Search This Blog

Skripsi Implementasi Model Pembelajaran Guru Ramah Anak Pada Pendidikan Agama Islam Di SD X

(Kode PEND-AIS-0005) : Skripsi Implementasi Model Pembelajaran Guru Ramah Anak Pada Pendidikan Agama Islam Di SD X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal I, (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses bela jar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Selamanya pendidikan tetap menjadi alternatif dalam mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia, utamanya untuk mempersiapkan generasi mendatang agar mampu menjawab tentang perubahan zaman melalui proses belajar mengajar yang merupakan dua konsep yang hampir tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, terutama dalam praktiknya di sekolah.
Menurut Bagne (1977) bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai, dan perubahan kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Perubahan tingkah laku tersebut harus dapat bertahan selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, belajar pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu proses perubahan positif kualitatif yang terjadi pada tingkah laku siswa sebagai subyek didik akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, kemampuan berfikir logis dan kritis, kemampuan interaktif dan kreatifitas yang telah dicapainya. Konsep belajar demikian menempatkan manusia yang belajar tidak hanya pada proses teknis, tetapi sekaligus pada proses normatif. Hal ini amat penting agar perkembangan kepribadian dan kemampuan belajar siswa terjadi secara harmonis dan optimal.
Proses belajar bisa berlangsung secara efektif apabila semua faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa) diperhatikan oleh guru. Seorang guru harus bisa mengetahui potensi, kecerdasan, minat, motivasi, gaya belajar, sikap, dan latar belakang sosial ekonomi dan budaya yang merupakan faktor internal siswa. Begitu juga faktor eksternal seperti tujuan, materi, strategi, pendekatan pembelajaran, metode, iklim sosial dalam kelas, sistem evaluasi dan lain-lain.
Menurut Benjamin Franklin bahwa sistem pendidikan yang ada di Indonesia sekarang menganggap siswa sebagai bejana kosong yang perlu di isi, bukan menyalakan semangat agar siswa bergairah belajar. Karena tujuannya untuk mengisi bejana, maka siswa sering dijejali dengan berbagai materi pelajaran sebanyak-banyaknya. Waktu belajar siswa di sekolah selama 6-7 jam sehari, serasa belum cukup sehingga para murid perlu diberikan pekerjaan rumah yang memerlukan waktu sampai larut malam untuk menyelesaikannya. Sistem pendidikan seperti ini membuat “api” (gairah) anak untuk belajar menjadi pudar sebelum dewasa. Apabila tidak ada semangat, kegairahan serta rasa cinta untuk belajar, maka harapan untuk membentuk menusia unggul yang cerdas akal budinya, kreatif serta mampu memberikan solusi bagi masalah kehidupan akan gagal pula.3
Dan bahkan juga sering kita jumpai anak-anak kecil berangkat ke sekolah dengan beban berat (tas besar dengan berisikan banyak alat sekolah) dengan wajah yang tidak ceria, pulang sekolah dengan wajah lesu dan tertekan karena banyaknya pekerjaan rumah yang dibebankan, padahal di usia SD yaitu usia sekolah 7-12 th adalah masa-masa keriangan dan kegembiraan. Pola belajar yang diterapkan kurang memberi kebebasan berpikir, banyak teori dan hafalan serta terfokus pada pencapaian target kurikulum. Dan karena inilah mereka kehilangan keceriaan dan dunia bermain mereka, mereka kehilangan dunia mereka yang penuh dengan suasana bermain, bernyanyi, menari, berfantasi dan melakukan sesuatu tanpa beban. Mereka juga akan kehilangan kemerdekaannya sebagai anak kecil. Dengan demikian, peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah haruslah mampu mengembangkan bakat dan kemampuan siswa secara optimal. Sehingga siswa dapat mewujudkan potensi dirinya serta dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dalam hal ini para praktisi pendidikan khususnya pemerintah telah berusaha menghidupkan kembali aktivitas pendidikan melalui cara-cara pendidikan yang betul-betul mencerdaskan dan dapat dinikmati oleh anak didik. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan pendidikan nasional oleh DEPDIKNAS, sebagaimana telah dijelaskan dalam UU SISDIKNAS pasal 40 ayat 2 yang berbunyi, “pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, kreatif, dinamis dan dialogis.”4
Dari pasal tersebut, mengandung arti bahwa para pendidik atau seorang guru tidak boleh mendominasi pengetahuan peserta didik. Peserta didik harus diberi kebebasan dalam menggali pengetahuan. Dan guru harus lebih kreatif dalam menciptakan belajar yang menyenangkan, ramah, efektif dan efisien bagi siswa.
Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat mengurangi beban peserta didik dalam proses belajar. Sebagaimana ungkapan Dr. Arif Rahman bahwa, “kasus di sekolah-sekolah yang membuat anak kehilangan semangat belajar dan pada dasarnya tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan menjadi anak pemalas atau pemarah, oleh karena itu perlu adanya suasana yang
menyenangkan, membebaskan dan demokratis.”5
Model pembelajaran yang berkembang saat ini banyak bentuknya, antara yang satu dengan yang lain mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.6 Pada dasarnya model pembelajaran yang diterapkan di sekolah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa sehingga tercipta proses belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan.
Model pembelajaran merupakan pola pembelajaran uang didesain sedemikian rupa, diterapkan dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Proses pendidikan bisa berjalan efektif, apabila model pembelajaran yang diterapkan di kelas mampu menumbuhkan gairah siswa untuk belajar.7
Di antara sekian model pembelajaran yang ada, di sini penulis mencoba meneliti tentang model pembelajaran ramah guru ramah anak, yang menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, membebaskan dan demokratis.
Pembelajaran ramah guru ramah anak adalah suatu strategi pembelajaran yang lebih memperhatikan pada proses belajar dan pengembangan potensi anak, dalam hal ini seorang guru menyadari akan potens i anak didik dan perlu dikembangkan. Potensi itu bisa berkembang jika diberikan kepercayaan. Secara alamiah seorang yang dipercaya akan berusaha menjaga kepercayaan tersebut dengan sungguh-sungguh. 8
Konsep pembelajaran ramah guru ramah anak di sini adalah penanaman rasa cinta kepada anak didik berupa kelembutan, bukan kekerasan. Karena kekerasan bukan jalan yang terbaik untuk mendidik anak apapun alasannya. Dengan kekerasan yang diberikan oleh guru ha nya akan menyebabkan rasa takut yang mendalam bagi anak. Belajar dengan rasa takut tidak akan memperoleh hasil yang maksimal. 9 Dengan hukuman yang salah dan kekerasan juga akan menimbulkan perasaan tersiksa pada diri anak, dan sekolah pun terkesan menjadi lembaga yang menakutkan dan jauh dari nilai pengasuhan. Oleh karena itu pendidikan yang tidak ramah akan menghambat proses pembelajaran anak untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Dalam model pembelajaran ramah guru ramah anak akan terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasakan senang mengikuti pelajaran, tidak ada rasa takut, cemas dan was-was, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan teman siswa lain. Diterapkan pula metode pembelajaran yang variatif dan inovatif, misalnya belajar tidak harus di dalam kelas, sehingga menghasilkan proses belajar yang efektif.
Adapun dalam pengelolaan kelas, siswa dilibatkan dalam penataan bangku, dekorasi dan ilustrasi yang menggambarkan ilmu pengetahuan. Siswa dilibatkan dalam menentukan mana dinding atau dekorasi serta siswa dilibatkan dalam memajang hasil karyanya, sehingga siswa menjadi betah di dalam kelas. Sekolah, sesuai asal katanya, “escole” yang berarti tempat bermain, semestinya menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa.11 Maka dari itu dengan pembelajaran ramah guru ramah anak diharapkan sekolah mampu menjadi rumah kedua bagi siswa sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan kasih sayang. Karena dalam pembelajaran ini terdapat ikatan yang kuat antara guru dan siswa dalam suasana yang menyenangkan dan tidak ada tekanan baik fisik maupun psikologi. Sebab adanya tekanan apapun bentuknya hanya akan mengerdilkan pikiran dan mental siswa, sedangkan kebebasan dan kasih sayang apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif.12
Model pembelajaran yang telah berkembang, dapat diterapkan pada semua mata pelajaran yang ada di sekolah dengan melalui desain pembelajaran yang disesuaikan pada materi yang bersangkutan juga dengan karakter anak. Begitu juga pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan salah satu bidang studi yang wajib diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan atas. Dari keterangan di atas telah jelas betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi siswa.
Pendidikan Agama Islam menurut Zarkowi Soejoeti, 13 terbagi dalam tiga pengertian. Pertama, “pendidikan Islam”, adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya di dorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik yang tercermin dalam nama lembaganya, maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai yang akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan. Kedua, jenis pendidikan yang memberikan perhatian sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakan. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai bidang studi, sebagai ilmu, dan diperlakukan sebagai ilmu yang lain. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup dua pengertian di atas. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai sekaligus sebagai bidang studi yang ditawarkan melalui program studi yang diselenggarakan.
