penelitian Cruz dan Crookston (2006), menemukan bahwa dari 516 partisipan, terdapat 90 % pekerja lembur dan 77% pekerja non lembur menyatakan tahu bahwa perilaku pencegahan dengan menggunakan kelambu dapat mencegah dari penyakit malaria. Penelitian lain menemukan bahwa perilaku pencegahan pemakaian kelambu, menggunakan jamban, dan menggunakan racun serangga mempunyai hubungan yang bermakna dengan angka kejadian malaria (Salim, 2009). Perilaku pencegahan dengan menggunakan kelambu berinsektisida dapat menurunkan risiko terjangkit malaria 0,7 kali (Taviv; Salim; dan Yeni, 2008). Afridah (2009) dalam penelitiannya tentang pengaruh perilaku penderita terhadap angka kesakitan malaria di Kabupaten Rokan Hilir, dari 110 responden yang diambil secara random menunjukkan bahwa 52,7 % pengetahuan dalam kategori buruk, 51,8% sikap dalam kategori buruk, dan 76,3% tindakan dalam kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, serta tindakan mempunyai pengaruh terhadap tindakan pencegahan malaria.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perilaku pencegahan digambarkan oleh Glanz dan Rimer (2008), dalam The Health Belief Model (HBM), perilaku dipengaruhi oleh karakteristik individu dan informasi kesehatan yang disampaikan baik melalui penyuluhan kesehatan atau media massa. Penyuluhan kesehatan dan media massa merupakan kegiatan dari promosi kesehatan. Kemenkes (2009), menjelaskan bahwa kegiatan eliminasi malaria lebih banyak terfokus kepada kegiatan promotif dan preventif. Oleh karena itu, peranan promosi kesehatan akan semakin besar agar pelaksanaannya lebih optimal. Notoatmojo, (2010) menjelaskan promosi kesehatan dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan dan media massa. Promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perilaku individu dalam pencegahan penyakit malaria. Mardiah (2008), telah menemukan bahwa penyuluhan kesehatan memberikan pengaruh signifikan dalam membentuk perilaku pencegahan penyakit malaria. Pasaribu (2005), menemukan kenaikan nilai rata-rata komponen pengetahuan, sikap, dan praktik terjadi setelah dilakukan penyuluhan kesehatan. Hal ini menunjukkan penyuluhan kesehatan yang dilakukan dapat mengubah dan membentuk perilaku individu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasil wawancara dengan pengelola program P2 Malaria Puskesmas X (09 Februari 2012) didapatkan bahwa kegiatan promotif dan preventif yang dilaksanakan saat ini adalah penyuluhan kesehatan setiap bulannya, pelaksanaan 3M (menguras, menutup, mengubur) pada tempat penampungan air, pembagian kelambu berinsektisida kepada keluarga dengan ibu hamil dan balita, pembagian bubuk larvasida, pemasangan banner dan spanduk serta baliho di sepanjang jalan protokol. Selain itu juga disarankan kepada masyarakat agar menggunakan profilaksis saat akan bepergian ke daerah endemis malaria. Lebih lanjut disampaikan, kegiatannya selama ini belum dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap masyarakat. Investigasi kasus dilaksanakan bila ada ditemukan penderita yang mengalami klinis atau positif malaria dan disampaikan laporannya ke Dinas Kesehatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Promosi Kesehatan melalui media massa telah digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan perubahan perilaku. Media massa memberikan peranan kunci dalam perang memerangi malaria. Mozumder dan Marathe (2006) telah menemukan media massa dapat meningkatkan efektivitas sumber daya yang ada untuk pencegahan malaria.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pencegahan dan pengendalian malaria dilakukan untuk mengurangi prevalensi kejadiannya, sehingga malaria tidak lagi menjadi masalah utama kesehatan di masyarakat (Kemenkes, 2012). Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan untuk mengurangi insidensi penyakit malaria melalui promosi dan pendidikan kesehatan, seperti melakukan chemoprophylaxis, pemakaian kelambu berinsektisida, atau pun menghindari gigitan nyamuk anopheles sp. Pencegahan sekunder melalui deteksi dini dan penatalaksanaan, seperti surveilans epidemiologi, investigasi kasus dan penanganan kasus malaria. Sedangkan pencegahan tersier untuk mengurangi komplikasi dan kecacatan, seperti menghindari terjadinya keguguran pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi akibat anemia malaria (Stanhope dan Lancaster, 2004).</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan beberapa hal di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang <b>“HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA, PENYULUHAN KESEHATAN LANGSUNG, DAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN MALARIA PADA KECAMATAN CEMPAKA KOTA X”.</b></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-17156689833948094252018-07-10T19:57:00.000-07:002018-07-10T19:57:17.726-07:00TESIS EVALUASI PELAKSANAAN JAMKESMAS DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PUSKESMAS<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : PASCSARJ-1153) : TESIS EVALUASI PELAKSANAAN JAMKESMAS DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PUSKESMAS (PROGRAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN)</h3>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu aspek mendasar pemberian otonomi kepada daerah adalah keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, dan peran serta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Selain itu, adanya pemberian kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan pemerintahan berdasar skala pelayanan umum apakah lebih efektif diselenggarakan oleh daerah ataukah oleh pusat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kehidupan masyarakat yang semakin kompleks menuntut adanya suatu pelayanan yang semakin berkualitas, dalam hal ini pemerintah sebagai provider atau penyedia harus lebih intensif di dalam memperhatikan pelayanan tersebut. Karena diberbagai kesempatan pemerintah senantiasa menjanjikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, namun dalam kenyataannya belum dilaksanakan secara optimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut perspektif Kybernologi, pemerintahan itu adalah pelayanan kepada manusia dan masyarakat. Di bentuknya suatu sistem pemerintahan, pada hakekatnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah berfungsi sebagai provider jasa-publik yang tidak diprivatisasi kan dan layanan civil termasuk layanan birokrasi. Pemerintahan tidaklah dibentuk untuk melayani diri sendiri tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap individu dapat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya untuk tujuan bersama. Pemerintah merupakan manifestasi dari kehendak rakyat, karena itu harus memperhatikan kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi kerakyatan melalui proses dan mekanisme pemerintahan. Pemerintah milik masyarakat akan tercipta jika birokrat dapat mendefinisikan ulang tugas dan fungsi mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Antara pemerintah dengan masyarakat terdapat suatu hubungan, dimana ada masyarakat disana pula pemerintah diperlukan. Hubungan ini lebih didasarkan pada suatu interaksi antara yang menyediakan atau memberikan produk dengan yang membutuhkan atau menerima produk. Pemerintah adalah semua badan yang memproduksi, mendistribusi atau menjual alat pemenuhan kebutuhan rakyat berbentuk jasa publik dan layanan civil, sedangkan masyarakat yang mempunyai hak untuk mendapatkan, menerima dan menggunakan produk dari pemerintah, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu bentuk produk pelayanan pemerintah kepada masyarakat adalah pelayan dibidang kesehatan. Kesehatan adalah merupakan salah satu dari hak asasi manusia, seperti termaktub dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945 juga dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia, mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat adalah investasi.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Sentralisasi perencanaan kesehatan yang berlangsung di Indonesia dalam kurun waktu yang cukup lama berdampak pada kekurangberhasilan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yakni peningkatan status derajat kesehatan masyarakat. Kebijakan kesehatan di masa lalu khususnya dalam bidang perencanaan kesehatan didominasi oleh Pemerintah Pusat dan peranan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan kabupaten/kota sangat terbatas. Target program bahkan penentuan prioritas program kesehatan umumnya berdasarkan proyeksi nasional. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian dengan situasi dan kebutuhan kesehatan lokal (kabupaten/kota).</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 131/MENKES/SK/II/2004 telah menetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) sebagai strategi pembangunan kesehatan di Indonesia. SKN merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum, seperti dimaksud di dalam UUD 1945. Sub system pertama SKN adalah upaya kesehatan. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan memerlukan dukungan dana. Sumber daya manusia, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan sebagai masukan SKN. Dukungan dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan kesehatan yang semakin penting dalam menentukan kinerja SKN. Mengingat kompleksnya pembiayaan kesehatan, maka pembiayaan kesehatan ditetapkan sebagai sub sistem ke dua SKN.</div>
<div style="text-align: justify;">
Program pembangunan dibidang kesehatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dari mutu kehidupan dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Terkait dengan kebijakan pelayanan pemerintah dibidang kesehatan masyarakat, diawali dengan pernyataan bahwa “kesehatan adalah hak seluruh masyarakat”. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat (1) dinyatakan bahwa:</div>
<div style="text-align: justify;">
“Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 menyatakan bahwa :</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat (1)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat (2)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Negara mengembangkan system jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai martabat kemanusiaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat (3)</div>
<div style="text-align: justify;">
- Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 4 menyatakan bahwa : “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatnya kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejalan dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan tampak makin meningkat pula. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan tersebut, tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan, kecuali menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam upaya mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimal serta menjamin kualitas pelayanan dasar dibidang kesehatan, maka pemerintah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota. Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
Melalui penetapan standarisasi pelayanan minimal bidang kesehatan tersebut, diharapkan kiranya masyarakat akan mendapat kepastian hukum khususnya kemudahan dalam pemberian layanan oleh masing-masing instansi teknis didaerah. Selain itu, diharapkan pula agar para pejabat pembuat kebijakan (Gubernur/Walikota/Bupati) di setiap daerah akan memperoleh kesamaan pandangan dalam metode pemberian pelayanan kesehatan untuk masyarakat di tingkat dasar di Indonesia adalah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang merupakan unit organisasi fungsional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diberi tanggung jawab sebagai pengelola kesehatan bagi masyarakat tiap wilayah kecamatan dari kabupaten/ Kota bersangkutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pelayanan kesehatan yang langsung menyentuh pada lapisan masyarakat yang paling bawah dan sangat diperlukan oleh masyarakat adalah sangat penting hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas akan memberikan perlindungan kesehatan kepada warga masyarakat khususnya bagi warga kurang mampu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai salah satu institusi fasilitas pemerintah daerah dan sebagai lini terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan non-profit kepada masyarakat dan merupakan ujung tombak dalam sistem kesehatan Nasional, juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan dengan baik berdasarkan wewenang tugas pokok dan fungsinya yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, masalah dan kemampuan Puskesmas tersebut. Puskesmas diharapkan mampu memberikan jaminan bagi warga masyarakat sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan. Sehingga jelaslah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan pelayanan kesehatan minimum yang dibutuhkan rakyatnya. Kelalaian pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal (minimum) yang mampu diberikan oleh pemerintah akan menimbulkan keresahan sosial di masyarakat. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan prinsip yang harus dipegang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah bagaimana masyarakat puas dan nyaman dalam menerima pelayanan kesehatan yang diberikan dan keberadaan Puskesmas sebagai media untuk memberikan pelayanan kesehatan haruslah dijalankan dengan baik sehingga kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Implementasi pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/Menkes/Sk/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota sampai saat ini belum dapat dikatakan berhasil 100% sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berbagai permasalahan mengenai standar dan mutu pelaksanaan pelayanan kesehatan sering terjadi, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dinas Kesehatan Kabupaten X yang terkait langsung dengan pelaksanaan program kesehatan masyarakat di Kabupaten X diberikan wewenang dalam memformulasikan sistem jaminan kesehatan dengan mengacu kepada petunjuk teknis dari Depkes. Dengan demikian akan dapat dilakukan evaluasi implementasi pelaksanaan Jamkesmas di kabupaten X dalam mencapai target yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) salah satunya adalah cakupan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin..</div>
<div style="text-align: justify;">
Permasalahan tersebut sampai saat ini masih menjadi fenomena tersendiri bagi kelancaran pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan. Berbagai informasi mengenai rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah dimulai dari rumitnya prosedur pelayanan, kekurangan peralatan medis dan obat-obatan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia pelaksana kegiatan pelayanan, minimnya ketersediaan tenaga medis, serta sarana penunjang kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak memadai kerap terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap kurangnya pemanfaatan Jamkesmas oleh masyarakat disebabkan oleh pelayanan dan sarana pelayanan kesehatan belum tercapai, sarana pelayanan kesehatan yang susah dijangkau (kondisi demografi), yang menggunakan kartu Jamkesmas itu hanya masyarakat yang tinggal di sekitar puskesmas terdekat.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-16863483394974074682018-07-09T19:55:00.000-07:002018-07-09T19:55:32.759-07:00TESIS PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PEMADAM KEBAKARAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : PASCSARJ-1152) : TESIS PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PEMADAM KEBAKARAN (PROGRAM STUDI : ADMINISTRASI PUBLIK)</h3>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai usaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memerlukan manusia lain dengan membentuk hubungan kerjasama dan selanjutnya membentuk kelompok-kelompok (organisasi). Dalam organisasi perlu adanya manusia sebagai pendukung utama apapun bentuk dari organisasi tersebut. Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok merupakan awal dari perilaku organisasi, oleh karena adanya perbedaan persepsi, kepribadian serta pengalaman hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pandangan alamiah manusia mempunyai sikap rata-rata: tidak menyukai (menghindari) kerja, harus dipaksa untuk bekerja mencapai tujuan organisasi, pasif dan menunggu perintah dibanding harus menerima tanggung jawab, hanya dapat dimotivasi dengan insentif berkaitan dengan fisiologi dan rasa aman, memiliki kapasitas terbatas untuk pemecahan masalah secara kreatif, serta harus diamati dan dikontrol secara baik untuk menjamin pencapaian kinerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembauran manusia dengan berbagai sifat serta karakter dalam suatu kelompok disertai dengan pandangan alamiah sikap rata-rata manusia, akan membentuk suatu iklim organisasi dari serangkaian sifat lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja individu dalam suatu organisasi. Iklim organisasi yang digambarkan sebagai iklim kerja sebuah organisasi dapat diukur melalui empat dimensi yaitu : psikologis, sosial, struktural dan birokrat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dimensi psikologis meliputi variabel beban kerja, kurang otoritas, kurang pemenuhan diri sendiri (self fulfillment clerkship) dan kurang inovatif. Dimensi struktural meliputi variabel fisik, bunyi serta tingkat keserasian kerja antara keperluan kerja dengan struktur fisik. Dimensi sosial meliputi aspek interaksi dengan klien (kuantitas dan permasalahan), rekan sejawat (dukungan dan kerjasama), dan para penyelia (berupa dukungan dan imbalan). Dimensi birokratis meliputi Undang-undang serta peraturan konflik peranan dan ketidak jelasan peranan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Iklim organisasi yang bersifat terbuka akan lebih memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan serta adanya ketidakpuasan, tanpa adanya rasa takut, tindakan balasan maupun bertujuan untuk mendapatkan perhatian, yang harus ditangani secara positif dan bijaksana. Iklim keterbukaan bagaimanapun juga akan tercipta apabila seluruh anggota memiliki tingkat keyakinan yang tinggi serta mempercayai akan adanya keadilan tindakan.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diberikan organisasi yang menjadi dasar bagi penentuan sikap perilaku anggota selanjutnya. Iklim organisasi ditentukan oleh seberapa baiknya anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Birokrasi Dinas Pemadam Kebakaran kota X sebagai organisasi pemerintah dibawah naungan pemerintah kota X sebagai satuan organisasi yang menjalankan fungsi operasional lapangan dalam pelaksanaan tugas penanggulangan bencana dan pemadam kebakaran, membutuhkan iklim serta suasana kerja yang menunjang untuk dapat senantiasa mempertahankan kinerja secara maksimal dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan pengamatan dan penilaian absensi pelaksanaan kegiatan apel masuk kerja dan pulang kerja pegawai pada Dinas Pemadam Kebakaran terdapat kecenderungan penurunan kinerja individual pegawai secara menyeluruh melalui ketidakhadiran pada saat dilakukannya apel pagi (23%) dan apel siang (30%) ataupun melalui merosotnya semangat serta motivasi pegawai untuk melaksanakan fungsi serta tugas-tugas yang seharusnya diemban dalam pelaksanaan tanggung jawab sebagai aparatur negara dan abdi masyarakat, yang semestinya senantiasa siaga untuk memberikan pelayanan dalam penanggulangan bencana dan pemadaman kebakaran yang menimpa di masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berkaitan dengan hal diatas, maka muncul pertanyaan apakah menurunnya kinerja para pegawai dipengaruhi oleh iklim organisasi pada Dinas Pemadam Kebakaran, dan seberapa besar iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja para pegawai. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan menetapkan judul : <b>"Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pemadam Kebakaran Kota X".</b></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-51023368161358599822018-04-25T15:46:00.000-07:002018-04-25T15:46:06.747-07:00SKRIPSI PTK USING CLUSTERING TECHNIQUE TO IMPROVE STUDENTS WRITING OF RECOUNT TEXT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(<a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/04/SKRIPSI-PTK-USING-CLUSTERING-TECHNIQUE-TO-IMPROVE-STUDENTS-WRITING-OF-RECOUNT-TEXT.html" target="_blank">KODE : PTK-0713</a>) : SKRIPSI PTK USING CLUSTERING TECHNIQUE TO IMPROVE STUDENTS WRITING OF RECOUNT TEXT (MAPEL BAHASA INGGRIS KELAS VIII)</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ZJ_JtcmHCtidw_YPr6QETUBc9DHMeyCXmxqCoIAbagb9DCWlrcvpsMId8zJGavb5SxM6wJPZuxUNb8mIMpcGxF5StGVLNEJlk0UK0lx7hYbBscGZ5sBm3ijmFNu7nsYUlu55pxF3TcE/s1600/SKRIPSI-PTK-USING-CLUSTERING-TECHNIQUE-TO-IMPROVE-STUDENTS-WRITING-OF-RECOUNT-TEXT.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh ptk bahasa inggris kelas viii" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ZJ_JtcmHCtidw_YPr6QETUBc9DHMeyCXmxqCoIAbagb9DCWlrcvpsMId8zJGavb5SxM6wJPZuxUNb8mIMpcGxF5StGVLNEJlk0UK0lx7hYbBscGZ5sBm3ijmFNu7nsYUlu55pxF3TcE/s320/SKRIPSI-PTK-USING-CLUSTERING-TECHNIQUE-TO-IMPROVE-STUDENTS-WRITING-OF-RECOUNT-TEXT.jpg" title="contoh ptk bahasa inggris kelas viii" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>CHAPTER I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>INTRODUCTION</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. The Background of the Study</b></div>
<div style="text-align: justify;">
As we know, language is an integral part that can not be separated from human being, because of its function as communication. Communication is mainly divided into two, there are verbal and non-verbal. Verbal language consists of spoken and written language. On the other hand, non-verbal language is like gestures and body language. Human language has chanced form simple to complex from time to time. “communication between humans is an extremely complex and ever-changing phenomenon.” Undoubted, language is needed to interact one to another. </div>
<div style="text-align: justify;">
Nowadays, the most language which used widely is English language. People surround the world who use English as lingua franca is bigger than another languages, such as; French, Latin, Spanish, Chinese or Arabic. English has become an international language. Jack C Richards and Theodore S. Rodgers said,</div>
<div style="text-align: justify;">
“latin was most widely studied as foreign language five hundred years ago. However, English has become the most widely studied foreign language today.” So that, if we want to communicate to another countries, nations, from any place in the world, we should master English which is lingua franca.</div>
<div style="text-align: justify;">
There are many reasons why people learn language. One of the reasons is Advancement, some people want to learn English because they think it offers a chance for advancement in their professional lives. They will get better jobs by mastering two languages than if they only know their mother tongue. “English has a special position since it has become the international language of communication.”</div>
<div style="text-align: justify;">
There are many aspects that can not be separated from English language, moreover; English domination takes technology, social-culture, economy, education, art, science, ideology, research, information, etc. By mastering English we can enhance and enrich many aspects. In many countries, English is used as a first language, a second language or a foreign language.</div>
<div style="text-align: justify;">
English is one of the important foreign languages in Indonesia that has purpose to absorb and to develop knowledge, technology, and to establish relationship with other nations. Thus, it is essential to learn English to help people’s need to get information and knowledge in every aspect such as education, science, religion, social and technology.</div>
<div style="text-align: justify;">
Because of the reason our government puts English as a first foreign language. Minister of Education and culture decree No : 372/2003, stated that English becomes the first foreign language and the compulsory subject that should be thought in Indonesia school from junior high school up to university level.4 It means that students in our country in any level must study English.</div>
<div style="text-align: justify;">
Commonly, English is divided into two; written and oral. It also consists four skills that should be learned by students. They are listening, speaking, reading and writing. Listening and reading are included as receptive skills, on the other hand speaking and writing are included as productive skills.</div>
<div style="text-align: justify;">
Among the skills, writing is the most difficult skill. “many people find it easy to speak but hard to write things down on paper.” Writing is a complex skill, Leo Masiello stated “writing is hard work, or one students explains, „for me, writing is like running or exercise. The reason that say this is because both of these activities take a lot of effort.” Writing is unlike another skills, it requires background knowledge, vocabulary, spelling, grammar, punctuation, coherence, etc. In learning writing, students face several problems in their writing such as; limited vocabularies, difficulty in organizing ideas, no ideas to write about, no motivation to write and lack of confidence in grammar. The effect can be seen in English writing score, it is regarded as a main problem in many schools. To overcome this problem, a technique which can improve students’ score in English writing is needed.</div>
<div style="text-align: justify;">
One of the techniques is clustering, it is kind of prewriting activity that enrich idea before students start writing. As Regina L. Smalley and Mark K. Ruetten said that “clustering is making a visual map of the ideas.” At the beginning writing activity, students have to find out the ideas what they want to write about. Dorothy Sedley said that “the most common complaint English Composition teachers hear from students is “I don’t have anything to write about”. Actually, you have plenty to write about. After all, you live in the same world that “real” writers live in, and that world provides the raw material for millions of books every year. What you really need is not “something to write about”, but some suggestions that will help you exploit the resources all around you.”</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Developing ideas for making a composition cause problems in writing class, if the teacher does not conduct pre-writing activity. Getting stuck of ideas and a block of writing can be problems in writing activity. As a result, writing process goes slowly and stops immediately.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Students at junior high school learn two kinds of writing. There are narrative text and recount text. Both of texts talk about past events, besides they have similarities and dissimilarities. Narrative text is a text that tells a story and entertains the reader, for example novel. While recount text is a text that retells past events, its purpose is to provide the reader with a description of what occurred and when it occurred. For students at junior high school are emphasized in personal recount text.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Personal recount text usually retells an experience in which the writer was personally involved. It lists and describes past experiences by retelling events. It presents the events chronologically (in order in which they happened). The purpose of a personal recount are to inform, entertain the audience (listener or reader), or both”.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Even though the basic differentiation between narrative and recount is the purpose, recount is more emphasize to entertain and to inform.</div>
<div style="text-align: justify;">
In addition, Based on the writer’s personal experiences while he took PPKT in SMP Z, he found students’ problems in writing especially in developing idea. The students could not start their writing because they did not have any idea. Meanwhile, the writer had been learned a technique how to develop idea in fourth semester, the technique is clustering. So, he decided to apply it in order to solve students’ problem in writing. The writer assumed that students in other school had the same problem in writing, but to convince there is a problem in writing or not. The writer observes the school before.</div>
<div style="text-align: justify;">
Based on the writer’s observation on SMPN X, in teaching learning process the English teacher did not use the clustering technique in teaching writing especially recount text. Students did not understand clearly what recount text is, how to identify generic structure of recount text. Besides, the teacher also less preparation in teaching recount text. Moreover, SMPN X is not far from the writer’s house, so it is easier for him to do a research.</div>
<div style="text-align: justify;">
Because of the reasons that have been mentioned above, the writer takes a title of this “skripsi” <b>“USING CLUSTERING TECHNIQUE TO IMPROVE STUDENTS’ WRITING OF RECOUNT TEXT AT SECOND GRADE OF SMPN X”</b>.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-91811658586489495792018-04-24T15:41:00.000-07:002018-04-24T15:41:09.845-07:00SKRIPSI PTK THE USE OF PICTURE SERIES TO HELP THE STUDENTS WRITE A RECOUNT TEXT<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(<a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/04/SKRIPSI-PTK-THE-USE-OF-PICTURE-SERIES-TO-HELP-THE-STUDENTS-WRITE-A-RECOUNT-TEXT.html" target="_blank">KODE : PTK-0712</a>) : SKRIPSI PTK THE USE OF PICTURE SERIES TO HELP THE STUDENTS WRITE A RECOUNT TEXT (MAPEL BAHASA INGGRIS KELAS X)</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgORaVNi2k-uad1wpB1z4HpU6pg-i26wymlFJ6zQNFiY2Qpt6Vxo2SoK-Jy5Eh1ZDFITfMD0GM3H2kWfTxK-Dt0xi3QLR6Ugs7v5OLAHc0aruYM-5N9v-mbJu458exlL-fs9Do1ugYougs/s1600/SKRIPSI-PTK-THE-USE-OF-PICTURE-SERIES-TO-HELP-THE-STUDENTS-WRITE-A-RECOUNT-TEXT.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh ptk bahasa inggris kelas x" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgORaVNi2k-uad1wpB1z4HpU6pg-i26wymlFJ6zQNFiY2Qpt6Vxo2SoK-Jy5Eh1ZDFITfMD0GM3H2kWfTxK-Dt0xi3QLR6Ugs7v5OLAHc0aruYM-5N9v-mbJu458exlL-fs9Do1ugYougs/s320/SKRIPSI-PTK-THE-USE-OF-PICTURE-SERIES-TO-HELP-THE-STUDENTS-WRITE-A-RECOUNT-TEXT.jpg" title="contoh ptk bahasa inggris kelas x" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>CHAPTER I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>INTRODUCTION</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Background of the Study</b></div>
<div style="text-align: justify;">
English is well-known as a global language used by people to communicate with other people around the world. If someone does not know English, he will get difficulties in having communication with other people that use English. Therefore, mastering English language is very important.</div>
<div style="text-align: justify;">
The fact that mastering English is very important becomes the background for the government of Indonesia to put English in the formal education curriculum. The government of Indonesia has put English as a compulsory subject since the fourth grade of elementary school. It is expected that every student will be able to master English so the student does not find any obstacles dealing with language when the student is having communication with other people from around the world.</div>
<div style="text-align: justify;">
Feez (1998) argues that enabling learners to develop the knowledge and skills which will allow them to engage with whole texts appropriate to social context is the aim of English language teaching. Because of that, the government of Indonesia is implementing the School Based Curriculum which focuses on texts both in junior and senior high school levels. In the curriculum, senior high school students are obliged to learn English through different texts which have different function based on social context. Therefore, the syllabus used in the learning and teaching activities is text-based syllabus. The genre-based approach is one example of approaches used in text-based syllabus (Feez, 1998). Some texts to be taught in senior high schools are recount, narrative, procedure, descriptive, news item, report, analytical exposition, spoof, hortatory exposition, explanation, discussion, and review (BSNP, 2006).</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Those texts should be learned by the students in all language skills which are listening, speaking, reading, and writing. However, each student has different types of difficulties related to those four skills. Some of them consider writing as the most difficult skill to be learnt. Tiedt (1989 : 6) states that <i>"of all the language skills, writing is the most difficult and it is a hard work."</i> As with speaking, the writer generates ideas. On the other hand, writing is important to be mastered to express ideas without the pressure of face-to-face communication (Raimes, 1983). </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Unfortunately, based on the researcher's experience and observation when he was doing his Program Pengalaman Lapangan (PPL), many English teachers usually do not give equal portion of teaching to the four language skills when they are teaching the students. Many English teachers usually assign the students to write a text at home and then they submit their writing in the following meeting. The teachers do not understand that writing has to be done after several stages of writing starting from brain-storming until final draft of writing. They even do not give any feedback on the students' writing so that the students cannot know whether their writing is good or not. It can be the obstacle for the students to improve their writing skills.</div>
<div style="text-align: justify;">
The students in SMAN X also considered writing as the most difficult skill to learn. The researcher asked the students to write down their simple opinion towards writing on the back side of their drafts while the researcher taught the students. From the data, there were more than 50% students who stated that writing is difficult. They found a lot of difficulties in writing. Based on the researcher's observation, the students had problem in writing a recount text. They needed much time to start writing because they did not have any idea to write and they had very limited English vocabulary. Besides, the result of the students' recount texts was not really satisfying. Their ideas were not organized well. They also made mistakes mostly on the use of past tense, minimum requirements, and even some of them did not write proper recount text based on the generic structure of a recount text. It was so ironic since recount is one of the texts that have more value in the context of schooling (Gerot and Wignell, 1994) as cited by Mulya (2007 : 17). Feez (1998) adds that recount is classified as the simplest story text.</div>
<div style="text-align: justify;">
The reasons motivated the researcher to conduct a classroom action research to help the students write a recount text. Besides, the researcher, who considers that writing is not really difficult, wants to help the students in that class write a recount text so that they will not think that writing is difficult anymore.</div>
<div style="text-align: justify;">
The research offered a solution in the form of instructional media to overcome the problem faced by the students by using picture series. Picture series were chosen because they have many advantages. Using what appears in the pictures, the students can get ideas and opportunity to write in a connected way (Kreidle, 1968). It will help the students write a text without spending much time only to find ideas. Well-chosen picture series also give motivation to the students in learning situation, especially in learning how to write (Kieffer and Cochran, 1985). Besides, picture series provide material that offers guidance on vocabulary, sentence structure, and organization yet lets the students write about new subject matter (Raimes, 1983).</div>
<div style="text-align: justify;">
Some previous research dealing with the use of picture series in teaching writing showed good results. One of them was done by Setiawaty in 2003. Setiawaty used the picture series to help her students write a narrative text. Based on Setiawaty's research, the use of picture series helped her students write a narrative text. Understanding the advantages provided by picture series and also the problems in writing a recount text faced by the students, the use of picture series can be a good solution in the form instruction media for the students in this research in writing a recount text.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-83595002151643925192018-04-23T15:36:00.000-07:002018-04-23T15:36:32.959-07:00SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN MELALUI METODE QUANTUM WRITING<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(<a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/04/SKRIPSI-PTK-PENINGKATAN-KEMAMPUAN-MENULIS-SURAT-LAMARAN-PEKERJAAN-MELALUI-METODE-QUANTUM-WRITING.html" target="_blank">KODE : PTK-0711</a>) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN MELALUI METODE QUANTUM WRITING (MAPEL BAHASA INDONESIA SMK KELAS XII)</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgxsNONiMGIzPQr4Sb5CqSFJQlloGq-rZvdx2NzHXKzZRr_iMcXJmzAXEoo4Tfp3WAWVInzT65ZG__g81hHPC1g6X5zlQp_iDmK5wA1W3pNRhKEhLqlVI9BcyJyVgBXBdstn5_V40OwRw/s1600/SKRIPSI-PTK-PENINGKATAN-KEMAMPUAN-MENULIS-SURAT-LAMARAN-PEKERJAAN-MELALUI-METODE-QUANTUM-WRITING.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh ptk bahasa indonesia smk kelas xii" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgxsNONiMGIzPQr4Sb5CqSFJQlloGq-rZvdx2NzHXKzZRr_iMcXJmzAXEoo4Tfp3WAWVInzT65ZG__g81hHPC1g6X5zlQp_iDmK5wA1W3pNRhKEhLqlVI9BcyJyVgBXBdstn5_V40OwRw/s320/SKRIPSI-PTK-PENINGKATAN-KEMAMPUAN-MENULIS-SURAT-LAMARAN-PEKERJAAN-MELALUI-METODE-QUANTUM-WRITING.jpg" title="contoh ptk bahasa indonesia smk kelas xii" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi untuk menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan proses pembelajaran, metode pembelajaran, kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan agar relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan siswa di masa yang akan datang, pemerintah perlu mengupayakan suatu pembaharuan terhadap sistem pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembaharuan sistem pendidikan dapat dilakukan salah satunya melalui peningkatan mutu mata pelajaran Bahasa Indonesia karena merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting di SMK yang saat ini telah berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya. Hal ini perlu di tingkatkan, karena Bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan dan sebagai bahasa resmi yang telah disepakati bersama oleh seluruh bangsa Indonesia. Melalui bahasa manusia mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, maka dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK juga harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis, maupun dalam hal pemahaman dan penggunaan. Kemahiran bahasa lisan menekankan pada aspek bicara dan menyimak, sedangkan kemampuan bahasa tulis menekankan pada aspek menulis dan membaca. Sesuai dengan perkembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh pemerintah menghendaki terwujudnya suasana yang menarik agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa adalah menulis surat karena surat merupakan suatu pernyataan tertulis maka pemakaian bahasa pada surat-menyurat sangat mempengaruhi informasi yang disampaikan. Khusus untuk pemakaian bahasa pada surat menyurat yang sifatnya resmi, maka penulisan harus sesuai dengan kaedah atau aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Tarigan (1994 : 1) keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak (listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill) dan Menulis ( Writing Skill). Penguasaan keempat aspek ini merupakan keterampilan dasar. Untuk menunjang keberhasilan tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia, maka siswa terampil dalam berbahasa yang mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan apresiasi sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, aspek keterampilan menulis merupakan aspek yang paling tinggi dan paling kompleks tingkatannya. Aspek keterampilan menulis jauh lebih sukar dan jauh lebih rumit dibandingkan aspek kebahasaan yang lainnya, seperti keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Menulis merupakan salah satu dari pokok bahasan bahasa Indonesia yang bertujuan memberikan bekal keterampilan dan kemampuan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide atau pesan. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan yang sulit dan rumit tetapi keterampilan menulis itu sangatlah penting untuk dipelajari dan dilakukan terus menerus. Keterampilan menulis harus didukung juga oleh keterampilan lainnya terutama keterampilan membaca, karena membaca dan menulis saling berkaitan. Menurut maksud dan menurut tujuannya surat dibagi menjadi empat macam surat yaitu : surat permohonan atau permintaan, surat keputusan, surat kuasa, dan surat lamaran.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan empat macam surat di atas, pelajaran menulis surat lamaran pekerjaan merupakan salah satu aspek pengajaran bahasa Indonesia yang pembelajarannya tidak difokuskan secara sungguh-sungguh, maka peneliti mengambil satu bentuk surat yang dijadikan penelitian yaitu surat lamaran pekerjaan karena dalam menulis surat lamaran pekerjaan siswa masih sangat sulit dalam menggunakan isi gagasan, pilihan kata, kalimat, paragraf, dan ejaan. Materi menulis surat lamaran pekerjaan ini diberikan pada siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan, khususnya dalam proses pembelajaran diperlukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pemilihan metode yang tepat. Dalam upaya meningkatkan hasil menulis surat lamaran pekerjaan siswa kelas XII TFL SMKN X, penulis perlu melakukan inovasi kreatif, yaitu dengan cara menerapkan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa, sehingga menimbulkan proses pembelajaran yang aktif.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasil observasi awal yang dilakukan di SMKN X terungkap dari keluhan guru bahasa Indonesia, menjelaskan bahwa pokok bahasan menulis surat mereka rendah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rendahnya kemampuan menulis siswa dipengaruhi beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat pada kurang terampilnya siswa mempergunakan ejaan dan memilih kata sehingga penyusunan kalimat masih banyak mengalami kesalahan. Faktor eksternal muncul dari pemilihan strategi dan pendekatan yang digunakan guru. Guru masih terikat pada pola pembelajaran tradisional dan monoton. Kondisi seperti ini dapat menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif sehingga menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Sistem pembelajaran dengan pendekatan tradisional yang masih diterapkan guru tidak mampu menciptakan anak didik yang diidamkan, terutama untuk bidang keterampilan menulis. Hal ini dikarenakan dominasi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional lebih menonjol dan dikuasai guru, sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar sehingga para siswa cenderung pasif. Jika keadaan tersebut terus berlanjut, tanpa ada solusi penanggulangannya secara tepat dikhawatirkan lama-kelamaan akan menurunkan kemampuan dan kualitas siswa dalam menulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus betul-betul dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam meningkatkan partisipasi aktif fisik dan mental siswa, guru hendaknya tidak mendominasi aktivitas belajar-mengajar, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk berinteraksi dengan guru, dengan materi pelajaran maupun dengan sesama manusia. Demikian juga siswa hendaknya diberi kesempatan berlatih pada saat guru menyampaikan pelajaran yang berupa suatu keterampilan. Untuk itu agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan hasil menulis surat lamaran pekerjaan siswa menjadi lebih aktif maka guru menerapkan metode pembelajaran Quantum Writing karena merupakan sebuah proses interaksi yang terjadi lewat proses menulis. Seseorang yang menjalankan konsep “Quantum writing”, akan merasakan bahwa dirinya sedang berinteraksi dengan dirinya yang unik, materi tulisan yang sedang ditulisnya, dan dengan pikiran-pikiran orang lain yang telah dibicarakannya sebelum dia menulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran dengan metode Quantum Writing mempunyai tahap-tahap dalam proses pembelajaran dalam menulis, tahap-tahap tersebut, yaitu tahap persiapan, draft kasar, berbagi, revisi, penyuntingan, penulisan kembali, dan evaluasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul yang akan memperbaiki kemampuan belajar Bahasa Indonesia dengan menulis surat lamaran pekerjaan yaitu berupa <b>“PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN SISWA DI KELAS XII JURUSAN TEKNIK FABRIKASI LOGAM (TFL) SMKN X”</b>.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-71074404520192002522018-04-22T15:31:00.000-07:002018-04-22T15:31:09.981-07:00SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/04/SKRIPSI-PTK-PENGGUNAAN-MEDIA-GAMBAR-UNTUK-MENINGKATKAN-KEAKTIFAN-BELAJAR.html" target="_blank">PTK-0710</a>) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR (MAPEL IPS KELAS IV)</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh88PtQV8xVkaamGxrcSZfxCO2BihqAhS1SqHMqeRb0aSDPyLSNvzMxZtlB4c3Xo6_QrRSXbUvlkBwJIXOHujkG8sJKvIrAZEFNCY96QHLpaT-Y5LEAw6N0NCV-myo7gHpcssJ3Do8XOKo/s1600/SKRIPSI-PTK-PENGGUNAAN-MEDIA-GAMBAR-UNTUK-MENINGKATKAN-KEAKTIFAN-BELAJAR.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh ptk ips kelas iv" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh88PtQV8xVkaamGxrcSZfxCO2BihqAhS1SqHMqeRb0aSDPyLSNvzMxZtlB4c3Xo6_QrRSXbUvlkBwJIXOHujkG8sJKvIrAZEFNCY96QHLpaT-Y5LEAw6N0NCV-myo7gHpcssJ3Do8XOKo/s320/SKRIPSI-PTK-PENGGUNAAN-MEDIA-GAMBAR-UNTUK-MENINGKATKAN-KEAKTIFAN-BELAJAR.jpg" title="contoh ptk ips kelas iv" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Belajar tentunya tak lepas dari pendidikan, pelajaran yang dikemas dengan menarik tentunya dapat membantu siswa lebih menyenangi pelajaran tersebut sehingga pelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa. pembelajaran yang menarik tentunya dapat diberikan kepada siswa apabila guru menggunakan media belajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan atau sikapnya. Azhar Arsyad (2011 : 1).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Hujair (AH Sanaky 2013 : 11) mengemukakan proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu. Proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada pembelajar atau sebaliknya. Pesan atau informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati oleh penerima pesan. Maka agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi pembelajaran yang disebut dengan media pembelajaran.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Pendidikan IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan meningkatkan dan menumbuhkan pengetahuan, kesadaran dan sikap sebagai warga negara yang bertanggung jawab, menuntut pembelajaran menarik dengan menggunakan media pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap belajar yang menyenangkan dan dapat memancing siswa menjadi aktif.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Dwi Siswoyo (2007 : 119) menyatakan bahwa guru merupakan pendidik yang berada di lingkungan sekolah. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada interaksi guru dengan siswa. interaksi guru dengan siswa akan muncul apabila guru dapat mengelola kelasnya dengan baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Menurut Hisyam Zaini (2008 : xiv) belajar aktif merupakan salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian disimpan dalam otak. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti siswa yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya mental tapi juga fisik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang aktif. Dalam proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam suasana pembelajaran yang aktif tersebut siswa tidak terbebani secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling bertanya dan berdiskusi sehingga beban belajar yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka. (Hamzah dan Nurdin Mohamad 2011 : 10).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Warsono dan Hariyanto (2012 : 12) mengemukakan pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang dilakukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif merupakan strategi yang dapat diberikan kepada siswa supaya siswa memperoleh pelajaran yang bermakna, menemukan ide-ide, dan mengungkapkan apa yang telah diterima dalam proses pembelajaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011 : 33) tentang ciri atau kadar dari proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Nana Sudjana (2005 : 61), keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dalam</div>
<div style="text-align: justify;">
1. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;</div>
<div style="text-align: justify;">
2. terlibat dalam pemecahan masalah;</div>
<div style="text-align: justify;">
3. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;</div>
<div style="text-align: justify;">
4. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;</div>
<div style="text-align: justify;">
5. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya;</div>
<div style="text-align: justify;">
6. melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;</div>
<div style="text-align: justify;">
7. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran yang jika hanya gurunya saja yang aktif tanpa melibatkan siswa merupakan siswa pembelajaran kurang berhasil. Siswa yang tidak aktif cenderung hanya duduk dan diam saja. Jika guru memberi pertanyaan hanya siswa yang dikatakan pandai saja yang bias menjawab pertanyaan guru.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut hasil observasi dengan guru bernama pak AHB hal inilah yang terjadi pada siswa kelas IV SD pada saat pembelajaran siswa kurang menunjukkan sikap yang aktif dalam belajar. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kurang efektifnya pembelajaran IPS, ketika pembelajaran berlangsung banyak siswa yang berbicara sendiri serta adanya beberapa anak yang kurang memperhatikan guru dengan mated yang diajarkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri X kelas IV, selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Pada mata pelajaran IPS, siswa dalam mengikuti pelajaran belum sepenuhnya dapat berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, bertanya, serta dalam menanggapi beberapa pertanyaan yang disampaikan guru. yang terlihat pada mata pelajaran IPS, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran kurang bervariasi dalam arti guru hanya menggunakan buku pedoman siswa, sehingga siswa menjadi tidak memiliki motivasi tinggi untuk aktif belajar. Hal ini dibuktikan pada saat dilakukan observasi, proses pembelajaran yang berlangsung guru menggunakan buku pelajaran IPS dan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru serta mengerjakan tugas. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton yang membuat siswa merasa tidak bersemangat. Pembelajaran yang seperti ini kurang memberikan kesan untuk siswa dan pengalaman yang bam. Pembelajaran yang berpusat pada guru juga tidak memberikan sikap aktif pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan metode yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran juga menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, akibatnya siswa hanya dapat membayangkan apa yang disampaikan guru, siswa tidak dapat melihat wujud dari apa yang sudah disampaikan guru. Berdasarkan permasalahan di kelas IVA, maka peneliti menerapkan penggunaan media pembelajaran yang dapat membuat aktif. Terdapat berbagai media salah satunya yang dapat membuat siswa aktif. Salah satunya adalah media gambar dimana siswa akan lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Dengan menggunakan gambar kita akan merasa lebih dekat, seolah-olah kita menyaksikan sendiri. Media gambar digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan menunjuk objek (benda) yang sebenarnya. Media gambar adalah salah satu media yang paling tepat untuk siswa, media gambar yang diberikan kepada siswa sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu siswa belum mampu berpikir secara abstrak, sehingga media yang paling tepat untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah media gambar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Media gambar dapat membuat pembelajaran lebih menarik, Oemar Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011 : 2) menjelaskan untuk mewujudkan pembelajaran menarik tersebut, seharusnya menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah saatnya pengajaran mata pelajaran menggunakan media. Sebab diyakini bahwa dengan memiliki media pembelajaran yang baik dan efekif dapat menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna. Oleh karena itu maka peneliti ini menerapkan penggunaan media pembelajaran dan media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas IV bahwa siswa masih dalam tahap operasional kongkrit karena siswa belum bisa berpikir abstrak dan media yang cocok untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah media gambar. Dengan menggunakan media gambar dapat membuat siswa lebih tertarik karena untuk mempelajari apa yang telah ditampilkan dalam gambar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul <b>"PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI X"</b>.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-34545314544592765882018-04-21T15:27:00.000-07:002018-04-21T15:27:23.662-07:00SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN PAJAK PPH 21<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(<a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/04/SKRIPSI-PTK-PENERAPAN-STRATEGI-PEMBELAJARAN-PROBLEM-BASED-LEARNING-UNTUK-MENINGKATKAN-MOTIVASI-BELAJAR-SISWA-SIKAP-KRITIS-DAN-PRESTASI-BELAJAR-MATERI-PERHITUNGAN-PAJAK-PPH-21.html" target="_blank">KODE : PTK-0709</a>) : SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN PAJAK PPH 21 (MAPEL AKUNTANSI KELAS XI SMK)</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim4bNnX-cGicfTFTxXrlz0wY9cIAD-hlG0s9jL3rkkfyPR_232i4GyM3sXh-8Q-EjAAhNpmm1Z8xPKQ_MVtZSv6Wk8wTHzO1iZo6PyoUWHy88S1k-3GmRpo_N85frDXs9EEu6Sm213SRc/s1600/SKRIPSI-PTK-PENERAPAN-STRATEGI-PEMBELAJARAN-PROBLEM-BASED-LEARNING-UNTUK-MENINGKATKAN-MOTIVASI-BELAJAR-SISWA-SIKAP-KRITIS-DAN-PRESTASI-BELAJAR-MATERI-PERHITUNGAN-PAJAK-PPH-21.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh ptk akuntansi kelas xi" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim4bNnX-cGicfTFTxXrlz0wY9cIAD-hlG0s9jL3rkkfyPR_232i4GyM3sXh-8Q-EjAAhNpmm1Z8xPKQ_MVtZSv6Wk8wTHzO1iZo6PyoUWHy88S1k-3GmRpo_N85frDXs9EEu6Sm213SRc/s320/SKRIPSI-PTK-PENERAPAN-STRATEGI-PEMBELAJARAN-PROBLEM-BASED-LEARNING-UNTUK-MENINGKATKAN-MOTIVASI-BELAJAR-SISWA-SIKAP-KRITIS-DAN-PRESTASI-BELAJAR-MATERI-PERHITUNGAN-PAJAK-PPH-21.jpg" title="contoh ptk akuntansi kelas xi" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan itu sendiri berlaku seumur hidup dan dilakukan dalam lingkungan, keluarga, pendidikan formal (sekolah) dan masyarakat. Untuk itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan Negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa : </div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara simbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus berorientasi pada siswa (student active learning) dan peserta didik harus dipandang sebagai seorang yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Sedangkan tugas pendidik adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1 poin (a) "Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah".</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya, proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Guru merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah memahami pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Salah satu persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya kualitas pendidikan nasional. Rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain keterbatasan dana, ketersediaan sarana dan prasarana dalam aktivitas pembelajaran, dan pengelolaan proses pembelajaran. Kondisi tersebut diperburuk dengan minimnya sosialisasi kurikulum sebelum kurikulum baru dijalankan. Problematika pendidikan itulah yang menjadi tanggung jawab dan membutuhkan keseriusan lebih untuk mencari solusinya.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Sejalan dengan itu perlu dikembangkan iklim belajar mengajar yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif serta kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam rangka mengembangkan iklim belajar mengajar seperti menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif, sangat diperlukan adanya keterkaitan antara komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen pendidikan yang meliputi guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran) dan sumber belajar, materi, metode maupun alat evaluasi saling bekerjasama untuk mewujudkan proses belajar yang kondusif. Oleh karena itu komponen-komponen dalam pendidikan tersebut tidak bisa dipisahkan karena memiliki keterkaitan yang penting, sehingga akan membentuk suatu sistem yang berkesinambungan dalam mencapai tujuan pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Dalam skripsi Amroni yang berjudul Efektifitas pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada prestasi mata pelajaran ekonomi akuntansi siswa kelas XI SMA Nurul Islami Semarang halaman 3 menyatakan "belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya". Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran di sekolah seringkali membuat masyarakat kecewa. Kondisi ini dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam menyajikan materi melalui bahan hafalan semata, akan tetapi memahami dan mengerti secara dalam mengenai pengetahuan. Kondisi ini ditandai dengan siswa belum mampu menghubungkan materi pembelajaran di sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan dan belum mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pembelajaran, motivasi sangat diperlukan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2010 : 75). Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2010 : 75).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai sumber daya memiliki peranan yang penting karena merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 2002 : 36).</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Yunus Abidin (2014 : 122), model pembelajaran proses saintifik merupakan model yang menuntut siswa beraktivitas sebagaimana seorang ahli sains. Proses belajar secara saintifik mencakup beberapa aktivitas, diantaranya mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu proses belajar saintifik yang dapat diterapkan di kelas adalah penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, memiliki strategi belajar sendiri, serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Pernyataan ini pernah ada dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Elfrida Gita (2014) yang menyatakan bahwa penerapan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pelaksanaan proses saintifik bertujuan agar dapat menumbuhkan keterampilan sikap kritis siswa selama proses interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa menghasilkan pertimbangan, keputusan yang tepat, dan menjawab secara lebih lengkap. Sependapat dengan penelitian jurnal yang telah dilakukan oleh Sri Wahyuni (Program Studi Kimia PMIPA FKIP-UT) tentang mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning menerangkan bahwa keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, dan berpikir logis sehingga menumbuhkan sikap kritis dalam diri siswa terutama dalam mata pelajaran Kimia (IPA).</div>
<div style="text-align: justify;">
Proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pola berpikir siswa untuk lebih kritis dalam memecahkan materi pelajaran yang sudah disediakan. Dengan berpikir kritis akan berpikir lebih mendalam tentang materi-materi yang diajarkan dan motivasi siswa bertambah sehingga diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat dengan model ini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : <b>"PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, SIKAP KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK X".</b></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-71632175447107758012018-04-03T21:30:00.001-07:002018-04-03T21:30:11.935-07:00SKRIPSI PTK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI TATA CARA HAJI MENGGUNAKAN METODE SIMULASI (MAPEL PAI KELAS V)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/04/SKRIPSI-PTK-MENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR-FIQIH-MATERI-TATA-CARA-HAJI-MENGGUNAKAN-METODE-SIMULASI.html" target="_blank">PTK-0708</a>) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI TATA CARA HAJI MENGGUNAKAN METODE SIMULASI (MAPEL PAI KELAS V)</b></h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRXNknXf5F4ub7bIZKoEvgGl27pKp0BqO_kmsL8JMnvvkiPAw-qsdlIuUwdGmURyebi3asHFaxWhIMwkYKseunZGqCgfZUiZ6U-FfSjv0E0Zvt7S4Vi9tU8hIr6BKNDmx64Um_E9SnyyQ/s1600/SKRIPSI-PTK-MENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR-FIQIH-MATERI-TATA-CARA-HAJI-MENGGUNAKAN-METODE-SIMULASI.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh ptk penelitian tindakan kelas" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRXNknXf5F4ub7bIZKoEvgGl27pKp0BqO_kmsL8JMnvvkiPAw-qsdlIuUwdGmURyebi3asHFaxWhIMwkYKseunZGqCgfZUiZ6U-FfSjv0E0Zvt7S4Vi9tU8hIr6BKNDmx64Um_E9SnyyQ/s320/SKRIPSI-PTK-MENINGKATKAN-HASIL-BELAJAR-FIQIH-MATERI-TATA-CARA-HAJI-MENGGUNAKAN-METODE-SIMULASI.jpg" title="contoh ptk penelitian tindakan kelas" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan. Pendapat tentang belajar yang dikemukakan oleh Gregory A. Kimble (1997) bahwa, "<i>Learning is a relatively permanent change in behavior or in behavioral potentiality that result from experience and cannot be attributed to temporary body states such as those induced by illness, fatigue, or drugs</i>". Definisi ini secara sederhana diterjemahkan sebagai berikut : Belajar adalah perubahan relatif permanen dalam tingkah laku atau potensi perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan tidak berhubungan dengan kondisi tubuh pada saat tertentu semacam penyakit, kelelahan atau obat-obatan. Setelah melalui proses belajar, maka akan ada hasil yang dicapai yaitu berupa hasil belajar. hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Sistem nilai tersebut meliputi ranah pengetahuan, kebudayaan dan nilai keagamaan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Untuk itu penyampaian proses pembelajaran hendaknya dikemas menjadi proses yang membangun pengalaman baru berdasar pengetahuan awal, membangkitkan semangat kerjasama, menantang dan menyenangkan. Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan peserta didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar agar mampu berkembang dan berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bermoral tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mewujudkan capaian tersebut salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum melakukan proses belajar mengajar, seorang guru menentukan metode yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai. Pemilihan suatu metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat mated yang akan menjadi objek pembelajaran. Tujuan belajar mengajar dapat dicapai secara efektif dan efisien jika seorang guru secara nalar mampu memperkirakan dengan tepat metode apa yang harus digunakan. Metode mengajar harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena suatu pelajaran bisa diterima dengan mudah oleh siswa tergantung bagaimana cara atau metode yang digunakan oleh seorang guru. Seperti dikutip oleh ismail, bahwa metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Hal ini ditambahkan oleh Umiarso, bahwa metode mengajar tersebut hams sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak ingin dicapai.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Penggunaan dari sebuah metode yang tepat untuk materi yang akan disampaikan, dapat memberi motivasi pada diri siswa pada saat menerima materi pelajaran. Siswa dengan sendirinya akan termotivasi jika materi yang akan disampaikan menarik dan guru tidak perlu lagi mendorong siswanya untuk belajar, karena mereka sendiri telah termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, penggunaan metode yang tepat itu sangat mempengaruhi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. Dan guru juga sangat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui metode-metode yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun pelajaran ini penulis mengajar kelas V MI X yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Selama tahun ini penulis merasa kurang berhasil dalam mengajar Mata Pelajaran Fiqih. Hal ini didasarkan pada rendahnya hasil belajar mata pelajaran tersebut, yaitu pada ulangan harian diperoleh nilai rata-rata kelas 58,67 padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 65, dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi dasar yang diajarkan secara keseluruhan belum tuntas. Dari data yang ada, 6 anak mendapat nilai di atas KKM selebihnya (15 anak) memperoleh nilai di bawah KKM.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah penulis melakukan perenungan kembali terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan pemberian dari saran dari Kepala Madrasah serta teman sejawat maka dapat penulis identifikasi penyebab rendahnya hasil belajar tersebut. Dari beberapa penyebab rendahnya hasil belajar tersebut yang dapat penulis catat adalah peserta didik kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran, penyampaian mated oleh guru kurang menarik, kegiatan belajar monoton yaitu ceramah dan mencatat, guru belum memanfaatkan alat peraga yang sesuai dengan materi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua guru mengharapkan peserta didiknya dapat memperoleh nilai hasil belajar yang lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada awal tahun pelajaran. Untuk mencapai harapan tersebut diperlukan kreativitas guru dalam merancang pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik, yaitu dengan melakukan inovasi pembelajaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari kondisi MI X dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada dua masalah yang dihadapi guru yaitu rendahnya hasil belajar Mata Pelajaran Fiqih dan guru belum menemukan metode yang tepat dalam mengajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan meminta masukan dari Kepala Madrasah dan teman sejawat maka penulis hendak mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). yaitu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran sehingga hasil belajar meningkat. Dengan pertimbangan tersebut penulis mengambil judul : <b>"MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI TATA CARA HAJI MENGGUNAKAN METODE SIMULASI BAGI SISWA KELAS V MI X".</b></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-73258894992989940152018-02-13T19:32:00.000-08:002018-02-13T19:32:07.421-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN UPAYA GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN PKN SISWA SMPN X<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/02/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-UPAYA-GURU-PKN-DALAM-MENGEMBANGKAN-NILAI-NASIONALISME-MELALUI-MATA-PELAJARAN-PKN-SISWA-SMPN-X.html" target="_blank">PEND-PKN-0030</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN UPAYA GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN PKN SISWA SMPN X</b></h3>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic-X_Sy6Thay2jElwtJ0ynIgDbLpp_sULQ27BrJiMudo4h8UgL-Q2MAgAocGSE-nTg9Bmh3A79DaoYHvqz9Y7dDqf1_QHjawR9XelzqrKaNP1BTUl2uOxwrpKkuHK2_YKXELzuohharGw/s1600/SKRIPSI+PENDIDIKAN+PKN+UPAYA+GURU+PKN+DALAM+MENGEMBANGKAN+NILAI+NASIONALISME+MELALUI+MATA+PELAJARAN+PKN+SISWA+SMPN+X.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic-X_Sy6Thay2jElwtJ0ynIgDbLpp_sULQ27BrJiMudo4h8UgL-Q2MAgAocGSE-nTg9Bmh3A79DaoYHvqz9Y7dDqf1_QHjawR9XelzqrKaNP1BTUl2uOxwrpKkuHK2_YKXELzuohharGw/s320/SKRIPSI+PENDIDIKAN+PKN+UPAYA+GURU+PKN+DALAM+MENGEMBANGKAN+NILAI+NASIONALISME+MELALUI+MATA+PELAJARAN+PKN+SISWA+SMPN+X.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006 : 1) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama dibawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik atau golongannya. (Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998 : 200)</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Agar nilai-nilai pancasila dan semangat kebangsaan tersebut dapat berkembang melalui PKn, guru mempunyai peran yang sangat penting. Oleh karena itu guru harus mempunyai kriteria khusus. Kriteria tersebut antara lain : a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang pancasila, UUD 1945 serta bahan penunjang lainnya, b. Mempunyai keyakinan terhadap pancasila, baik sebagai dasar Negara maupun sebagai pandangan hidup bangsa, c. Memiliki moral yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, d. Menguasai keterampilan mendidik, e. Menguasai metode yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap (afektif), f. Menampilkan hubungan guru-siswa yang penuh keakraban, kekeluargaan dan manusiawi, g. Menggunakan media yang memberikan stimuli bagi perkembangan moralitas subjek didik, h. Mampu memilih dan mempergunakan instrumen evaluasi sikap. (Rustopo dan Sutrisno, 1993 : 119-127). Kriteria tersebut adalah mutlak dimiliki oleh guru PKn.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan kriteria tersebut diatas diharapkan dapat menjadi guru PKn dengan baik, sehingga tujuan pengajaran yang telah direncanakan berhasil termasuk mengembangkan nilai-nilai nasionalisme kepada peserta didik. Peran guru dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru harus dapat memerankan dengan baik dalam proses belajar mengajar antara lain adalah sebagai pendidik dan pembimbing sikap dan tingkah laku (Rustopo dan Sutrisno, 1993 : 113)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menampilkan nilai-nilai nasionalisme dalam mata pelajaran PKn, guru harus mampu memilih materi yang tepat, metode yang tepat, dan media yang tepat sehingga siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan. Apabila siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan, siswa akan mengerti dan memahaminya, yang pada akhirnya dapat menghayati dan mengamalkan nilai nasionalisme dalam kehidupannya. Dengan indikasi mempunyai sikap tidak individualisme, tidak fanatik, cinta tanah air, mengikuti upacara dengan khidmat, suka bekerja sama dan mempunyai semangat kebangsaan. Jika siswa sudah mempunyai nilai-nilai nasionalisme, tugas guru selanjutnya adalah mengembangkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesuai hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, dalam proses belajar mengajar yang terjadi di SMPN X Kabupaten X, upaya guru dalam meningkatkan nilai nasionalisme belum maksimal, hal ini terlihat banyak siswa kelas 7, 8, 9 SMPN X, masih mempunyai sikap individualisme, egoisme, mengikuti upacara dengan tidak khidmat, kurang mencintai lingkungan, menggunakan fasilitas internet bukan untuk belajar melainkan hanya untuk bermain dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul <b>"UPAYA GURU PKN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN PKN SISWA SMPN X".</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-38201485365795872342018-02-12T19:26:00.000-08:002018-02-12T19:26:24.693-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN INSPEKTORAT DAERAH DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
<b>(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/02/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PERAN-INSPEKTORAT-DAERAH-DALAM-PENGAWASAN-PELAKSANAAN-OTONOMI-DAERAH.html" target="_blank">PEND-PKN-0029</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN INSPEKTORAT DAERAH DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIRrsTtJ8REt0EeP3EvOnw1wMa9WO3ZmlLU5j658G3Ia8cRu6i7jcVezqapDK-rjDDgv1YpuoRFgUEo819qzio9nlWeXJmnVrvMTAPHyEOuP1ph8Rqfjesz_YZyPrzW7EzR6HJLbMLwdE/s1600/SKRIPSI+PENDIDIKAN+PKN+PERAN+INSPEKTORAT+DAERAH+DALAM+PENGAWASAN+PELAKSANAAN+OTONOMI+DAERAH.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIRrsTtJ8REt0EeP3EvOnw1wMa9WO3ZmlLU5j658G3Ia8cRu6i7jcVezqapDK-rjDDgv1YpuoRFgUEo819qzio9nlWeXJmnVrvMTAPHyEOuP1ph8Rqfjesz_YZyPrzW7EzR6HJLbMLwdE/s320/SKRIPSI+PENDIDIKAN+PKN+PERAN+INSPEKTORAT+DAERAH+DALAM+PENGAWASAN+PELAKSANAAN+OTONOMI+DAERAH.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai implementasi dari amanat Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998, menyebabkan terjadinya pergeseran kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah. Pemerintah pusat secara prinsip, bertanggung jawab untuk menjaga kesatuan nasional, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan bertanggung jawab secara keseluruhan dalam pengelolaan perekonomian nasional. Sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat (public services) di daerahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hakekatnya, otonomi merupakan pelaksanaan konsep berbagi kekuasaan (power sharing) dalam mengelola kehidupan kebangsaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Power sharing lebih mengutamakan pada aspek pendelegasian kewenangan ke daerah yang diwujudkan dalam bentuk political aspect (aspek politik-kekuasaan negara), dan administrative aspect (aspek administrasi negara). Pendelegasian kewenangan dalam bentuk political aspect berwujud pada keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. Sedangkan pendelegasian kewenangan dalam bentuk administrative aspect berwujud pada kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi (Rasyid, 2000 : 32).</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai isu permasalahan dan prospek penyelenggaraan pemerintahan daerah, memiliki nilai strategis yang sangat penting untuk segera ditindaklanjuti dengan upaya-upaya penyelesaian yang kongkrit, transparan dan akuntabel berdasarkan kesepakatan diantara berbagai pihak yang berkepentingan, sehingga praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah selalu berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah dan dapat menjamin terwujudnya paradigma kepemerintahan daerah yang baik (good governance).</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara substansial, otonomi daerah sesungguhnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan kehidupan demokrasi, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan NKRI. Tujuan itulah sesungguhnya yang merupakan perwujudan good governance (Fernanda, 2004 : 21).</div>
<div style="text-align: justify;">
Gerakan reformasi nasional di segala bidang pada hakekatnya sejalan dan dilandasi oleh paradigma demokratisasi dan partisipasi masyarakat dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Kepemerintahan yang baik adalah tata penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan negara bangsa yang memiliki karakteristik ataupun memiliki prinsip-prinsip : (a) partisipasi masyarakat, (b) supremasi hukum (rule of law), (c) transparansi, daya tanggap (responsif), (d) berorientasi konsensus, (e) kesetaraan dalam bentuk kesejahteraan, hak dan kewajiban, dan gender, (f) efektivitas dan efisiensi, (g) akuntabilitas, (h) bervisi strategis, dan (i) keseluruhannya harus dapat diwujudkan secara terpadu dan saling berkaitan satu dengan lainnya. Dengan otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk good governance ( Dwiyanto, 2002 : 77 ).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemerintahan daerah pada hakekatnya adalah sub-sistem dari pemerintahan nasional dan secara implisit, pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintahan Daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Agar maksud penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta daya saing daerah dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, maka pengawasan sebagai instrumen dalam manajemen organisasi pemerintahan harus berjalan dan terlaksana secara optimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Optimalisasi pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selain untuk mewujudkan cita-cita otonomi daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. </div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka pada setiap lini pemerintahan dibentuk lembaga pengawasan internal pemerintah yang secara khusus melaksanakan fungsi pengawasan, yang dilakukan oleh pejabat pengawas pemerintah. Lembaga pengawasan internal pemerintah adalah lembaga yang dibentuk dan secara inheren merupakan bagian dari sistem pemerintahan, yang memiliki tugas pokok dan fungsi dibidang pengawasan. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan oleh Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Ismail Mohamat, seperti yang dikutip oleh Pontas R. Siahaan menyatakan peran dan fungsi lembaga pengawasan eksternal (BPK) dan Aparat Lembaga Pengawasan Internal (APIP) meskipun sangat berbeda, tetapi keduanya saling mengisi dan melengkapi. Keduanya merupakan unsur-unsur penting yang diperlukan dan tidak saling menggantikan untuk terselenggaranya ”good governance” dalam manajemen pemerintahan negara. Lembaga pengawasan internal pemerintah diperlukan untuk mendorong terselenggaranya manajemen pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien pada tiap tingkatan pemerintahan, mulai dari presiden, menteri/pimpinan lembaga pemerintah non departemen, gubernur dan Bupati/walikota. Pengawasan internal tidak hanya dilakukan pada saat akhir proses manajemen saja, tetapi berada pada setiap tingkatan proses manajemen. Perubahan paradigma pengawasan internal yang telah meluas dari sekedar ”watchdog” (menemukan penyimpangan) ke posisi yang lebih luas yaitu pada efektivitas pencapaian misi dan tujuan organisasi, mendorong pelaksanaan pengawasan ke arah pemberian nilai tambah yang optimal (Siahaan, 2004 : 6)</div>
<div style="text-align: justify;">
Lembaga pengawasan internal pemerintah dalam lingkungan pemerintahan provinsi dan Kabupaten/kota adalah Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota. Inspektorat adalah lembaga perangkat daerah yang mempunyai tugas membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengawasan dalam wilayah dan jajaran pemerintah, yang secara organisatoris dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab kepada kepala daerah (gubernur, Bupati/walikota).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan kedudukan Inspektorat yang demikian, maka independensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan akan sulit dilakukan. Karena dengan posisi yang demikian, pengaruh dan intervensi dari kepala daerah tidak dapat dihindari, sehingga terkesan bahwa Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota merupakan perangkat daerah yang dibentuk untuk melengkapi syarat formal kelembagaan perangkat daerah, yang dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan terkesan lebih melindungi dan mengamankan kebijakan dan kepentingan pribadi kepala daerah daripada melaksanakan pemerintahan daerah di bidang pengawasan. Anggapan ini barangkali ada benarnya, karena banyak penyimpangan dan kejanggalan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terindikasi merugikan kepentingan masyarakat luas belum (tidak) tertangani dan teratasi dengan baik. Hal itu menunjukkan, bahwa pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah belum terlaksana dengan optimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Optimalisasi pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah belum terlaksana sebagaimana seharusnya, selain karena faktor-faktor tersebut di atas, juga disebabkan oleh beberapa faktor lain, diantaranya faktor ketersediaan sumber daya manusia, faktor anggaran, dan faktor komitmen (”political will”) gubernur, bupati/walikota selaku atasan langsung yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Komitmen kepala daerah sangat penting dan menentukan untuk mewujudkan optimalisasi fungsi pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena secara organisatoris Inspektorat propinsi, Kabupaten/kota adalah lembaga perangkat daerah yang dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan bertanggungjawab kepada kepala daerah. Sehingga akan sulit bagi Inspektorat provinsi, Kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dengan optimal apabila tidak didukung oleh kepala daerah. Kendala-kendala pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diuraikan di atas juga terjadi dan dialami oleh Inspektorat Kabupaten X, sehingga menghambat dan menyulitkan Inspektorat Kabupaten X untuk melaksanakan pengawasan dengan optimal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka pada kesempatan ini penulis yang sekaligus adalah putra daerah asli Kabupaten X tertarik untuk melakukan penelitian dengan membahas dan memilih judul penelitian tentang : "<b>PERAN INSPEKTORAT DAERAH DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN X"</b>.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-83493483063351222082018-02-11T19:22:00.002-08:002018-02-11T19:22:48.571-08:00UPAYA SEKOLAH DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PLURALISME PADA SISWA SEBAGAI USAHA MEMINIMALISIR ADANYA DISKRIMINASI SOSIAL DI SMAN X<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2018/02/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-UPAYA-SEKOLAH-DALAM-MENANAMKAN-NILAI-NILAI-PLURALISME-PADA-SISWA-SEBAGAI-USAHA-MEMINIMALISIR-ADANYA-DISKRIMINASI-SOSIAL-DI-SMAN-X.html" target="_blank">PEND-PKN-0028</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN UPAYA SEKOLAH DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PLURALISME PADA SISWA SEBAGAI USAHA MEMINIMALISIR ADANYA DISKRIMINASI SOSIAL DI SMAN X</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1lXnAbnR4FEK0fP_JnvPS-LOxAvFbhzbKOrh0SQAXJMsBG7eKmwYWfbY0KWPD1P-mzsGAvdvipnZBTF5zHl6ub7QrR10vzcu6VJZ-NLakAK3K4m_H_-MaGjAQGKhHQK_bB3I2t7J9Pbs/s1600/SKRIPSI+PENDIDIKAN+PKN+UPAYA+SEKOLAH+DALAM+MENANAMKAN+NILAI-NILAI+PLURALISME+PADA+SISWA+SEBAGAI+USAHA+MEMINIMALISIR+ADANYA+DISKRIMINASI+SOSIAL+DI+SMAN+X.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1lXnAbnR4FEK0fP_JnvPS-LOxAvFbhzbKOrh0SQAXJMsBG7eKmwYWfbY0KWPD1P-mzsGAvdvipnZBTF5zHl6ub7QrR10vzcu6VJZ-NLakAK3K4m_H_-MaGjAQGKhHQK_bB3I2t7J9Pbs/s320/SKRIPSI+PENDIDIKAN+PKN+UPAYA+SEKOLAH+DALAM+MENANAMKAN+NILAI-NILAI+PLURALISME+PADA+SISWA+SEBAGAI+USAHA+MEMINIMALISIR+ADANYA+DISKRIMINASI+SOSIAL+DI+SMAN+X.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Bangsa Indonesia merupakan kumpulan masyarakat yang multikultural dan pluralistik di dunia. Di Indonesia ada ratusan suku dan sub-suku dengan ciri khas sosio-kulturalnya masing-masing mempunyai aneka ragam bahasa suku dan sub-suku, ada banyak cara penyembahan kepada Tuhan sesuai situasi kondisi hidup dan kehidupan, bahkan terdapat berbagai macam karakteristik manusia, dan seterusnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi keberagaman masyarakat dan budaya tersebut, secara positif menggambarkan kekayaan potensi masyarakat yang bertipe pluralis, namun secara negatif orang merasa tidak nyaman karena tidak saling mengenal budaya orang lain. Setiap etnik atau ras cenderung mempunyai ideologi yang etnosentris, yang menyatakan bahwa kelompoknya lebih superior dari pada kelompok etnik atau ras lain (Prof. Dr. HM. Amin Abdullah, 2005 : 3)</div>
<div style="text-align: justify;">
Terjadinya tidak saling mengenal identitas budaya orang lain, bisa mendorong meningkatnya prasangka terhadap orang lain, berupa sikap antiX yang didasarkan pada kesalahan generalisasi yang diekspresikan sebagai perasaan. Prasangka juga diarahkan kepada sebuah kelompok secara keseluruhan, atau kepada seseorang hanya karena itu adalah anggota kelompok tertentu. Secara demikian, prasangka memiliki potensi dalam mengambinghitamkan orang lain melalui stereotipe, diskriminasi dan penciptaan jarak sosial.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Dalam lingkup kecil di masyarakat contohnya di suatu sekolah, tak jarang sering adanya kasus-kasus perbedaan perlakuan, misalnya; siswa/orang yang mempunyai ekonomi tinggi lebih diprioritaskan daripada yang tingkat ekonominya bisa dibilang rendah, siswa yang memeluk agama minoritas di sekolah tersebut dikesampingkan dari siswa yang memeluk agama mayoritas di sekolah tersebut, siswa yang berasal dari suku lain dikucilkan oleh teman-temannya, dan lain sebagainya. Dari adanya permasalahan-permasalahan tersebut, Sehingga perlu adanya suatu upaya dari sekolah untuk mengubah pemikiran negatif tersebut menjadi suatu kekayaan yang dimiliki oleh sekolah akan banyaknya keberagaman etnik, ras, suku, agama dan bahasa di sekolah, agar siswa berkeinginan untuk mengenal dan menghargai kebudayaan orang lain, dan kesemuanya itu dapat disikapi sebagai kekayaan yang dapat mengembangkan potensi suatu bangsa.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Melihat dari adanya permasalahan-permasalahan yang muncul diatas, nilai-nilai pluralisme mencoba membantu menyatukan keanekaragaman bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda begitupun perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan sekolah. Dengan demikian lingkup sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari penanaman nilai-nilai pluralisme sejak dini pada seorang individu. Nilai-nilai pluralisme menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, agama, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menjunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka diantara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal agama, ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran berbasis pluralisme didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat nilai-nilai pluralisme mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Nilai-nilai pluralisme bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif yang berperan bagi kompetisi budaya individual. Pembelajaran berbasis pluralisme berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pembelajaran pluralisme juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat. Pembelajaran pluralisme diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. Pembelajaran pluralisme dianggap sebagai suatu pendidikan yang penting dalam membangun suatu kebersamaan di atas keberagaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
SMAN X merupakan salah satu sekolah yang berbasis "Adiwiyata", yaitu suatu sekolah yang ingin menciptakan lingkungan yang ramah untuk setiap kalangan. Seperti yang kita ketahui sebagai salah satu sekolah Negeri tidak boleh memandang siswanya itu dari segi ekonomi, agama, bahasa, ras, etnis dan lain-lainnya, namun selayaknya harus menanamkan nilai-nilai persatuan agar segala perbedaan itu menjadi suatu kekayaan untuk mengenal budaya lain. Begitu halnya dengan keadaan SMAN X, dimana siswa-siswinya tidak hanya terdiri dari kalangan orang berada semua, dan dari satu golongan agama saja, namun banyak sekali keragaman yang ada di SMAN X.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari permasalahan dan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka penulis memilih judul <b>"UPAYA SEKOLAH DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI PLURALISME PADA SISWA SEBAGAI USAHA MEMINIMALISIR ADANYA DISKRIMINASI SOSIAL DI SMAN X"</b> dalam penulisan skripsi ini.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-12826896937603056442018-01-07T17:15:00.000-08:002018-01-07T17:15:08.035-08:00JUDUL PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) 8<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
JUDUL PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) 8</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRDQ3lVu30Q9X8McLF7hbBnwFSMF-IwkHpgBAQYqAOi2gajUbIwdcXX6Fs0890MAYnsUb14BHTqcXSC1fsSSzCPPvYg4qBcHT1tayjg-FSWdsGpHtnEkJDrVV6EfE5PAkXekkOActaY5U/s1600/JUDUL+PTK+PENELITIAN+TINDAKAN+KELAS+8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh judul ptk" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRDQ3lVu30Q9X8McLF7hbBnwFSMF-IwkHpgBAQYqAOi2gajUbIwdcXX6Fs0890MAYnsUb14BHTqcXSC1fsSSzCPPvYg4qBcHT1tayjg-FSWdsGpHtnEkJDrVV6EfE5PAkXekkOActaY5U/s320/JUDUL+PTK+PENELITIAN+TINDAKAN+KELAS+8.jpg" title="contoh judul ptk" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<ul style="text-align: left;">
<li>(KODE : PTK-0593) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBASIS IMTAQ PADA KONSEP EKOSISTEM (BIOLOGI KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0594) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE KUMON PADA POKOK BAHASAN GERAK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR (FISIKA KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0595) : SKRIPSI PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING MEMANFAATKAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN MASALAH SPLDV (MATEMATIKA KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0596) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SOAL (MATEMATIKA KELAS VIII)</li>
<li>(KODE : PTK-0597) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA TEMATIK DENGAN METODE KOMUNIKATIF (BAHASA ARAB KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0598) : SKRIPSI PTK DEVELOPING STUDENTS READING ABILITY BY USING STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TECHNIQUE (BAHASA INGGRIS KELAS VIII)</li>
<li>(KODE : PTK-0599) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN MATRIKS (KELAS XII)</li>
<li>(KODE : PTK-0600) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DENGAN MEDIA BUKU SAKU BIOLOGI (BSB) (BIOLOGI KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0601) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR (MELOMPAT) ANAK MELALUI PERMAINAN LOMPAT TALI KELOMPOK B (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0602) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI KOMBINASI METODE EVERYONE IS A TEACHER HERE DENGAN TEAM QUIZ (PAI KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0603) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0604) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING?PROMPTING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0605) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK A TK (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0606) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI BUKU MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBANDINGKAN (BAHASA INDONESIA KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0607) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA (KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0608) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR (MATEMATIKA KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0609) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW (SEJARAH KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0610) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (KEWIRAUSAHAAN SMK KELAS XII)</li>
<li>(KODE : PTK-0611) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KARTU DOMINO (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0612) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN KALENG INDAH PADA KELOMPOK B TK (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0613) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0614) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) BERBANTUAN LKS PADA KOMPETENSI DASAR TEOREMA PHYTAGORAS UNTUK PEMECAHAN MASALAH?(PEND MATEMATIKA KELAS VIII)</li>
<li>(KODE : PTK-0615) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE STAD (PKN KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0616) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE COLLEGE BALL (KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0617) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS DRAMA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN KONSTRUKTIVISME, INKUIRI, DAN PEMODELAN (BAHASA INDONESIA KELAS IX)</li>
<li>(KODE : PTK-0618) : SKRIPSI PTK PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA E?MAIL PADA (BAHASA INDONESIA KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0619) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN PARAFRASE IKLAN BARIS MENJADI WACANA EKSPLANASI LISAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN MEDIA IKLAN BARIS?(PEND BAHASA INDONESIA KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0620) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0621) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PERPADUAN METODE CERAMAH DAN METODE TWO STAY TWO STRAY (EKONOMI KELAS X SMK)</li>
<li>(KODE : PTK-0622) : SKRIPSI PTK PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PRINTED MATERIAL COMIC STRIPS SEBAGAI MEDIA MENINGKATKAN KOSAKATA SISWA SMP (BAHASA INGGRIS KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0623) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BUKU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK TK (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0624) : SKRIPSI PTK PEMBELAJARAN PASSING DATAR SEPAKBOLA MENGGUNAKAN MODIFIKASI PERMAINAN 4 LAWAN 4 (PENJAS KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0625) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT DENGAN STRATEGI DEMONSTRASI MAPEL FIQIH (PAI KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0626) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN SPEAKING BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING (BAHASA INGGRIS KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0627) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN SOSIALISASI MELALUI BERMAIN ESTAFET PADA ANAK KELOMPOK B PAUD (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0628) : SKRIPSI PTK EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR ARITMATIKA SOSIAL (MATEMATIKA KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0629) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INDAH PUISI MENGGUNAKAN MODEL DRALADATER BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL (BAHASA INDONESIA KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0630) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ASERTIF MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI?SOSIAL MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA (BIMBINGAN KONSELING KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0631) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN KOMBINASI METODE CERAMAH DAN INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN FIQIH (PAI KELAS III)</li>
<li>(KODE : PTK-0632) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN DATAR (MATEMATIKA KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0633) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI (PKN KELAS VI)</li>
<li>(KODE : PTK-0634) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI MENGIDENTIFIKASI RAGAM LAGU DAERAH (PGSD SENI MUSIK KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0635) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI TAAT DAN SABAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION?(PAI KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0636) : SKRIPSI PTK PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS X-L</li>
<li>(KODE : PTK-0637) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0638) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA KOMPETENSI DASAR LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JASA (AKUNTANSI SMK KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0639) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL MUHADATSAH YAUMIYYAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN BERBICARA (BAHASA ARAB KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0640) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (PKN KELAS II)</li>
<li>(KODE : PTK-0641) : SKRIPSI PTK PENERAPAN METODE BERMAIN DENGAN MEDIA PLAYDOUGH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0642) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (BAHASA INDONESIA KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0643) : SKRIPSI PTK IMPROVING READING COMPREHENSION THROUGH KWL STRATEGY (BAHASA INGGRIS KELAS VIII)</li>
<li>(KODE : PTK-0644) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP CIRCULAR FLOW DIAGRAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI (EKONOMI KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0645) : SKRIPSI PTK PENGGUNAAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR (PKN KELAS IV)</li>
<li>(KODE : PTK-0646) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MENJEPIT KARTU KATA PADA KELOMPOK B TK (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0647) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN (BIOLOGI KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0648) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERKIRIM SALAM DAN SOAL (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0649) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN FILM POKOK BAHASAN PANTANG MENYERAH DAN ULET (KEWIRAUSAHAAN KELAS X SMK)</li>
<li>(KODE : PTK-0650) : SKRIPSI PTK IMPROVING STUDENTS MOTIVATION IN LEARNING SPEAKING BY USING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (BAHASA INGGRIS KELAS VIII)</li>
<li>(KODE : PTK-0651) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA (PKN KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0652) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (FISIKA KELAS VIII)</li>
<li>(KODE : PTK-0653) : SKRIPSI PTK PENERAPAN LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (SEJARAH KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0654) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (EKONOMI AKUNTANSI SMK KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0655) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA MAPEL ELEKTRONIKA DASAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PEND ELEKTRO KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0656) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUKURAN KOMPONEN ELEKTRONIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (PEND ELEKTRO KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0657) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PERAN AKTIF SISWA DALAM LAYANAN INFORMASI DENGAN PENGEMBANGAN PERTANYAAN TAKSONOMI BLOOM (BIMBINGAN KONSELING KELAS VIII)</li>
<li>(KODE : PTK-0658) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN PIDATO PERSUASI DENGAN MEDIA BARANG PRODUK (BAHASA INDONESIA KELAS XII)</li>
<li>(KODE : PTK-0659) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (IPS KELAS IV)</li>
<li>(KODE : PTK-0660) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA (BAHASA ARAB KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0661) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA IRINGAN MIDI (SENI KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0662) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN LARI CEPAT MELALUI BERMAIN (PENJAS KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0663) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE JIGSAW (MATEMATIKA KELAS IV)</li>
<li>(KODE : PTK-0664) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI MELALUI METODE MODELING (BAHASA INDONESIA KELAS II)</li>
<li>(KODE : PTK-0665) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN PEMBELAJARAN PERMAINAN MEDIA JALAN ANAK TANGGA DAN DINGKLIK OGLAK?AGLIK (PENJAS KELAS IV)</li>
<li>(KODE : PTK-0666) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE KELAS IV?(PGSD K?13)</li>
<li>(KODE : PTK-0667) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL ALAT UKUR ELEKTRONIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAKEM (PEND ELEKTRO KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0668) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (IPS KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0669) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BILANGAN “KERETA ANGKA” KELOMPOK B TK (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0670) : SKRIPSI PTK PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN FISH BOWL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0671) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR (SEJARAH KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0672) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (IPS KELAS IV)</li>
<li>(KODE : PTK-0673) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMA INDAHNYA NEGERIKU MUATAN MAPEL PKN MELALUI MODEL PBL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL KELAS IV?(PGSD K?13)</li>
<li>(KODE : PTK-0674) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN BERBASIS GENRE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN (BAHASA INDONESIA KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0675) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN (BAHASA INDONESIA KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0676) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS VIII-L</li>
<li>(KODE : PTK-0677) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ARIAS BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL (IPS KELAS II)</li>
<li>(KODE : PTK-0678) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK MELALUI VARIASI MENU (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0679) : SKRIPSI PTK UPAYA MENGAKTIFKAN SISWA DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DISKUSI PANEL (PKN KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0680) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP?CAKAP PADA KELOMPOK B (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0681) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) PADA PEMBELAJARAN IMLA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA (BAHASA ARAB KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0682) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMA CITA?CITAKU MUATAN IPA MODEL PBL BERBANTUAN AUDIO VISUAL KELAS IV?(PGSD K?13)</li>
<li>(KODE : PTK-0683) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN KLASIFIKASI BERDASARKAN WARNA BENTUK DAN UKURAN DI TK?(PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0684) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MAPEL AQIDAH AKHLAK (PAI KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0685) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (SEJARAH KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0686) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI PICTURE AND PICTURE DENGAN GAMBAR SERI (BAHASA INDONESIA KELAS III)</li>
<li>(KODE : PTK-0687) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODEL PBL DENGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS TEMA ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN KELAS V?(PGSD K?13)</li>
<li>(KODE : PTK-0688) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION) DENGAN MEDIA KARTU PANTUN (BAHASA INDONESIA KELAS VII)</li>
<li>(KODE : PTK-0689) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL TRIGONOMETRI (MATEMATIKA KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0690) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING (IPA KELAS IV)</li>
<li>(KODE : PTK-0691) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERHITUNGAN KURS VALUTA ASING MELALUI PERPADUAN METODE CERAMAH BERVARIASI DAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (EKONOMI KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0692) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PETA PIKIRAN IMAJINATIF (BAHASA INDONESIA KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0693) : SKRIPSI PTK PENERAPAN MODIFIKASI PERMAINAN BOLA KASTI DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES (PENJAS KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0694) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI TEKNIK LISTRIK PAKET KEAHLIAN ELEKTRONIKA INDUSTRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY (PEND ELEKTRO KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0695) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI METODE EVERYONE IS TEACHER HERE BERBANTUAN MEDIA KLIPING DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN (PKN KELAS V)</li>
<li>(KODE : PTK-0696) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (MATEMATIKA KELAS X SMK)</li>
<li>(KODE : PTK-0697) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DI KELOMPOK B (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0698) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (SMK EKONOMI AKUNTANSI KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0699) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI MENGANALISIS ASPEK?ASPEK PENGELOLAAN USAHA DENGAN METODE INQUIRY (KEWIRAUSAHAAN KELAS XI)</li>
<li>(KODE : PTK-0700) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT BERBANTUAN MEDIA VIDEO (IPS KELAS IV)</li>
<li>(KODE : PTK-0701) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN MELALUI METODE KANCING GEMERINCING (KEWIRAUSAHAAN KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0702) : SKRIPSI PTK IMPLEMENTASI MODEL JIGSAW PADA MAPEL KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (KEWIRAUSAHAAN KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0703) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLEK PADA ANAK KELOMPOK A (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0704) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN SIKAP GOTONG ROYONG MELALUI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PKN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW (PGSD KELAS II)</li>
<li>(KODE : PTK-0705) : SKRIPSI PTK KEEFEKTIFAN STRATEGI IMAGE STREAMING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN?(BAHASA INDONESIA KELAS X)</li>
<li>(KODE : PTK-0706) : SKRIPSI PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DENGAN BERBAGAI MEDIA (PGPAUD)</li>
<li>(KODE : PTK-0707) : SKRIPSI PTK UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK MELALUI GERAK TARI BURUNG PADA KELOMPOK A (PGPAUD)</li>
</ul>
<br />
<br /></div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-37810142649732797292017-11-23T16:22:00.000-08:002017-11-23T16:22:11.266-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC SKILL PARTICIPATION DI SMAN X<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2017/11/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PERAN-GURU-PENDIDIKAN-KEWARGANEGARAAN-PKN-DALAM-MENGEMBANGKAN-CIVIC-SKILL-PARTICIPATION-DI-SMAN-X.html" target="_blank">PEND-PKN-0027</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC SKILL PARTICIPATION DI SMAN X</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjHY-zWWHBTFaoi5KLd9BwdelBkWupaAeED5f6AT0LMgULMfMnHqLjhq3sKS2jLYe5JCwQcV3Js19odPyCXgpc1Zf6k9VHSm5sHl3JVlSrfI7U0pGYRgJxJK3PX4HxPeOYA7vPGplUS9s/s1600/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PERAN-GURU-PENDIDIKAN-KEWARGANEGARAAN-PKN-DALAM-MENGEMBANGKAN-CIVIC-SKILL-PARTICIPATION-DI-SMAN-X.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjHY-zWWHBTFaoi5KLd9BwdelBkWupaAeED5f6AT0LMgULMfMnHqLjhq3sKS2jLYe5JCwQcV3Js19odPyCXgpc1Zf6k9VHSm5sHl3JVlSrfI7U0pGYRgJxJK3PX4HxPeOYA7vPGplUS9s/s320/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PERAN-GURU-PENDIDIKAN-KEWARGANEGARAAN-PKN-DALAM-MENGEMBANGKAN-CIVIC-SKILL-PARTICIPATION-DI-SMAN-X.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia. Yaitu upaya untuk membantu manusia untuk dapat berinteraksi sesuai martabatnya sebagai manusia sebab manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika ia mampu merealisasikan hakekatnya secara total maka pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara sadar yang bertitik tolak pada asumsi tentang hakekat manusia (Maida. 2012 : 09).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan meliputi pengajaran berupa keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-haknya sebagai warga negara indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan melalui Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu tidak tepat jika di dalam proses pembelajaran guru hanya menitik beratkan pada pengukuran pengetahuan saja tetapi harus menanamkan berbagai aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang agar dapat membentuk warganegara yang ideal Warganegara harus mempunyai beberapa kompetensi ideal, ada 3 (tiga) Kompetensi ideal seorang warganegara, Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic Disposition (karakter kewarganegaraan), Civic Skill (keterampilan warganegara). Selanjutnya civic skill terdiri atas civic skill intelektual (keterampilan intelektual warganegara) dan Civic skill participation (keterampilan partisipasi warganegara).</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Melalui pendidikan Kewarganegaraan (PKn) anak dapat dididik menjadi warga negara yang memiliki kompetensi ideal untuk berpartisipasi aktif di dalam masyarakat, hal ini menjadi peran utama dari pendidikan kewarganegaraan karena salah satu tujuan dari pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membentuk warganegara yang dapat berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Anak adalah warganegara hipotetis yaitu warganegara yang "belum jadi" karena masih harus dididik menjadi warganegara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya. Oleh karena itu masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi di dalam kehidupan masyarakat dan negaranya (Winarno. 2009 : xi).</div>
<div style="text-align: justify;">
Partisipasi warganegara sangat penting untuk kemajuan negara indonesia yang menganut sistem demokrasi karena partisipasi warga masyarakat berada dalam konteks governance, yakni korelasi antara negara (pemerintah) dan rakyat. Negara adalah pusat kewenangan dan kebijaksanaan yang mengatur (mengelola) alokasi barang-barang (sumber daya publik serta sosial).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan di dalam masyarakat terdapat hak sipil dan hak politik dengan demikian partisipasi adalah jembatan penghubung antara negara dan masyarakat (Ginting. 2012 : 99).</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum dalam sistem pemerintahan yang demokratis selalu mengandung unsur-unsur penting yang mendasar yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Partisipasi warganegara dalam pembuatan keputusan politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warganegara.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warganegara.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Suatu sistem perwakilan.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan unsur-unsur tersebut maka demokrasi mengandung ciri yang mengandung patokan yaitu setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melalui wakil pilihan mereka. Ciri lain yang tidak boleh diabaikan adanya keterlibatan atau partisipasi warganegara baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam proses pemerintahan negara (Kaelan. 2007 : 69).</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Mengingat pentingnya partisipasi warganegara maka pengembangan keterampilan partisipasi warganegara (<i>Civic skill participation</i>) harus dilakukan secara baik dan maksimal, tentu saja ini merupakan tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Namun keberhasilan pendidikan kewarganegaraan (PKn) juga bergantung pada peran guru dalam mendidik, Guru PKn pada hakekatnya merupakan komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia (SDM), oleh sebab itu guru salah satu unsur di dalam pendidikan harus berperan aktif sebagai tenaga profesional sesuai tuntutan masyarakat yang semakin berkembang artinya bahwa guru bertanggung jawab untuk membawa siswanya pada suatu kecerdasan dan taraf kematangan tertentu dengan kriteria guru PKn mengetahui pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai keyakinan dan pandangan hidup bangsa memiliki nilai-nilai moral pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (Haryati. 2005 : 109).</div>
<div style="text-align: justify;">
Guru tidak semata-mata sebagai "pengajar" yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan "<i>transfer of values</i>" dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini sebenarnya guru mempunyai peran yang unik dan sangat kompleks dalam partisipasi belajar-mengajar, dan usahanya mengantar siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya (Sardiman A.M. 2011 : 125).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah Kompetensi Pedagogi, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional dan kompetensi Sosial (Maida. 2012 : 15).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam mendidik guru harus memperhatikan 3 (tiga) aspek yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kognitif.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aspek kognitif adalah aspek yang menekankan pada pengetahuan siswa serta konsep-konsep ilmu yang diberikan oleh guru.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Afektif.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aspek Afektif adalah aspek yang menekankan pada pembentukan kepribadian atau sikap para peserta didik.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Psikomotorik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aspek psikomotorik adalah aspek yang menekankan pada kelakuan, keterampilan dan penampilan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tiga aspek tersebut harus diperhatikan oleh guru agar pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran dapat terwujud dengan baik. Jika meninjau dari aspek di atas maka keterampilan berpartisipasi warganegara (<i>Civic skill participation</i>) masuk ke dalam ranah Psikomotorik, namun pada kenyataannya proses pendidikan hanya menekankan pada aspek Kognitif yaitu pemberian materi serta penanaman konsep Pendidikan Kewarganegaraan dan pada aspek afektif berupa pendidikan karakter atau penanaman nilai sedangkan aspek psikomotorik yang menekankan pada keterampilan siswa SMAN X kurang ditekankan sehingga keterampilan berpartisipasi warganegara (<i>civic skill participation</i>) yang dimiliki siswa tidak dapat berkembang dan diaplikasikan di dalam masyarakat, siswa akan menjadi warganegara yang pasif yang hanya mengerti serta mempunyai sifat kewarganegaraan saja sedangkan partisipasinya sebagai warganegara kurang dikembangkan. Oleh karena itu peran guru dalam mengembangkan kemampuan partisipasi warganegara (<i>civic skill participation</i>) yang dimiliki oleh siswa sangat penting untuk membentuk warganegara yang ideal.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-60408315888541623202017-11-22T16:13:00.000-08:002017-11-22T16:13:01.928-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGEMBANGAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM MAPEL PKN DI SMK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2017/11/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGEMBANGAN-SIKAP-DEMOKRATIS-SISWA-DALAM-MAPEL-PKN-DI-SMK.html" target="_blank">PEND-PKN-0026</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGEMBANGAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM MAPEL PKN DI SMK</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq7saYB0Yu3upEPs7lcGivonToh7CmZ1RQuRdG2Xb9guv6U9Va4AZcxbeOoQ0Z_29M1pWs3RqGyYpRx_yPU3-lsjhj4aDS-7iVzN13W-66DnqeUU_zuMjspkKTkG5pag2JEyWIwFLBjBw/s1600/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGEMBANGAN-SIKAP-DEMOKRATIS-SISWA-DALAM-MAPEL-PKN-DI-SMK.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq7saYB0Yu3upEPs7lcGivonToh7CmZ1RQuRdG2Xb9guv6U9Va4AZcxbeOoQ0Z_29M1pWs3RqGyYpRx_yPU3-lsjhj4aDS-7iVzN13W-66DnqeUU_zuMjspkKTkG5pag2JEyWIwFLBjBw/s320/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGEMBANGAN-SIKAP-DEMOKRATIS-SISWA-DALAM-MAPEL-PKN-DI-SMK.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dinamika pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara ditandai oleh semakin tingginya tuntutan masyarakat diberbagai bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis, sejahtera dan berkeadilan (Winatamaputra, 2006 : l).Sikap demokratis sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena dengan dimilikinya sikap demokratis segala kepentingan yang berbeda, keinginan dan pendapat yang berbeda dapat dipersatukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sikap demokratis adalah sikap yang bersedia menerima perbedaan pendapat, mengutamakan kepentingan bersama dan menghormati pendapat orang lain (Tijan, dkk, 2004 : 122). Hal ini sesuai dengan nilai- nilai Pancasila terutama sila ke- IV, sikap demokratis yang dimiliki oleh siswa perlu dikembangkan oleh guru. Dalam mengembangkan sikap demokratis guru hendaknya memposisikan siswa sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Budimansyah (2002 : 5-7) mengatakan bahwa pembelajaran demokratis (democratic teaching) adalah suatu bentuk upaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara singkat democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman siswa.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang mengembangkan sikap demokratis adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang tercantum dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 yaitu" siswa dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya".</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang bertujuan untuk mempersiapkan warganegara muda agar mampu berpartisipasi secara efektif, demokratis dan bertanggung jawab. Sebagai mata pelajaran yang berupaya mewujudkan warga negara yang baik dan cerdas (good and smart citizen), maka Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus dikemas dalam pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa berpartisipasi dan bersikap demokratis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat ini siswa belum menunjukkan sikap demokratis dalam pergaulan sehari-hari, seperti sikap kurang menghormati dan kurang bertanggung jawab, kurang kritis dalam berfikir, masih tertutup serta kurang jujur dan adil. Oleh karena itu sikap demokratis perlu dikembangkan di SMK X. Banyak siswa SMK X yang masih pasif, belum berani untuk menyatakan pendapat, serta kurang menghargai pendapat temannya. Sikap demokratis pada diri siswa dapat dikembangkan melalui proses belajar mengajar, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), karena siswa hanya dituntut untuk kognitifnya saja tanpa memperhatikan perkembangan afektifnya. Jadi sikap demokratis siswa perlu dikembangkan, sehingga perkembangan kognitif siswa harus diimbangi dengan perkembangan afektif siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan alasan tersebut, maka diharapkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dapat membimbing siswa sebagai generasi penerus dan bagian dari warga negara untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, khususnya sila IV untuk selanjutnya dapat menumbuhkan sikap demokratis siswa. Nilai moral sila IV akan menjadi pedoman dalam pengembangan sikap perilaku yang demokratis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul "<b>PENGEMBANGAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DI SMK X</b>".</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-38521822992498116262017-11-21T16:10:00.000-08:002017-11-21T16:10:06.685-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2017/11/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGARUH-MODEL-PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-TIPE-TWO-STAY-TWO-STRAY-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-SISWA-KELAS-IV.html" target="_blank">PEND-PKN-0025</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV</h3>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEAgMMaoY746MNmvN5pXV2uscimoBK-_bKCbVrLubirsNSj_SFdp0DUtrZtjr3SbY9De0eFMNBcDRtk2a9lqaEHei0BvRn4MCk_L1fNFOarMXf4nDrF-J_iucA2q1cauJEbw7Ot3sbZWk/s1600/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGARUH-MODEL-PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-TIPE-TWO-STAY-TWO-STRAY-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-SISWA-KELAS-IV.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEAgMMaoY746MNmvN5pXV2uscimoBK-_bKCbVrLubirsNSj_SFdp0DUtrZtjr3SbY9De0eFMNBcDRtk2a9lqaEHei0BvRn4MCk_L1fNFOarMXf4nDrF-J_iucA2q1cauJEbw7Ot3sbZWk/s320/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGARUH-MODEL-PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-TIPE-TWO-STAY-TWO-STRAY-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-SISWA-KELAS-IV.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa yang tidak hanya menekan apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa dan hasil belajar siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Model penyampaian masalah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari pokok bahasan tertentu. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan kemasan yang dibuat untuk membungkus materi agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai. Model pembelajaran biasanya dijadikan sebagai parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru dengan mudah dan menyenangkan dengan model yang diterapkan.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Masalah yang dihadapi seorang guru yaitu karena siswa bukan hanya sebagai makhluk individu dengan segala keunikannya, tetapi juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan siswa yang satu dengan lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Maka dari itu terkait dengan masalah yang terpapar di atas seorang guru dituntut untuk lebih selektif dalam mengembangkan pembelajarannya.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses pada siswa. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi siswa sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu. Pengalaman sukses yang diperoleh siswa akan menumbuhkan percaya diri. Pengalaman sukses juga akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar lebih lanjut. Sebaliknya, jika siswa tidak mendapatkan pengalaman sukses dari proses pembelajaran maka siswa akan menemui kegagalan. Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karana itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukan. Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Sugiyanto, 2010 : 16).</div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai nilai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Keinginan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mata pelajaran PKn di SD berfungsi untuk menyiapkan warganegara yang cerdas, dan bertanggungjawab, serta berkeadaban (Kaelan, 2007 : 1). Kebanyakan guru SD pada saat penyampaian materi ini guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang berminat untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru. Oleh karena guru itu perlu menggunakan metode pembelajaran yang bisa membuat siswa menjadi tertarik dan tidak bosan saat mengikuti pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).</div>
<div style="text-align: justify;">
Solusi pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan dapat mengatasi masalah karena model ini menuntut guru untuk mengembangkan bahan ajar serta media yang nantinya akan diimplementasikan dalam proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif. </div>
<div style="text-align: justify;">
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diharapkan dapat membuat siswa menjadi tertarik dan termotivasi dalam pembelajaran PKn khususnya materi globalisasi, sehingga diharapkan akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas IV SD. </div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-26271805123075709492017-11-20T16:07:00.000-08:002017-11-20T16:07:10.645-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2017/11/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGARUH-MIND-MAP-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-SISWA-KELAS-V.html" target="_blank">PEND-PKN-0024</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUT3mLBpO_Haqdgj3mY95zIuFsCRTYVrd2K5eJftHdlLDFZq4Jkjk4GlkIJaATYUuE6OA27Tw596qM5wNN8UP6mukbDXpdYgnpwrcLekni8CVrooU1ci7cGt8kfDzWSbc9N_Wh82B5Jb0/s1600/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGARUH-MIND-MAP-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-SISWA-KELAS-V.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUT3mLBpO_Haqdgj3mY95zIuFsCRTYVrd2K5eJftHdlLDFZq4Jkjk4GlkIJaATYUuE6OA27Tw596qM5wNN8UP6mukbDXpdYgnpwrcLekni8CVrooU1ci7cGt8kfDzWSbc9N_Wh82B5Jb0/s320/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-PENGARUH-MIND-MAP-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-SISWA-KELAS-V.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah masih rendahnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara". Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mengembangkan potensi diri peserta didik maka seorang pendidik perlu menguasai empat kompetensi guru, yakni, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik, bukan hanya pembelajaran yang berbasis konvensional. Hal ini selaras dengan pendapat (Hamalik, 2012 : 32) Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Hal ini membuktikan bahwa peran guru dalam pendidikan atau proses pembelajaran lebih vital dibandingkan yang lain, maka kompetensi guru harus senantiasa ditingkatkan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kenyataan di lapangan adalah berbanding terbalik dengan teori yang ada, kenyataannya saat ini profesi guru malah sering terkait dengan hal yang negatif, terutama dari segi kedisiplinan. Untuk masalah waktu atau kedisiplinan saja kurang, bagaimana dengan tanggung jawab seorang guru dalam merencanakan pembelajaran yang baik? Hal inilah yang mulai menjadi sorotan dari banyak pihak, maka dari itu kesadaran pihak guru sendiri akan pentingnya dirinya dalam kemajuan pendidikan Indonesia harus selalu tertanam, sehingga akan selalu berperan aktif dan memberikan yang terbaik dalam setiap perjalanannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berjalan dengan baik pula, namun kebanyakan yang terjadi adalah guru yang mendominasi dalam proses pembelajaran tersebut. Guru secara pasti menjadi sumber ilmu yang paling utama dalam proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa hanya menjadi pendengar setia, dan tentunya tidak akan terjadi komunikasi yang baik antara keduanya, karena segalanya dikuasai oleh guru. Hal ini serupa dengan pendapat (Trianto, 2007 : 1) "bahwa dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya". Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Seorang guru harus di tuntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode, model, dan media mengajar secara bervariasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Belajar PKn pada umumnya terlihat mudah, karena mata pelajaran PKn tidak terdapat materi hitung menghitung. Dengan pandangan bahwa secara umum proses hitung menghitung kebanyakan adalah hal yang tidak disukai oleh siswa, padahal sebenarnya belajar PKn cenderung rumit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi, karena konsep pembelajaran PKn itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan nyata, jadi memerlukan konsentrasi dan pemahaman materi yang tinggi, dan juga menjadikan keharusan bagi guru untuk menyampaikan materi secara benar, sehingga tidak terjadi salah konsep dalam penyampaiannya kepada peserta didik. Kesalahan konsep dari guru dalam penyampaian materi PKn akan berakibat fatal bagi proses kehidupan dan interaksi sosial dari peserta didik, baik untuk saat itu maupun kehidupan siswa ke depan. Fakta yang ada, siswa bahkan guru sering menganggap remeh pelajaran PKn, masih menganggap sebagai mata pelajaran yang mudah. Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan berbagai masalah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan observasi di SDN X, hasil belajar mata pelajaran PKn masih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Menurut guru kelas V di SD tersebut, siswa seringkali merasa jenuh, terlebih di waktu menjelang akhir pembelajaran dan dengan otomatis kejenuhan tersebut menjadikan siswa menyepelekan pembelajaran. Banyak siswa acuh tak acuh, tidak memperhatikan guru dan pembelajaran, bahkan hanya tidur-tiduran sampai sibuk sendiri dengan teman sebangkunya. Saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian anak sering bercanda sendiri di belakang dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga pelajaran kurang efektif, secara otomatis akan mengganggu konsentrasi siswa yang lain. Hal ini dikarenakan kurangnya ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh guru dengan pembelajaran yang berbasis ceramah saja, sehingga mengakibatkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Secara pasti hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran PKn.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Sebenarnya mata pelajaran PKn sangat membutuhkan konsentrasi yang lebih dibandingkan mata pelajaran yang lain baik dari pihak guru ataupun siswa sendiri, karena kebanyakan materi mata pelajaran PKn adalah sesuatu yang akan dialami dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya hak dan kewajiban sebagai warga negara, perilaku yang tepat dalam kehidupan, membahas tentang norma, adat istiadat dan sebagainya. Itu semua adalah materi penting, jadi harus dipelajari sefokus mungkin agar siswa tidak salah tangkap atau salah persepsi dengan materi yang diajarkan oleh guru.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Mengacu pada berbagai macam aspek pembelajaran tersebut guru harus memilih dan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga diharapkan juga hasil belajar akan meningkat. Salah inovasi yang harus dilakukan guru yaitu dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang menarik. Model dan media pembelajaran seharusnya tidak hanya disamakan semua, karena setiap media dan model pembelajaran mempunyai fokus dan tujuan pembelajaran yang berbeda. Tingkat ketertarikan yang rendah dalam mengikuti pembelajaran pada anak bukan semata-semata akibat dari guru atau komponen sekolah saja, namun dari pihak keluarga (orangtua) juga ikut berperan aktif dalam menumbuhkan atau menjaga ketertarikan, semangat, serta motivasi belajar anak-anak mereka. Peran aktif keluarga (orangtua) sendiri adalah dengan cara selalu menanyakan apa yang didapatkan anak saat berada di sekolah serta mendampingi anak-anaknya dalam belajar, hal ini selaras dengan pendapat Li em Hwie Nio dalam (Kartono, 1985 : 89) Pentingnya belajar di rumah setiap hari semakin terasa, yaitu saat anak-anak mulai menggunakan sebagian daya ingatnya, untuk belajar menghitung, menghafalkan sesuatu lebih banyak serta sedikit berfantasi untuk mempermudah menangkap nilai kehidupan yang belum terjangkau oleh panca inderanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Orangtua selayaknya selalu mendampingi anak-anak mereka dalam belajar, sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada anak-anak mereka setiap harinya. Memang bukan hal mudah bagi orangtua untuk mendampingi anaknya belajar di rumah, mungkin karena kesibukan masing-masing, namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini sangat penting untuk menjaga keinginan, semangat dan motivasi belajar anak baik di sekolah maupun di tempat lain. Jadi untuk menumbuhkan dan menjaga semangat belajar anak peran aktif orangtua dan guru sangat diperlukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Piaget (dalam Fatimah, 2006 : 25) menyatakan bahwa kecakapan intelektual yang diperoleh seseorang pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena bam sebagai pengalaman atau persoalan. Dari pendapat tersebut berarti bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Model pembelajaran mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan "memetakan" pikiran-pikiran kita (Buzan, 2009 A). Mind map sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai cara mencatat yang cerdas. Maksudnya adalah sistem menulis yang cerdas dengan cara memikirkan dan menulis sub bab atau hal-hal penting dalam suatu tema, sehingga dapat mengingat dengan mudah. Mengapa harus mind map? karena model pembelajaran ini dikira cukup baik dan cocok untuk digunakan dalam pembelajaran PKn, karena konsep dasar mind map sendiri adalah membuat cabang-cabang yang bertuliskan kalimat-kalimat penting atau kalimat pokok dari suatu tema yang ada atau ditentukan, jadi akan memudahkan siswa untuk mengembangkan pikirannya masing-masing, serta mengurangi kemungkinan siswa lupa tentang apa yang akan dikatakan atau dikembangkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada kenyataannya ketertarikan siswa dalam belajar PKn rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, Hal ini mungkin karena ada anggapan dari guru bahwa pelajaran PKn adalah pembelajaran yang mudah, dengan cara sederhanapun siswa akan paham dengan materi yang dijelaskan, berbeda dengan mata pelajaran yang lain yang mungkin sedikit banyak sudah mendapatkan sentuhan-sentuhan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Mungkin ada anggapan mata pelajaran yang lain lebih penting, atau mungkin ada alasan yang lain. Cenderung ada pengecualian untuk mata pelajaran PKn sendiri. Anggapan seperti inilah yang seharusnya dihilangkan, pengecualian dalam sebuah pembelajaran itu tidak seharusnya ada, karena semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah itu sama pentingnya, sehingga harus mendapatkan porsi yang sama dalam pelaksanaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan rumusan di atas, penggunaan model pembelajaran mind map dalam pembelajaran PKn, sangat membantu menumbuhkan kreativitas anak dalam berpikir dan mencatat, sehingga sedikit banyak akan berpengaruh dengan hasil belajar yang akan dicapai siswa. Untuk itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran mind map untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SDN X.</div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-32279738906525936982017-11-19T16:05:00.000-08:002017-11-19T16:05:35.063-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT UU NO. 1 TH 1974 DAN UU NO.23 TH 2002<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2017/11/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-KESADARAN-HUKUM-MASYARAKAT-TENTANG-PERKAWINAN-DIBAWAH-UMUR-TERHADAP-HAK-ANAK-MENURUT-UU-NO1-TH1974-DAN-UU-NO23-TH2002.html" target="_blank">PEND-PKN-0023</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT UU NO. 1 TH 1974 DAN UU NO. 23 TH 2002</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl5Uo7p2IzW6D0nfTRO-JE-erts5L3kRsHjUYJ3zzHzQ8i_a5lVA1nyPcR6EmP18KrmizQ_A9g5UCpSc5Rn8D1_AMgGExz_nbFrce9ArbwEJt-LHTkhprfDV0vlJuda0n76d94OZMsuQM/s1600/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-KESADARAN-HUKUM-MASYARAKAT-TENTANG-PERKAWINAN-DI-BAWAH-UMUR-TERHADAP-HAK-ANAK-MENURUT-UU-NO1-TH-1974-DAN-UU-NO23-TH-2002.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl5Uo7p2IzW6D0nfTRO-JE-erts5L3kRsHjUYJ3zzHzQ8i_a5lVA1nyPcR6EmP18KrmizQ_A9g5UCpSc5Rn8D1_AMgGExz_nbFrce9ArbwEJt-LHTkhprfDV0vlJuda0n76d94OZMsuQM/s320/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-KESADARAN-HUKUM-MASYARAKAT-TENTANG-PERKAWINAN-DI-BAWAH-UMUR-TERHADAP-HAK-ANAK-MENURUT-UU-NO1-TH-1974-DAN-UU-NO23-TH-2002.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Maraknya pelanggaran hukum terhadap hak-hak anak sekarang ini menjadi perdebatan yang luas oleh khalayak ramai, ada orang tua yang tega menggauli anaknya sendiri ada pula orang tua yang tega menjual bahkan menikahkan anak yang masih di bawah umur karena alasan-alasan yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh anak, hal ini membuktikan bahwa kurang adanya kesadaran hukum dari orang tua maupun masyarakat terhadap hak anak yang mana kesadaran itu sendiri menurut Sudikno Mertokusumo merupakan sesuatu tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuat atau yang seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat terutama terhadap orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Anak sebagai generasi muda, merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak merupakan modal pembangunan yang akan mempertahankan, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan yang ada. Oleh karena itu, Anak memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi dan seimbang. Kedudukan anak dalam hukum adalah sebagai Subyek Hukum di tentukan dari bentuk dan si stem terhadap anak sebagai kelompok masyarakat dan tergolong tidak mampu atau di bawah umur. (UU No. 23 Tahun 2002).</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Dalam Hukum Positif Indonesia yang mengatur tentang Perkawinan tertuang dalam UU No. l Tahun 1974 menyatakan bahwa "Perkawinan adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Bagi Perkawinan tersebut tentunya di perbolehkan bagi mereka yang telah memenuhi batasan usia untuk melangsungkan perkawinan seperti dalam Pasal 7 ayat 1 UU No. l Tahun 1974 yang berbunyi "Batasan usia untuk melangsungkan perkawinan itu pria telah berusia 19 (Sembilan belas) Tahun dan wanita telah mencapai usia 16 (Enam belas) Tahun". Secara eksplisit ketentuan tersebut di jelaskan bahwa setiap perkawinan yang dilakukan oleh calon pengantin prianya yang belum berusia 19 tahun atau wanitanya belum berusia 16 tahun disebut sebagai "Perkawinan di bawah umur". Bagi perkawinan di bawah umur ini yang belum memenuhi batas usia perkawinan, pada hakikatnya di sebut masih berusia muda (anak-anak) yang ditegaskan dalam Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002, "Bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, dikategorikan masih anak-anak termasuk anak yang masih dalam kandungan, apabila melangsungkan perkawinan tegas di katakan adalah perkawinan di bawah umur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal semacam ini merupakan suatu pemangkasan kebebasan hak anak dalam memperoleh Hak hidup sebagai remaja yang berpotensi untuk tumbuh, berkembang dan berpotensi secara positif sesuai apa yang di garis bawahi agama. Jika anak masih berusia muda bisa dikatakan kekerasan dan diskriminasi terhadap anak-anak seperti yang telah di jelaskan dalam Pasal 81 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2002, dalam ayat itu di jelaskan bahwa "Barang siapa dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak melakukan hubungan persetubuhan dengannya atau orang lain maka ia dapat di pidanakan atau di denda sedikitnya 60 juta", jadi jelas bagi orang tua berkewajiban mencegah adanya perkawinan di bawah umur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kenyataannya perkawinan di bawah umur merupakan peristiwa yang di anggap wajar dan lazim dalam masyarakat Indonesia, tidak terkecuali pula bagi masyarakat di Desa X, yang di huni sekitar 8958 penduduk. Adanya penelitian terdahulu juga membuktikan bahwa terjadinya perkawinan di bawah umur banyak di pengaruhi oleh faktor rendahnya pendidikan seseorang dan adanya anggapan bahwa wanita pada dasarnya selalu berada di dapur, mereka mengemban tugas untuk melayani suami dan mendidik anak .</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemikiran di atas tentu sangat kontras dengan perkembangan IPTEK saat ini dan seolah menjadi hal yang menarik perhatian, karena bagaimanapun pemikiran semacam ini nyatanya mampu mengikis serta mematahkan semangat anak untuk berkarya dan berkembang, baik secara fisik, mental maupun sosial sesuai dengan tingkat kematangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang tua kurang menyadari bahwa pemaksaan kehendak terhadap anak adalah bentuk diskriminasi dan eksploitasi, hal ini melanggar hak anak termasuk melanggar hukum positif yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat pentingnya kesadaran hukum masyarakat tentang perkawinan di bawah umur terhadap hak anak, serta akibat yang akan di timbulkan atas pelanggaran tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul <b>"KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TERHADAP HAK ANAK MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974 DAN UU NO.23 TAHUN 2002".</b></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6151225389584640234.post-6973482275663792772017-11-18T19:18:00.000-08:002017-11-18T19:18:08.975-08:00SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 style="text-align: left;">
(KODE : <a href="https://gudangmakalah.blogspot.com/2017/11/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-KEEFEKTIFAN-MODEL-PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-TIPE-THINK-PAIR-SHARE-TPS-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-PADA-SISWA-KELAS-IV.html" target="_blank">PEND-PKN-0022</a>) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijAX34D-JXL8oYu16zzH5zQNPDorl0c1I9XlnW1hUwBYoqYSSt6DmQ-vZ9E3J9khgd1Zixnl1Re1DTliJuLybdZ5YUnT4dVwx-OOSy4PEkhait0mVWBLmHCvXshXu1ANtoOWJYKi4L9ks/s1600/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-KEEFEKTIFAN-MODEL-PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-TIPE-THINK-PAIR-SHARE-%2528TPS%2529-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-PADA-SISWA-KELAS-IV.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="contoh skripsi pendidikan pkn" border="0" data-original-height="450" data-original-width="450" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijAX34D-JXL8oYu16zzH5zQNPDorl0c1I9XlnW1hUwBYoqYSSt6DmQ-vZ9E3J9khgd1Zixnl1Re1DTliJuLybdZ5YUnT4dVwx-OOSy4PEkhait0mVWBLmHCvXshXu1ANtoOWJYKi4L9ks/s320/SKRIPSI-PENDIDIKAN-PKN-KEEFEKTIFAN-MODEL-PEMBELAJARAN-KOOPERATIF-TIPE-THINK-PAIR-SHARE-%2528TPS%2529-TERHADAP-HASIL-BELAJAR-PKN-PADA-SISWA-KELAS-IV.jpg" title="contoh skripsi pendidikan pkn" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB I </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>A. Latar Belakang Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Proses pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditentukan oleh pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Grafika, 2009 : 7).</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan undang-undang di atas, proses pendidikan sangatlah penting dalam rangka membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas dengan watak yang baik, berbudi pekerti luhur, kreatif, cerdas, bertanggung jawab, serta menjadi warga negara yang aktif memajukan dan mengembangkan bangsa Indonesia. Jika tujuan pendidikan nasional tercapai maka pendidikan di Indonesia akan menghasilkan siswa-siswa yang cerdas, aktif, dan hasil belajarnya baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang dapat berperan serta aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Guru sebagai pendidik di sekolah harus selalu berusaha mewujudkan tujuan dari Pendidikan Nasional Indonesia melalui proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada bab IV pasal 19 ayat 1 (Depdiknas, 2005 : 17) yang menyatakan bahwa "proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan mang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik". Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menyenangkan dan interaktif diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, cerdas, dan hasil belajarnya baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, pada kenyataannya tujuan dari Pendidikan Nasional belum tercapai secara optimal seperti adanya siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran atau hasil belajar siswa yang rendah. Hal tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum dilakukan secara optimal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional berupa ceramah yang cenderung membosankan. Hal tersebut membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara optimal dan hasil belajar siswa masih rendah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa tentang rendahnya hasil belajar siswa ditemukan oleh peneliti di kelas IV SDN X pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kelas IV di SDN X terdiri atas empat kelas paralel yaitu kelas IVA, kelas IVB, kelas IVC, dan kelas IVD. Kelas IVA terdiri atas 26 siswa, kelas IVB terdiri atas 27 siswa, kelas IVC terdiri atas 29 siswa, dan kelas IVD terdiri atas 25 siswa (Lampiran 1). Jadi total keseluruhan siswa kelas IV di SDN X adalah 107 siswa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Siswa-siswa di kelas IV tersebut secara umum kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran PKn karena guru lebih sering menggunakan model pembelajaran konvensional berupa ceramah dari pada menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Proses pembelajaran konvensional berupa ceramah mengakibatkan siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan guru sehingga hasil belajarnya rendah. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN X dibuktikan dari nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil (UAS I) pada mata pelajaran PKn (Lampiran 2). Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai UAS I kelas IV pada mata pelajaran PKn hanya mencapai 63,69 (Lampiran 3). Rata-rata nilai tersebut masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sebesar 70. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peningkatan hasil belajar siswa membutuhkan peran serta dari seorang guru. Seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Proses pembelajaran yang baik merupakan proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dengan harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk melakukan percobaan suatu model pembelajaran di kelas IV SDN X. Model pembelajaran yang dipilih merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar siswa.</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Ada berbagai macam model pembelajaran yang bisa dipilih untuk mengarahkan siswa agar lebih aktif dan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Peneliti berinisiatif untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Slavin dalam Rusman (2011 : 201) bahwa "pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok". Melalui kerjasama kelompok tersebut, siswa diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat memahami pemecahan masalah yang telah ditemukan.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa variasi metode yang bisa dipilih untuk proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Peneliti dalam penelitian ini memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) karena model pembelajaran ini termasuk model pembelajaran yang sederhana dengan dua anggota setiap kelompoknya sehingga proses pembuatan kelompok tidak rumit dan proses pembelajarannya dapat mengaktifkan siswa untuk berfikir, berpendapat, serta bekerjasama dengan pasangannya atau berbagi informasi dengan teman-teman sekelasnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Trianto (2007 : 61) bahwa "Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon, dan saling membantu". Penerapan model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran agar siswa dapat memahami materi pembelajaran selanjutnya dapat merespon pendapat siswa lain dan siswa dapat saling membantu atau kerjasama dalam memahami informasi yang diterima untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengacu uraian-uraian tersebut maka peneliti melakukan penelitian tentang <b>KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV SDN.</b></div>
</div>
<div class="blogger-post-footer">Untuk pemesanan skripsi/tesis, harap mengunjungi <a href="https://gudangmakalah.blogspot.co.id">Gudangmakalah</a>, bukan melalui email.</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03256568401791157570noreply@blogger.com