Pendidikan Agama Islam tidak tertuju kepada pembentukan akal saja, melainkan tertuju kepada setiap bagian jiwa sehingga setiap bagian jiwa itu menjadi mampu melaksanakan tugas sebagaimana dikehendaki oleh Allah. 14 Sedangkan tujuan khusus pendidikan Agama Islam ialah tujuan pendidikan agama pada setiap tingkatan. Untuk tingkat sekolah dasar, pendidikan agama Islam diberikan bertujuan untuk antara lain : menanamkan rasa agama terhadap siswa, menanamkan perasaan cinta kepada Allah dan rasul-Nya, memperkenalkan ajaran Islam yang bersifat global, membiasakan anak-anak berakhlak mulia, dan melatih anak-anak untuk merealisasikan ibadah yang bersifat praktis, serta membiasakan tauladan yang baik.15
Pendidikan Agama Islam di Indonesia ditempatkan pada kedudukan yang tinggi dalam sistem pendidikan nasional dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perkembangan bangsa Indonesia. Pendidikan agama Islam mendapat prioritas utama.16
Namun terdapat pertentangan dengan praktik pendidikan agama saat ini, karena pendidikan tidak mampu memberdayakan peserta didik dalam penguasaan pengetahuan teoritis, penghayatan dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga terletak pada sistem pendidikan di antaranya mengenai model pembelajaran yang diterapkan kurang efektif dan efisien. 17
Sesuai dengan realitas yang ada sekarang, bahwa proses pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah. Guru memberikan penjelasan dengan metode berceramah dan siswa sebagai pendengar. Metode pembelajaran ini kurang efektif dalam memberi arahan pada proses pencarian, pemahaman, penemuan dan penerapan serta menyebabkan peserta didik akan merasa bosan dan malas untuk belajar, sehingga pendidikan agama Islam kurang dapat memberi pengaruh yang berarti pada kehidupan sehari-hari.
Yang harus dipikirkan saat ini adalah bagaimana caranya agar implementasi PAI itu bisa seiring dan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Maka dengan hadirnya model pembelajaran ramah guru ramah anak yang didesain dengan metode yang variatif dan proses pembelajaran yang partisipatif, diharapkan mampu menciptakan anak didik yang berakhlak mulai sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam.
SD Muhammadiyah X merupakan SD Islam favorit di Jawa Timur yang berada di antara SD lain di kota Surabaya. SD Muhammadiyah X saat ini mengemban visi dan misi sebagai sekolah modern yang Islami. Sebagai sekolah yang mempunyai sikap peduli terhadap pengembangan potensi anak didik. SD Muhammadiyah X bertujuan mewujudkan sekolah unggul yang menguasai ilmu pengetahuan yang dilandasi iman dan taqwa. SD Muhammadiyah X telah menerapkan berbagai bentuk model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga mampu memotivasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran ramah guru ramah anak, yang bertujuan antara lain : agar anak dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan tanpa terbebani, untuk menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi siswa, dapat tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal, dan lain-lain. Oleh karena itu SD Muhammadiyah X mendesain model pembelajaran ramah guru ramah anak sedemikian rupa dengan penerapan metode-metode yang beragam serta pengelolaan kelas yang menyenangkan, didukung pula dengan penanaman nilai-nilai positif oleh kepala sekolah dan segenap tenaga kependidikan di sana.
Maka dari itu penulis tertarik dan merasa perlu untuk mengangkat masalah tersebut dalam skripsi dengan judul : “Implementasi Model Pembelajaran Ramah Guru Ramah Anak Pada Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah X”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diuraikan bahwa masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran ramah guru ramah anak di SD Muhammadiyah X?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SD Muhammadiyah X?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran ramah guru ramah anak pada pendidikan agama Islam di SD Muhammadiyah X?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan pembahasan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran ramah guru ramah anak di SD Muhammadiyah X.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SD Muhammadiyah X.
3. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran ramah guru ramah anak pada pendidikan agama Islam di SD Muhammadiyah X.

D. Kegunaan Penelitian
Setelah penulis menyelesaikan kajian ilmiah mengenai implementasi model pembelajaran ramah guru ramah anak pada Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah X, maka diharapkan nantinya dapat berguna bagi, antara lain :
1. Bagi penulis, sebagai calon guru, penelitian ini sebagai bekal teoritis dan praktis dalam mengimplementasikan pembelajaran ramah guru ramah anak di lapangan.
2. Bagi lembaga pendidikan yang diteliti, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
dalam implementasi pembelajaran ramah guru ramah anak pada Pendidikan Agama Islam khususnya dan pelaksanaan bidang studi lainnya.
3. Bagi para pendidik, hal ini merupakan hasil pemikiran yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan usaha pengajaran menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.

E. Definisi Operasional
Kerlinger (1973) menyatakan definisi operasional adalah definisi yang dapat diukur, karena dalam penelitian harus diketahui terjemahan istilah atau konsep yang jelas.18 Guna mempermudah pembahasan, penulis menegaskan istilah-istilah penting yang perlu dimengerti, sebagai berikut :
1. Judul Skripsi
Implementasi Model Pembelajaran Ramah Guru Ramah Anak Pada Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah X.
2. Implementasi
Yaitu pelaksanaan. 19 Implementasi juga berasal dari kata dalam bahasa Inggris, implement yang berarti melaksanakan. Jadi implementation yang diIndonesiakan menjadi implementasi berarti pelaksanaan. 20 Jadi judul penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran ramah guru ramah anak pada Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah X.
3. Model pembelajaran ramah guru ramah anak
Ramah adalah manis tutur kata dan sikap, suka bergaul, serta menyenangkan dalam pergaulan. 21
Secara garis besar model pembelajaran ramah guru ramah anak adalah strategi pembelajaran yang memperhatikan pada proses pembelajaran yang menanamkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak didik serta memunculkan pendekatan motivasi bukan pemaksaan kehendak guru. 22
4. Pendidikan Agama Islam
Adalah proses transformasi dan realisasi nilai-nilai ajaran Islam/fungsi rububiyah melalui pembelajaran baik formal kepada manusia (siswa) untuk dihayati, dipedomani dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menyiapkan dan membimbing serta mengarahkannya, agar nantinya mampu melaksanakan tugas kekhalifahan di muka bumi dengan sebaikbaiknya.
5. SD Muhammadiyah X
Adalah suatu lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Muhammadiyah, yang berlokasi di Jl. X.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Tahap-tahap Penelitian
Penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijadikan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati, serta sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran. 24
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.25
Adapun bentuk penelitiannya adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena dalam situasi tertentu. Dan penelitian ini hanya ingin mengetahui yang berhubungan dengan keadaan sesuatu, selain itu penelitian termasuk dalam penelitian yang tidak perlu merumuskan hipotesis (non hypothesis) terlebih dahulu dan juga bukan untuk
mengujinya, tetapi hanya mempelajari gejala-gejala sebanyak mungkin.
b. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
1. Menentukan masalah penelitian. Dalam tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan.
2. Pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan, dari segenap individu yang berkompeten di SD Muhammadiyah X. Pada tahap ini diakhiri dengan pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
3. Analisis dan penyajian data, yaitu menganalisis data dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber data literer
Yaitu sumber data yang diperoleh peneliti dari buku-buku yang sesuai dengan masalah yang diteliti, termasuk dalam hal ini karya ilmiah dan buku-buku panduan yang berkaitan dengan model pembelajaran ramah guru ramah anak. Termasuk dalam hal ini adalah dokumendokumen tentang keadaan lembaga pendidikan yang bersangkutan serta catatan lain yang mendukung dalam implementasi model pembelajaran ramah guru ramah anak.
b. Sumber data lapangan
Yaitu sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian, yang meliputi sumber data manusia, yang terdiri dari kepala Sekolah, guru kelas, dan guru Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah X.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang akurat maka diperlukan beberapa metode untuk mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh berfungsi sebagai data yang valid dan objektif serta tidak menyimpang. Maka metode yang digunakan adalah :
a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian. 26
Dalam metode observasi ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipatoris atau partisipan, artinya peneliti hanya berperan sebagai pengamat saja tanpa ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam pelaksanaannya. Metode observasi ini digunakan untuk mencari data tentang pelaksanaan model pembelajaran ramah guru ramah anak di SD Muhammadiyah X.
b. Metode Interview/Wawancara
Metode wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi verbal. 27 Dalam artian bahwa metode ini berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 28
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang pelaksanaan atau penerapan model pembelajaran ramah guru ramah anak di SD Muhammadiyah X. Interview ini dilakukan oleh peneliti dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan tenaga kependidikan yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah kegiatan mencari data mengenai halhal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.29 Metode dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data, jumlah keseluruhan peserta didik, guru dan tenaga kependidikan di samping juga letak geografis, peta-peta, foto-foto kegiatan, data inventaris terhadap pemenuhan kebutuhan material dalam mengajar seperti alat bantu, poster, dan wujud lain yang diperlukan untuk menunjang kejelasan objek penelitian.
4. Teknik Analisa Data
Menganalisis data merupakan kegiatan inti yang terpenting dan paling menentukan dalam penelitian. Analisis data ini dilakukan dalam *** BAGIAN INI SENGAJA TIDAK DITAMPILKAN ***

G. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tata uraian penelitian ini, maka peneliti mencantumkan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : Landasan Teori. Landasan teori merupakan studi literatur atau teoritis
yang membahas tentang isi penelitian. Dalam hal ini berisi tentang tinjauan mengenai model pembelajaran ramah guru ramah anak, tinjauan tentang pembelajaran PAI, dan implementasi model pembelajaran ramah guru ramah anak pada pembelajaran PAI.
BAB III : Laporan Hasil Penelitian. Pada bab ini akan dibahas laporan hasil penelitian yang menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, penyajian data, analisa data yang mencakup tentang bentuk implementasi model pembelajaran ramah guru ramah anak pada Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah X.
BAB IV : Penutup. Merupakan bab akhir dari pembahasan skripsi ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »